Marah

184 49 6
                                    

Selamat Membaca!

Wajah perempuan itu terus di tekuk namun hal itu tidak mengurangi kadar kecantikannya, yang ada wajahnya terlihat lucu.

Alana melirik pada laki-laki yang memaksa duduk disebelahnya.

"Gue mau keperpustakaan." katanya dengan wajah datar.

"Oke."

Alana memasang seatbelt. "Gue lama."

"Gapapa."

"Terus mau cari buku."

"Gue temenin."

"Pulangnya malam."

"Gue jagain."

Alana menghela napasnya. "Gue enggak mau pergi sama lo."

"Tapi gue mau."

"Agam!"

"Kenapa sih Na? Kalau pergi sama gue, lo malu ya?"

"Gue risih jalan disebelah lo."

"Yaudah nanti lo jalannya didepan gue aja."

Alana memijit pelipisnya, ia pasrah, ia mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan standar.

"Mobil lo gimana?"

"Dibawa sama anak-anak."

Anak-anak yang dimaksud Agam adalah teman-temannya.

"Oh." balas Alana singkat.

Sebenarnya pergi keperpustakaan dan membeli buku tidak masuk kedalam daftar rencananya hari ini tapi karena Agam memaksa ikut, Alana terpaksa membatalkan beberapa rencana guna memasukkan dua rencana itu kedalam daftarnya.

"Bangsat."

Terdengar umpatan dari sebelahnya, Alana melirik Agam yang kini tampak sedang mengetikkan sebuah pesan yang entah akan dikirim untuk siapa.

"Na, gue enggak jadi ikut lo." kata Agam. "Lo bisa anterin gue kerumah Anya?"

Kali ini Alana tidak melirik, ia menoleh pada Agam, kakinya menginjak rem, mobil berhenti, tepat ditengah jalan.

"Enggak." jawabnya datar sedatar-datarnya.

Pengendara dibelakang mulai mengeram kesal karena berhentinya mobil Alana membuat perjalanan mereka tertunda, suara klakson yang memekakkan telinga mulai terdengar disertai umpatan yang tentunya tidak terdengar oleh Alana dan Agam, kalau terdengar oleh Agam bisa mengamuk dia.

"Anya drop, dia lagi sendirian dirumah, bantu gue bawa dia kerumah sakit ya?" pinta Agam dengan wajah memelas.

Alan berdecak sebal, ia mengambil tasnya yang ia letakkan dikursi belakang, gadis itu keluar dari mobil. "Anterin dia." kata Alana sebelum menutup pintu mobil dengan kuat.

Agam tau Alana marah, Agam tau Alana tidak suka jika ia berurusan dengan Anya, tapi Agam tidak bisa mengabaikan Anya, sahabatnya itu sama pentingnya dengan Alana.

Alana menutup telinganya karena kini suara klakson yang tadinya tidak terlalu memekakkan telinga mulai menyakiti telinganya.

"Woi buruan jalan!"

"Ngapain sih berhenti kok ditengah jalan."

"Bego enggak tau apa orang buru-buru."

Kini berbagai umpatan mulai terdengar oleh Alana. Namun diabaikannya, matanya menerawang kedalam mobil dimana Agam sedang berpindah posisi kekursi kemudi, Alana memundurkan tubuhnya saat mobilnya mulai melaju, Agam pergi.

AGNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang