Lo ragu

135 46 12
                                    

Selamat Membaca!

Dengan gregetan Zarka mengobati tangan Agam yang nyaris cedera hebat, kalau saja ia tidak menghentikan Agam yang terus meninju tembok seperti orang kesetanan, Zarka yakin Agam tidak akan bisa menggunakan tangannya selama sebulan mungkin.

"Gimana udah sadar?" tanya Zarka seraya membalut tangan Agam dengan kain kasa.

"Kalau ngomong sama cewek itu yang lembut, jangan kasar."

"Alana terus mancing gue."

"Sebenarnya kalian pacaran apa musuhan sih?"

Agam diam, ia merasa tertampar, tertendang lalu terjungkal. "Pacaran." jawabnya lesu.

"Kalau pacaran, lo harus perlakuin dia kayak gimana lo mau diperlakukan, gue enggak setuju lo ninggalin Alana kayak waktu itu, iya gue tau Anya lebih butuh lo tapi pacar lo Alana bukan Anya. Kalau Alana udah marah lo jadi kayak setan gini, berlaku seenaknya, diubah Gam."

Agam mendengarkan, tak ada bantahan, ia menghela napasnya. "Jadi gue harus gimana?"

"Minta maaf, jangan pernah bilang lo enggak bermaksud ngomong kayak gitu, tapi akui kalau lo emang salah dan yakinin dia kalau lo enggak akan ngucapin kata-kata itu lagi."

Dengan setia Agam masih mendengarkan, Zarka adalah teman bercerita yang terbaik, Zarka selalu punya solusi.

"Bawa bunga." tambah Zarka yang diacungi jempol kiri oleh Agam.

🌻🌻🌻

"Eh Non Alana udah bangun." sapa Mbak Dea, asisten rumah tangga, Mbak Dea masih berumur dibawah tiga puluh tahun, sering menjadi teman Alana mengobrol.

"Iya Mbak." jawab Alana seraya menghampiri Mbak Dea yang sedang merapikan meja ruang TV. "Mama mana?"

"Sekarang jam empat sore, Mama non masih dikerja."

"Aku laper, Mbak masak apa?"

"Tadi saya masak ayam rica-rica sama rendang, Non mau dua-duanya?"

Alana mengangguk, lalu pergi menuju ruang makan didahului oleh Mbak Dea yang berlari kecil menuju dapur.

"Enggak usah lari Mbak, nanti jatuh." tegur Alana dan Mbak Dea pun berjalan santai.

"Mbak hp aku dimana?"

"Hp Non diambil sama Ibu." sahut Mbak Dea yang sedang memanaskan rendang.

"Ada dikamar Mama kan?"

"Enggak ada Non, dibawa kerja sama Ibu."

Alana menopang dagunya, menunggu Mbak Dea menyiapkan makanan, tak lama kemudian mata Alana berbinar melihat sepiring ayam rica-rica dan rendang buatan Mbak Dea yang terlihat sangat lezat. "Ambil piring lagi, temenin aku makan Mbak." titah Alana yang langsung dituruti oleh Mbak Dea.

Alana dan Mbak Dea makan dalam keadaan hening sampai Alana berhenti memikirkan sesuatu dan memilih bertanya kepada Mbak Dea. "Mbak, Agam ada datang kerumah enggak?"

Gerakan Mbak Dea terhenti. "Ada tapi enggak dibukain pintu, enggak disuruh sama Ibu."

"Datangnya cuma sekali Mbak?"

"Dua kali Non."

"Oh, yaudah lanjutin makannya Mbak."

AGNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang