Chapter 4

1.1K 130 2
                                    

Wen RuoHan perlahan kembali pada kesadarannya, pria itu membuka mata perlahan-lahan. Saat kelopak mata itu terbuka sempurna, Wen RuoHan memperhatikan sekelilingnya. 

Tempat apa ini?’ katanya dalam hati.

Ruangan ini sangat kecil menurutnya, hanya ada pembaringan dan juga meja serta kursi di ruangan yang sedang di tempati olehnya.

Wen RuoHan mencoba bangkit untuk duduk, tapi rasa nyeri di bagian perut nya membuat Wen RuoHan sadar jika sebelumnya dia terluka.
Pria itu mengumpat dalam hati. Dengan tangan gemetar dia mencoba memeriksa lukanya sendiri. Tapi lagi-lagi gagal, tangannya terkulai di sisi tubuhnya. 

Kenapa aku harus mengalami penghinaan semacam ini ?’ tanyanya dalam hati. 

Wen RuoHan bahkan tidak tau siapa orang yang menahannya saat ini. Tapi setidaknya Wen RuoHan bersyukur dia tidak di tempatkan di penjara tempat tahanan pada umumnya. 

Lama pria itu berada dalam posisi rebahannya, dia menatap pada satu-satunya sumber cahaya di ruangan ini. Ventilasi udara yang ada di sudut kiri atas sisi yang berhadapan dengannya. Wen RuoHan penasaran, bagaimana keadaan dunia luar saat ini.

Apakah mereka mengatakan kalau dirinya sudah mati? Apa mereka sudah membakar istananya? Bagaimana dengan pengikut-pengikutnya, apa mereka baik-baik saja?

Wen RuoHan tidak tahu kesialan macam apa yang sedang di hadapinya, hidupnya sangat tenang pada awalnya, dia adalah kultivator yang disegani oleh banyak orang, dalam arti yang positif.

Hingga Nie MingJue masuk ke dalam kehidupannya dan memporak-porandakan hidupnya hanya dengan tatapan mata pemuda itu.

Wen RuoHan benar-benar tidak menyangka, semua yang dilakukannya untuk menarik kembali perhatian Nie MingJue justru sia-sia.

Kembali Wen RuoHan mengerakkan tangannya, kali ini tenaganya sudah cukup kuat untuk menggerakkan tangannya. Pria itu mencoba untuk bangkit duduk sambil menahan nyeri di perutnya. Dia menghela nafas lega setelah berhasil duduk bersandar pada dinding ruangan itu.

Saat dia mencoba mengatur pernapasannya, suara langkah kaki yang berat terdengar menuju ruangannya. Wen RuoHan mencoba untuk tetap tenang, tanpa sadar dia menahan napas. 

Pintu terbuka dan menampilkan sosok Nie MingJue. Wen RuoHan menghela napas nya saat melihat pria itu. 

Nie MingJue berjalan menghampiri pria dewasa yang sedang duduk di pembaringan itu. 

“Bagaimana rasanya membuka mata tanpa bisa melakukan apa-apa, Wen RuoHan?”

Wen RuoHan tidak menjawab pertanyaan Nie MingJue, dia hanya diam sambil menatap pria yang lebih muda itu.

Nie MingJue tidak suka dengan sikap tenang Wen RuoHan, dengan perasaan kesal dia melihat luka Wen RuoHan. Nie MingJue menyeringai sebelum akhirnya menekan luka itu.

Seketika perasaan nyeri itu menjadi rasa sakit tak tertahankan. 

Wen RuoHan mengerang kesakitan, “Hentikan, kumohon hentikan. Ini sangat menyakitkan.” Seumur hidupnya Wen RuoHan tidak pernah memohon, tapi kali ini Nie MingJue sanggup membuat pria yang masih memiliki kekuatan setara dewa itu memohon-mohon.

“Sakit yang kau terima ini tidak sebanding dengan perasaan sakit yang kualami saat melihat ayahku hancur.” Geram Nie MingJue. Pria itu bisa merasakan darah kembali mengalir dari luka Wen RuoHan. 

Erangan kesakitan terdengar dari Wen RuoHan, dia merasa kesadarannya mulai menghilang dan dia pingsan kembali. Melihat Wen RuoHan yang pingsan, Nie MingJue menarik kembali tangannya.

Love you Hate youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang