Awal yang Baru

970 119 16
                                    

"Aku ingin kembali padamu, Hinata. Tolong beri kesempatan. Bahkan ayahmu bisa mempercayakanmu padaku."

Hinata terkejut. Ia menatap wajah Sasuke seketika. Ayahnya mengizinkannya?

"Ti-tidak mungkin..."

Traumatic Love
T+
Naruto © Masashi Kisimoto
Miss typo (s)
Alternative Universe
Hurt, Family, Romance
DLDR

Have you enjoyed it

Hinata masih tidak percaya dengan semua ini. Hidup tenangnya akan kembali terusik. Kenapa sang ayah mau-mau saja mengembalikannya pada si bajingan Uchiha ini? Apakah kejadian dua tahun silam tak dapat dijadikan tolak ukur betapa tersiksanya ia bersama orang yang sedang duduk satu sofa dengannya ini?

Di sofa yang panjang itu Sasuke dan Hinata duduk sedikit berjauhan. Sasuke menatap sendu Hinata yang sedari tadi hanya menunduk dan meremasi kedua tangannya. Entah apa yang sedang difikirkannya. Tatapannya terlihat menerawang ke depan.

"Hinata..." Bosan dengan suasana yang tak begitu nyaman, Sasuke mulai memecah keheningan. Meski pada dasarnya ia merupakan seorang yang tak banyak bicara. Tapi tidak dalam keadaan ini. Mengingat Hinata juga bukan sosok yang pandai berkata-kata.

Tidak sedikitpun Hinata menoleh. Keadaannya tetap sama, menatap kosong dengan bergelut dalam fikirannya sendiri.

Sasuke sedikit menggeser posisi duduknya. Hinata yang merasakan pergerakan di sampingnya tersadar. Kemudian bergerak menjauhi Sasuke yang hampir merapat padanya. Tak mau kalah, Sasuke semakin menghapus jarak antara keduanya. Demikian pula Hinata, ia semakin menjauhi laki-laki itu. Keadaan ini berlangsung hingga Hinata terpentok pada lengan sofa. Sasuke tak mau menyia-nyiakan keadaan ini. Semakin ia dekati wanita itu dengan membunuh jarak diantara keduanya.

"Tidak!" Seru Hinata sambil berdiri dari sofa. Sasuke sendiri hanya bisa kaget melihat reaksi wanita itu.

"Ma-maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Duduklah.." Sasuke menjauh. Meminta Hinata duduk kembali. Namun gadis itu tak bergeming. Ia memeluk tubuhnya sendiri yang bergetar hebat.

"Hinata. Aku tidak akan melakukan apapun. Aku janji. Kembalilah duduk. Aku ingin membicarakan sesuatu."

Namun tak sedikit pun Hinata beranjak dari tempatnya. Sepertinya ia semakin mewaspadai Sasuke. Betapa tidak? Ia adalah seseorang yang membuatnya hancur di masa lalu. Sehingga Hinata begitu menjaga jarak dengan laki-laki ini.

"Aku tidak akan dekat-dekat. Aku janji," Sasuke menggeser posisinya sampai pada lengan sofa yang berlawanan. "See? Duduklah. Aku tidak akan macam-macam." Janjinya pada wanita manis itu. Hinata pun dengan perlahan kembali ke sofa dan merapat pada lengan kursi yang satunya.

Sasuke menghela nafas. Ini akan sangat sulit. Tapi seberapa susahpun, dia akan tetap berusaha. Karena inilah yang ia inginkan.

"Kau tau? Keluargamu dan keluargaku telah mengatur pernikahan kita untuk yang kedua kalinya." Senyum Sasuke diakhir kalimat. Berbeda denga Hinata yang tampak menegang. Bulir-bulir air mata mulai menumpuk di pelupuk matanya.

"Aku tidak akan mengulangi perbuatan kejiku di masa lalu. Oleh karena itu, Hinata. Maukah kau kembali menerimaku?" Tak segan Sasuke berlutut di lantai meski jarak mereka terbilang jauh.

"Aku mendapatkan karmaku, Hinata. Dan setiap malam aku bermimpi, tentang betapa kejamnya aku di masa lalu." Tangis Sasuke pecah, seiring dengan meluncurnya air mata dari perempuan cantik di depannya ini.

"Aku tau aku tak pantas mendapat maaf dan cintamu lagi. Tapi aku tidak dapat membohongi perasaanku. Aku tidak sanggup jika kau tak lagi bersamaku. Aku hampir gila, Hinata."

Tak segan Sasuke mengoceh betapa ia menginginkan saat-saat bersama wanita itu. Namun dalam keadaan yang berbeda tentunya. Tangis dan ocehannya kali ini benar-benar membuatnya terlihat seperti bukan dirinya.

Tapi lihatlah keadaan Hinata. Dia bahkan tak mempercayai laki-laki itu. Ayolah, dia orang yang sama yang membuatnya hampir terjatuh dari balkon lantai tiga mansion Uchiha. Dan laki-laki ini pula yang memukul kepalanya dengan wajan kualitas terbaik. Oleh karena itu, Hinata tidak akan mudah mempercayai semua kata-katanya. Dia bercermin dari masa lalu.

Dengan perlahan Sasuke mendekat. Meraih tangan yang saling menggenggam itu. Meremasnya sedikit meminta perhatian sang wanita.

Namun Hinata segera menarik kedua tangannya. Air matanya semakin deras meski isakannya tak begitu terdengar.

Hal tersebut tentu membuat Sasuke kecewa. Tapi tak mengapa, toh itu tak seberapa ketimbang perbuatannya di masa lalu.

"Ka-kata-katamu dan perlakuanmu s-seolah kau b-b-benar-benar menyesali semuanya..."

Sasuke tak berniat membantah. Ia ingin mendengarkan suara Hinata setelah dua tahun terpisah. Meski bukan itu yang ingin dia dengar.

"..t-tapi a-aku tak akan dengan mu-mudah percaya..." Dengan mata memerah Hinata menatap Sasuke. "Tolong lupakan s-saja keinginanmu. Aku tidak m-mau merasakan siksaanmu seperti d-dulu Uchiha-san."

"Tidak, Hinata. Itu tidak akan terjadi lagi. Aku janji, aku tidak akan membuatmu menangis lagi. Ku mohon..."

Hinata menggeleng. Demi apapun, laki-laki ini sukar dipercaya. Meski ia tahu sendiri Sasuke tak pandai berdrama, tapi dia adalah penyebab rasa trauma yang menderanya hingga kini.

"Kau bisa pegang janjiku. Aku akan melakukan apa saja. Tapi tolong, Hinata. Bantu aku, aku masih ingin bersamamu."

Biarlah kali ini dia menjadi makhluk terendah yang mengemis-ngemis pada orang lain. Gengsi yang biasanya menjadi tolak ukurnya ia hempaskan begitu saja. Toh tak ada guna jika perempuan yang kau inginkan tak mau bersanding denganmu.
.
.
.
.
.
.
Meski sebelumnya Sasuke berusaha keras membujuk Hinata. Tetap saja pernikahan kedua ini terlaksana. Karena orang tua dari kedua belah pihak menyetujuinya. Karena memang sejak awal itulah yang mereka inginkan.

Hinata kembali meratapi nasibnya. Percuma dia menolak keras keinginan Sasuke. Toh pada akhirnya tetap saja ia tak dapat berbuat apa-apa. Sepertinya kebahagiaan memang enggan memihak padanya.

Sasuke tersenyum lebar hari ini. Pernikahan kedua mereka memang tak dirayakan sebesar pesta pernikahan pertama. Namun Sasuke tak memusingkan hal itu. Yang jelas dia senang Hinata menjadi istrinya lagi.

Jika pada pernikahan pertama Hinatalah yang memasang senyum manis dengan Sasuke yang menekuk wajahnya. Maka keadaan sekarang berbeda. Justru Hinata terlihat begitu murung. Ia bahkan tak menyalami satupun tamu undangan. Sasuke mengerti hal itu. Karena itulah dia tak keberatan menjadi satu-satunya mempelai yang menyalami tamu-tamu undangan.

Aku berjanji, kali ini tak akan kusia-siakan sesuatu yang begitu berharga. Karena aku mencintainya.

~TBC~

Traumatic Love [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang