But, stay with me a minute
I swear, I'll make it worth itIngatlah ketika kau membuat beberapa kekacauan. Tidak, tapi kesalahan. Mungkin suatu saat itu akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidupmu. Lantas apa yang mendorongmu untuk menebus kesalahanmu tersebut? Rasa bersalah yang menghantui? Bukankah itu terdengar klise? Atau mungkin ada perasaan lain yang mengganjal dan turut serta menghantui malam-malam yang selalu menemanimu?
TRAUMATIC LOVE
(On going)
Isame10
.
..
...
..
.Ketika Sasuke membuka pintu kamarnya, hal pertama yang menjadi pusat perhatiannya adalah makanan yang masih berada di nakas dan terlihat sama sekali tak tersentuh. Ia pun menghela nafas. Kemudian matanya bergulir pada tubuh terbalut selimut yang terbaring di ranjang king size.
Kakinya perlahan mendekat dengan tanpa menimbulkan suara mencolok di setiap langkahnya.
Aneh, tidak terdengar sedikitpun suara dengkuran halus atau tarikan nafas dari wanita yang baru ia nikahi semalam tersebut. Walau selimut yang dipakainya tebal, namun masih bisa memperlihatkan naik turunnya tubuh si pemakai ketika bernafas.
Sasuke semakin cemas dengan hal tersebut. Persetan dengan suara berisik yang ditimbulkannya karena alas kaki yang dipakainya terbuat dari karet berkelas yang keras. Istrinya lebih penting saat ini. Lebih tepatnya keadaannya. Jika terjadi sesuatu pada Hinata, Sasuke akan benar-benar menyalahkan dirinya sendiri meski ia tak mengerti apa yang terjadi sekarang.
Ketika posisinya sudah dekat dengan istrinya, segera disingkapnya selimut tebal tersebut. Dan betapa terkejutnya Sasuke ketika melihat sesuatu di balik selimut tersebut. Kepanikan semakin menderanya.
Di sana terbaring tubuh istrinya yang terkulai lemas. Wajahnya pucat pasi, dengan bibir kering kerontang. Segera Sasuke mengecek pergelangan tangannya.
Bersyukur Tuhan masih sangat menyayanginya. Sasuke sedikit menghela nafas. Masih ada denyut nadi sang istri. Tanpa membuang waktu ia segera menghubungi dokter pribadi untuk segera datang dan menindaklanjuti keadaan Hinata yang membuatnya cemas dan hampir mati berdiri.
.
.
.
.
.
"Tidak apa-apa. Nyonya hanya kelelahan sehingga membuatnya pingsan. Setelah beliau siuman segera berikan bubur untuknya. Dan jangan biarkan Nyonya terus menahan rasa laparnya. Karena itu bisa berakibat buruk bagi kesehatannya."Sasuke membelai rambut Hinata dengan lembut. Setelah dokter yang memeriksa Hinata pulang, Sasuke segera menyuruh salah satu maid untuk membuatkan bubur. Kini semangkuk bubur dan segelas air putih hangat telah tersedia di nakas. Sembari menunggu Hinata sadar, Sasuke dengan senang memandangi wajah tertidurnya yang terlihat damai.
Hey, apa dunia mimpimu lebih menyenangkan? Kau terlihat betah memejamkan mata.
Perubahan yang terjadi pada Hinata disadari oleh Sasuke. Jika dulu pipi putih tanpa noda itu terlihat tembem dan menghadirkan rona merah bak blush on, sekarang hanya ada pipi tirus dengan warna pucat. Bulu matanya tetap lentik seperti dulu. Namun, cekungan di matanya kentara sekali. Tubuhnya juga agak kurus dari terakhir kali Sasuke melihatnya.
Sasuke mengecup punggung tangan Hinata, kemudian meletakkannya di pipi. Meresapi kehangatannya dan merekam dalam memori betapa lembutnya tangan ini.
Jika di ingat-ingat, ini lah kali pertama Sasuke menyentuh Hinata dengan begitu lembutnya. Dulu, jangankan menyentuh, memandang saja ia seakan jijik dan lebih memilih berkutat di ruang kerja atau bersenang-senang di salah satu klub yang dimiliki temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Traumatic Love [HIATUS]
FanfictionTahukah kamu Jika bertahan itu sulit? Lalu dengan sekehendak hati kau meminta kembali. Sungguh, itu hal teregois yang pernah kujumpa. Slow update