\I love You, Jungkook!/
💜
Hi, Jung!
Aku mungkin menulis ini sambil menangis, bahkan kau bisa lihat ada beberapa bekas air mata dan tinta yang mengering hingga membuat tulisan ini menjadi sedikit buram.
Aku rindu.
Ah benar begitukah? Rasanya aku pun tak pantas merindukan hal yang sebenarnya memang tidak ada sedari awal.
Aku menyesal, Jung.
Bukan karena kehadiranmu yang terlalu mendadak, kok. Hanya saja sedikit menyesal kenapa aku tidak dilahirkan di tahun yang sama denganmu. Seandainya saja kita lahir di tahun yang sama, lalu mulai mengenal dan menjadi dekat. Kau tak perlu merasa sendirian karena aku pasti akan selalu berada di sisimu.
Tahu tidak kalau bunga lili yang kau berikan untukku telah layu? Dan kau tahu bahwa aku memang sengaja membuatnya mati? Jahat memang. Tapi kalau bunga itu terus saja berada di kamar bersamaku, rasa-rasanya aku tidak akan bisa melupakanmu.
Aku lebih memilih menyimpanmu di hati dan kepala, karena memori adalah tempat terbaik untuk menyimpan kenangan daripada sebuah benda.
Jung, ini sudah tahun ke-lima sejak kau meninggalkanku, bukan? Namun mengapa aku masih bisa mengingat setiap detail kenangan bersamamu dengan amat jelas, seolah seluruh rangkuman tentangmu terputar secara otomatis ketika aku merasa sangat merindukanmu.
Mungkin benar yang dikatakan orang perihal merelakan akan berujung melupakan. Aku, gadis bodoh yang mendeklarasikan dirimu sebagai cinta pertamaku ternyata belum sepenuhnya merelakanmu. Kau tahu karena apa? Karena kau datang dengan cara yang salah, Jung. Bukan begitu caranya untuk mendadak datang lalu tiba-tiba mengucap perpisahan. Bukan begitu caranya meminjam sebuah hati yang tak mungkin bisa kau kembalikan. Bukan begitu caranya kau menghakimi dirimu sendiri di masa lalu akibat sesuatu hal yang tak bisa kau menangkan.
Jung, akan ku ceritakan satu dongeng tentang gadis miskin yang amat mencintai pangerannya. Mereka tidak mencapai akhir yang bahagia, jika menurutmu karena pertentangan dan kesenjangan yang luar biasa jauh, kau salah besar. Bahkan lebih dari itu, mereka dipisahkan oleh maut dan takdir.
Tak ada yang lebih hebat dalam memisahkan dua manusia selain kematian. Aku tidak salah, kan?
Jadi, meski kau memang hanya ilusi yang datang padaku dengan cara yang paling benar, namun itu cukup untuk membuatku paham bahwa hati memang ditakdirkan untuk disakiti kemudian disembuhkan, begitu berulang kali, hingga kau benar-benar berlabuh pada dia yang tepat.
Lantas aku harus bagaimana jika semua yang kubutuhkan ada pada dirimu, Jung?
Apa aku harus mati?
Atau aku harus melanjutkan hidup?
Apapun itu, aku tidak ingin mendengar pendapatmu, karena aku tahu kau tidak mungkin mendukung keputusanku jika aku benar-benar memilih.
Tapi aku sadar, bahwa diriku terlalu memaksamu untuk tinggal, selalu membiarkan dirimu memenuhi isi kepala hingga enggan enyah barang sedetikpun. Di sini akulah yang salah, aku yang terlalu mendambamu hingga melupakan kehidupanku yang benar hanya demi ilusi sepertimu.
Jadi seperti katamu waktu itu, aku memang harus melanjutkan kehidupan, tanpamu. Terima kasih telah berkenan hadir, terima kasih telah mengisi sebelas hariku dengan hal yang amat berharga.
Terimakasih.
Aku mencintaimu,
Sangat.
❤️❤️❤️END❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ROOFTOP | JJK ✔️
Fanfic[COMPLETED] Pertemuan singkat yang benar-benar singkat, karena dia hanya ilusi yang datang padaku lalu pergi dengan cara yang paling benar, namun tetap terasa salah dan menyesakkan.