Chapter 5

61 12 5
                                    

Aku berbincang sebentar di kafe dengan Taeyong dan meninggalkan Lisa yang masih sibuk memilih novelnya. Siapa sangka, kalau pria yang dulu sempat ditolak beberapa kali oleh Charlotte bisa menjadi manusia tampan seperti ini? Aku sendiri pangling dan hampir tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya.

Aku dan Taeyong memang sangat dekat dulu, karena Om Tyo dan bapak adalah rekan bisnis. Kami sering bertemu di akhir pekan. Setelah lima tahun kami bersama, keluarga mereka memilih pindah ke Makassar. Semenjak itu, aku dan dirinya tidak pernah lagi bertemu.

"Kok Mas Taeyong masih kenal sama wajahku? Padahal kayaknya aku yang dulu sama sekarang beda banget, lho." Tanyaku, mengingat mungkin orang akan lupa.

Taeyong terkekeh. "Masa sih beda? Perasaan wajah kamu nggak berubah, masih kayak dulu. Makanya pas lihat kamu di toko buku tadi, aku langsung kayak familiar dan nggak ragu buat menyapa. Eh, ternyata benar itu kamu." Katanya.

"Masih kayak dulu? Berarti wajahku nggak berubah sama sekali dong?" Tukasku.

"Ada perubahan yang sebenarnya bikin aku terkejut, kamu tambah cantik. Dengan penampilan kamu yang kayak gini, aku mau ngejek pun harus mikir dua kali." Ujar Taeyong.

"Justru kamu yang bikin aku pangling. Buktinya tadi aku sempet nggak percaya kalau kamu Mas Taeyong. Beda banget, suer."

Taeyong tertawa. Aku masih tidak menyangka kalau pria di hadapanku saat ini adalah bocah ingusan itu. "Oh ya, kamu sudah punya anak berapa?" Tanya Taeyong secara tiba-tiba.

Aku melongo hebat dan hampir membanting tubuh ke aspal. Punya anak berapa katanya? Nikah saja belum.

"Kamu ngejek aku, ya?!" Ujarku geram.

"Hah? Ngejek? Kok gitu?" Taeyong agaknya bingung dengan reaksiku barusan.

"Gimana mau punya anak, pasangan aja belum ada. Pertanyaan Mas Taeyong aneh banget."

"Lho, bukannya Tante Lana bilang kalau kamu sudah menikah?!" Taeyong terlihat syok.

"Kamu salah dengar," aku menggeleng pelan, "bukan aku yang nikah, tapi Charlotte."

"Charlotte?! Dia sudah nikah?!" Sekali lagi, Taeyong tampak syok. Dia bahkan hampir menyemburkan minuman yang baru saja diteguknya ke wajahku.

Aku mengangguk. "Iya, dia sudah menikah, dan punya satu anak laki-laki."

"Wah," Taeyong memijat dahinya frustasi, "aku nggak punya kesempatan lagi dong buat deketin dia?" Katanya.

"Mas Taeyong sih perginya kelamaan. Charlotte itu tipe yang nggak suka nunggu terlalu lama. Jadi, selagi ada yang ngajak nikah, dia langsung mau." Ejekku.

"Eh, tapi kamu bilang kamu belum punya pasangan? Jangan bilang kamu nunggu aku balik dari Makassar?" Ujar Taeyong diiringi gelak tawa.

"Jangan ge-er! Status aku saat ini nggak ada hubungannya sama Mas Taeyong, tahu."

"Lagian, siapa tahu ternyata aku malah berjodoh sama kamu."

Ya ampun, bisa-bisa aku sekarat dan mati di tempat kalau terus-menerus diteror dengan rayuan itu.

"Bisa ngomong kayak gitu juga Mas Taeyong ternyata? Padahal dulu selalu membandingkan aku dan Charlotte. Sekarang malah berpikir kalau kita berjodoh? Lucu juga." Gurauku. Kalau diingat lagi, Taeyong memang selalu membanding-bandingkan aku dengan Charlotte, meskipun faktanya Charlotte memang lebih cantik dan menarik.

"Itu kan dulu, aku masih jadi bocah ingusan. Kalau tahu kamu gedenya kayak gini juga aku pasti mikir dua kali buat pilih Charlotte."

Kami lalu tertawa bersama dan melanjutkan obrolan sampai larut malam. Lucu juga kalau mengingat bagaimana kami bisa berteman selama itu.

Slice of Love [NCT Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang