Chapter 2

69 12 20
                                    

Aku melangkahkan kaki menuju Kafe Amertha. Lisa bilang kalau pria bernama Jaehyun itu sudah menungguku di meja nomor sebelas. Sumpah, aku merasa deg-degan, karena ini adalah kali pertama aku mengikuti kencan buta.

Aku langsung mengedarkan pandangan untuk menemukan keberadaan meja nomor sebelas. Saat mataku kemudian menangkap sosok di meja nomor sebelas, aku terperangah.

Gila, ini serius temannya Bram yang bernama Jaehyun?

Mataku hampir tidak berkedip saat memandang ke arahnya. Ketika aku mendekat, pria itu langsung menyadari. "Christina, ya?" Katanya dengan suara yang bisa membuatku meleleh.

Aku mengangguk dengan kaku. "I --iya, saya Christina."

"Kenalin, nama saya --Jaehyun," pria itu mulai memperkenalkan diri, "silakan duduk." Ujarnya.

Aku langsung mendaratkan bokong di kursi dan kami pun mulai mengobrol. Sepanjang obrolan berlangsung, aku tidak bisa berhenti memandang ke arah Jaehyun. Lisa benar-benar serius dengan ucapannya soal teman-teman Bram.

"Saya senang bisa bertemu dengan kamu." Katanya yang diakhiri dengan senyuman.

Selama hampir dua puluh enam tahun aku hidup, belum pernah sebelumnya aku menemukan pria seperti Jaehyun. Rasanya kemenanganku sudah dekat. Apa aku bisa langsung tanyakan kapan kami akan menikah?

"Saya juga senang bisa bertemu dengan ka -kamu."

"Kelihatannya kamu gugup banget." Ujar Jaehyun.

"Maklum, ini pertama kalinya saya ikut kencan buta." Balasku.

"Oh ya? Saya juga nggak pernah melakukan kencan buta sebelumnya." Lagi-lagi pria bernama Jaehyun ini hampir membuatku sesak nafas karena terus-menerus tersenyum. Kalau dijodohkan dengan pria seperti ini sih jelas aku tidak akan menolak. "Ngomong-ngomong, sebelum pulang ada satu hal yang harus saya kasih tahu ke kamu."

Jangan bilang kalau dia mau melamarku?

Jangan ngarep, Christina!

"Maaf sebelumnya, tapi saya bukan Jaehyun."

Lho? Apa-apaan ini?!

"Hah?!" Mendadak aku syok dan bola mataku hampir keluar.

●● ●● ●●

"Bukan Jaehyun?! Maksudnya apaan, sih? Gue nggak ngerti, Tin." Lisa tampak terkejut saat mendengar ceritaku barusan.

Setelah kencan buta semalam, aku langsung menghubungi Lisa dan mengajaknya bertemu di Kafe Lili untuk meminta kejelasan. Kalimat 'saya bukan Jaehyun' pun masih membayangiku.

Apa lagi pria yang namanya tidak aku ketahui itu langsung pergi tanpa berucap setelah mengatakan kalau dirinya bukan Jaehyun. Aku juga tidak sempat mengejarnya, karena saat itu kafe dalam keadaan ramai.

Kan tidak lucu kalau aku harus lari-larian mengejar pria yang bukan Jaehyun itu di tengah kerumunan orang.

"Iya, dia bilang dia bukan Jaehyun. Gue nggak sempet nanya nama. Masih syok gue, men." Kataku lagi.

"Gila," Lisa tampak memijat keningnya, "gue bingung sumpah, Tin. Kalau itu bukan Jaehyun, terus siapa dong?!"

"Ya mana gue tahu! Gue kan nggak tahu bentukan si Jaehyun yang asli kayak gimana. Coba lo tanya Bram, deh. Dia kan yang bertanggungjawab atas pertemuan gue dan laki-laki yang bahkan gue nggak tahu siapa namanya."

"Oke, gue tanya Bram dulu." Lisa meraih ponselnya dari dalam tas dan langsung menghubungi Bram. Aku membiarkan mereka bertengkar sebentar di telepon sebelum kami kembali pada topik pembicaraan. "Kata Bram dia bukan Jaehyun."

Aku melongo hebat saat mendengar ucapan Lisa --merasa sangat panik. "Hah? Bukan Jaehyun?! Terus siapa, Lis? Jangan bilang semalam gue ngobrol sama setan?!"

Lisa menghela napas berat. "Enggak, jangan kebanyakan nonton film horor makanya. Bram bilang laki-laki yang gantiin Jaehyun itu namanya Doyoung. Bram juga lumayan kenal sama si Doyoung ini."

Aku memandang ke arah Lisa dengan mata berbinar. "Jadi, cowok ganteng yang kencan buta sama gue semalam itu namanya Doyoung?" Tanyaku.

"Iya, kenapa? Lo tertarik sama Doyoung?"

"Surprisingly, yes." Kataku dengan diiringi gelak tawa.

"Lo yakin mau sama Doyoung?" Tanya Lisa, "eh, bukan, emang lo yakin dia mau sama lo?"

"Brengsek, lo! Dukung gue, kek! Jangan dihina terus. Katanya lo mau lihat gue nikah!" Aku mengumpat dengan kesal.

Lisa terkekeh. "Bercanda, sayang."

"Back to topic, dia masih single, kan?" Tanyaku memastikan. Aku tidak mau kalau ternyata Doyoung sudah punya pacar --atau lebih parahnya sudah beristri, mengingat dia datang untuk menggantikan Jaehyun, bukan serius mengikuti kencan buta.

"Doyoung single, tapi --" Lisa menggantungkan kalimatnya yang membuatku justru penasaran.

Aku mengernyitkan dahi. "Tapi apaan, nih? Ngomong jangan setengah-setengah, bikin gue penasaran tahu nggak."

"Doyoung itu duda, dan punya satu anak laki-laki yang umurnya masih dua tahun. Beneran masih mau sama Doyoung?"

Aku melongo hebat. Duda beranak satu bisa se-tampan dan se-kece itu? Gila, sih.

"Duda pun gue sanggupin deh."

"Kalau lo yakin, gue kasih nih kontaknya."

"Yakin, lah. Kapan lagi lo bisa lihat gue se-excited ini kenalan sama cowok?"

"Gila, bisa antusias juga lo. Mana hp lo sini." Lisa menyambar ponselku yang ada di atas meja, untuk selanjutnya dia menyimpan nomor Doyoung di sana. "Udah gue simpen."

"Makasih, Lisa!" Kataku seraya memeluk gadis itu.

"Baik-baik lo sama Doyoung. Kemarin lo kenal dia sebagai 'Jaehyun', setelah ini, lo akan kenal dia sebagai dirinya sendiri."

[Bersambung]

Visualisasi Doyoung pas ketemu Christina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Visualisasi Doyoung pas ketemu Christina

Ambyarrr gak sih 😌😌😌

Btw, untuk tokoh Christina, kalian bisa bayangin siapapun yang ada dibenak kalian ya. Aku pribadi sih belum ada gambaran soal visualisasi tokoh Christina. Kalau misalnya ada, nanti aku post deh hwhwhw

Slice of Love [NCT Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang