Gadis bersurai babyblue yang baru saja menyelesaikan ujian kenaikan kelasnya itu pulang dengan senyum tipis di wajahnya. Ia dan teman sekelasnya baru saja merayakan selesainya ujian kenaikan kelas itu di Maji Burger yang selalu menjadi tempat nongkrong mereka.Dihadapannya adalah rumahnya, jemarinya meraih gagang pintu dan memutarnya.
Ia tidak tahu bahwa roda takdir akan berputar lagi, karena sesuatu yang ada dibalik pintu itu akan mengubah hidupnya.
——
Pemandangan aneh, menurutnya. Kenapa tiba - tiba ada nenek dan pamannya yang tinggal di Kyoto. Sempat terpikirkan apa mereka hendak merayakan liburan disini? tapi buktinya sepupunya tidak ikut serta. Masa hanya berdua?
Sang juita itu semakin heran, mengapa tiba - tiba keluarga ibunya yang tinggal jauh di Kyoto itu datang ke rumahnya. Tidak lama kemudian manik sapphirenya menangkap wujud ibunya yang tengah menangis. Mereka bertemu pandang, dan sang Ibu langsung memeluk buah hatinya. Melihat emosi sang ibu yang sedang tidak stabil, pemilik surai senada langit itu membalas pelukan sang ibu, erat.
"Tetsuna, Ujian akhirmu sudah selesai ,kan?" Pamannya bersuara. Dia tidak bertanya, melainkan Lelaki berusia kepala empat itu memastikan. Gadis yang bernama Kuroko Tetsuna itu hanya mengangguk. "Kamu tidak perlu masuk sekolah lagi?" sang puan yang disebut itu membalasnya lagi dengan anggukan.
"Bagus, Tetsuna. Kamu ikut kita ke Kyoto sekarang, Bahaya membiarkanmu disini tinggal dekat dengan laki - laki gila itu."
Kalimat pernyataan dari pamannya membuatnya mematung.
'Laki - laki gila?'
—
Ibunya melepaskan pelukannya, membantu Kuroko membereskan barang pribadinya. Tas koper bewarna ungu yang ditarik sang paman menandakan bahwa bajunya sudah dibereskan sang Ibu dan Nenek selama ia berada di sekolah.
Rupanya, sang ibu sudah membereskan beberapa barang penting milik sang anak seperti Charger Ponsel, Powerbank dan lainnya karena Kuroko tidak menemukannya di meja belajarnya. Gadis bermahkota babyblue itu tengah kebingungan dengan semua kejadian ini. Di tubuhnya masih menempel seragam SMA Seirin. Tanpa berganti baju, pamannya menyuruhnya masuk kedalam mobil dan kini ia duduk di samping sosok Ibu yang kembali memeluknya. Nenek dan pamannya duduk didepan.
"Paman Haruka." panggil Tetsuna sembari mengelus punggung sang ibu. Manik keabuan milik Haruka menyiratkan amarah dan kebencian. Terlihat dari spion.
"Ayahmu selingkuh lagi." Neneknya membalas lebih dahulu dengan intonasi tajam. Merupakan rahasia umum dalam keluarga mereka bahwa sang Ayah hobi minum - minum, memukuli anaknya dan menyelingkuhi istrinya. Tetsuna sadar, ia beberapa kali dipukul sang ayah dalam keadaan mabuk. Dikatai tidak berguna karena hanya menambah utang dan tidak bisa mencari uang.
"Minggu lalu, saat Ibumu memintamu menginap di rumah temanmu. Sebenarnya selingkuhannya datang dan meminta pertanggungjawaban." lanjut Paman Haruka jemarinya mencengkram setir mobil lebih keras.
Tetsuna memeluk erat sang ibu. Tak perlu mendengar sisanya, ia tahu apa yang terjadi.
"Ibu, Ayah mungkin tidak akan ada untuk Ibu tapi, Tetsu bakal selalu berada di sisi Ibu." bisiknya pelan, berusaha menenangkan sang Ibu.
Berakhir mereka tertidur dalam pelukan masing - masing hingga mereka sampai ke Kyoto.
——
"Tetsuna, bangun."
Suara halus sang Ibu disertai tepukan ringan itu membangunkannya. Manik Sapphirenya tersuguhi pemandangan sebuah rumah tradisional jepang yang di pagarnya terdapat papan nama bertuliskan 'Mayuzumi'
Mereka akan tinggal bersama nenek dan keluarga pamannya yang di Kyoto, Kaki sang anak hawa itu akhirnya menapak diatas jalur aspal. Ia segera membantu pamannya yang tengah mengeluarkan tas - tas mereka, "Kamu istirahat saja, Tetsuna." cegah sang Paman. Ia hanya menurut, mengambil tas berisi barang pribadinya lalu memasuki rumah setelah melepas sepatunya.
"Tetsuna," surai keabuan seorang anak adam berpakaian kimono putih yang dibungkus haori abu - abu itu menyapa indra penglihatannya. "Chihiro-niisan." Tetsuna menunduk, menyapa sopan kakak sepupunya.
"Akan kutunjukkan kamarmu."
Kamar yang ditunjukkan sepupunya, adalah kamar yang selama ini ia tepati ketika berada di Kyoto. Tetsuna menaruh tasnya di dekat meja belajarnya, dan Chihiro meletakkan kopernya di dekat lemari.
Mayuzumi Chihiro, Kakak sepupu Tetsuna itu kini membantunya merapihkan barang - barangnya. "Kamu ingat aturan nenek disini kan?" tanya sang Kakak sepupu, pemilik surai babyblue itu membalasnya dengan anggukan. "Pakai kimono kalau di rumah.." senyum miring terlukis di paras ayunya."Sepertinya Ayah dan Bibi sedang mengurus pergantian margamu, dan sekolahmu." Kuroko hanya tersenyum miris. Ia tidak punya teman yang bisa ia anggap 'teman' selama di Tokyo, jadi tidak perlu mengucapkan selamat tinggal. Hawa keberadaannya sudah tipis, mereka tidak akan ingat siapa dirinya.
Satu - satunya temannya dulu hanya gadis yang menjadi manager Basket Teiko bersamanya, Momoi Satsuki. Itupun dia sudah putus kontak dengannya.
"Kamu masih menyimpan ini.." Suara Chihiro membuyarkan konsentrasinya, di tangan Chihiro ada rekap pertandingan basket serta stat - stat pemain tim Teiko dahulu. Sorot mata Tetsuna kini terdapat kesedihan di dalamnya, Chihiro yang peka itu segera mengembalikan buku tersebut dan meninggalkan Tetsuna.
"Kalau butuh apa - apa, Aku di kamarku." Kalimat pendek Chihiro yang dilanjuti dengan tertutupnya pintu geser kamar Tetsuna membuatnya tenang.
Ia memeluk catatan yang dibuatnya semasa SMP tersebut, itu hanya buku tulis pasaran yang sering dipakai anak sekolah umumnya, namun buku itu menjadi saksi bisu atas beberapa hal yang menimpanya, indah dan menyakitkan.
Gadis bak boneka porselen itu membuka buku tersebut, membolak - balikkan halamannya. Tangannya berhenti di satu nama.
Akashi Seijuuro.
Bayangan akan sosok pemuda dengan tinggi sekitar 170 dengan surai bak api yang membara itu muncul di kepalanya.
Pemilik surai babyblue itu termenung, teringat akan suara deep khas pemuda tersebut membisiki telinganya kini.
'Kemampuanmu sudah tidak lagi dibutuhkan..'
Matanya kini berkaca - kaca, Kalimat yang diucapkan sang pemuda tiga tahun lalu terputar kembali dalam benaknya.
Itu hanya sebuah kalimat, dengan 5 kata. Tapi memiliki makna yang menyakiti hati Tetsuna.
Teringat bahwa kemungkinan besar pamannya akan menyekolahkannya di almamater sang kakak sepupu, SMA Rakuzan. Ia masih ingat ketika menonton salah satu pertandingan bakset kakak sepupunya, membuatnya ingin menangis.
Kakak sepupunya satu tim dengan mantan kaptennya,
Apa tidak boleh sekolah lain? Ingin sekali ia protes, tapi pamannya sudah cukup baik mau menampungnya dirumahnya, jauh dari ayahnya yang suka memukulnya.
Sosok Kuroko Tetsuna yang akan memulai tahun keduanya sebagai Mayuzumi Tetsuna itu mengusap air matanya, membulatkan tekad.
'Aku akan lulus dengan damai, tanpa Akashi-kun tahu aku bersekolah disini'
Karena hakikatnya sekarang, Tetsuna hanya ingin lari dari pemuda itu, serta semua hal yang mengikatnya dengan pemuda itu.
-to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drapetomania
Romance(n.) an overwhelming urge to run away. ... Tetsuna hanya ingin lari dari mantan kapten tim basketnya yang tak lain adalah Akashi Seijūro. Naas, Takdir kembali mempertemukan mereka disaat Tetsuna telah menghapus basket dari hidupnya di masa SMA. ... ...