Happy Reading~
——
Bel masuk berbunyi, diikuti panggilan agar siswa - siswi segera pergi ke auditorium sekolah. Menutup bukunya, Tetsuna menyelip diantara kumpulan manusia berseragam yang berjalan di koridor. Tujuan mereka sama, ke auditorium.
Auditorium sekolah itu sudah ramai. Melihat wajah - wajah yang dikenali sebagai teman sekelas itu berkumpuk dengan murid yang belum ia lihat wajahnya, Tetsuna menyimpulkan bahwa mereka bebas duduk dimana saja.
"Oh, Heyy Tetsuna-chan." suara tenor yang agak cempreng itu menyapa indra pendengarannya. "Oh, Hirasawa-kun."
Sang empu hanya tersenyum, ia mendaratkan bokongnya di tempat duduk disebelah Tetsuna. "Susah mencari keberadaanmu, aku harus memasang mataku empat kali lebih jeli daripada disaat aku harus mencari Chihiro-senpai.." keluhnya. Mempertahankan muka datarnya, sang puan membalas. "Kalau begitu tidak usah cari."
Sedikit terkejut dengan reaksi Tetsuna, Hirasawa menggeleng. "Tidak! Tetsu-chan sekarang kan temanku juga, apalagi Tetsu-chan belum hafal area sekolah."
Tetsuna hanya tersenyum, "Terima kasih.." gumamnya pelan. Gumamannya itu membuat Hirasawa menoleh, "He? kamu ngomong apa barusan?"
Tetsuna tidak menatap sepasang topaz yang tertuju padanya, "Acaranya mau mulai." Hirasawa yang tidak puas itu cemberut, lantas menatap sosok kepala sekolah Rakuzan yang tengah memulai sambutan yang bisa membuat murid tidur itu.
"Omong - omong, kamu pindahan mana?" tanya Hirasawa pada Tetsuna yang atensinya masih terpusat pada pemberi sambutan. "Seirin." jawab Tetsuna pendek, jelas, padat gapake koma pakenya tanda titik. Hirasawa ingin sekali mengajak gadis disebelahnya itu mengobrol tetapi ia mengurungkan niatnya.
"Semoga kalian bisa ikut serta dalam mengharumkan nama sekolah." Kepala sekolah SMA Rakuzan itu mengakhiri sambutannya, suasana menjadi riuh karena tepuk tangan dari seluruh murid.
"Berikutnya, sambutan Ketua Osis. Akashi Seijuuro dipersilahkan memberikan sambutannya." Hirasawa hanya menoleh sedikit, iseng. Tetapi apa yang ditemukannya cukup mengejutkan, Tetsuna yang menunduk serta tangannya yang tremor itu menangkap atensinya.
"Terima kasih untuk kesempatannya, Saya tidak akan lama.." Sosok pemuda bersurai merah itu memulai sambutannya.
"Seijuuro hebat ya.." gumam Hirasawa yang mendengarkan ceramah—maksudnya sambutan—dari Akashi dengan khidmat. Tetsuna tersenyum kecil— sangat kecil, meski dalam hatinya ia merasa teriris dan menertawakan dirinya. Berada di satu sekolah, satu jurusan, teman pertamanya di Kyoto adalah teman dekat Akashi— Tetsuna hanya menebak karena Hirasawa sudah memanggil Akashi dengan nama kecilnya. Apalagi yang akan menunggunya disini?
Tetsuna hanya bisa menyambut itu semua.
——
Semua murid diperintahkan untuk kembali ke kelas seusai upacara sambutan di auditorium sekolah.
Suasana kelas 2 - 5 ramai sekali. Mereka semua berbincang, nampak senang bertemu teman baru atau berkenalan dengan anak yang tidak sekelas sebelumnya.
Tetsuna hanya membaca bukunya, kursinya berada di pojok kiri belakang dekat jendela. Dengan hawa keberadaannya yang sangat tipis itu, ia bisa tertidur sepanjang kelas tanpa disadari oleh para guru.
Tuk.
Sebuah pensil menggelinding kearahnya dan berhenti karena menyentuh kakinya. Tetsuna segera mengambil pensil tersebut, mencolek bahu siswi di depannya. "Permisi."
Gadis bersurai hitam sebahu yang duduk didepannya menoleh, "Astaga!" sang empu mengelus dadanya, terkaget akan eksistensi seorang Mayuzumi Tetsuna. "Pensilmu terjatuh." lanjut Tetsuna, tidak mempedulikan reaksi siswi barusan yang sebenarnya membuat jantungan—semua atensi teralih pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drapetomania
Romance(n.) an overwhelming urge to run away. ... Tetsuna hanya ingin lari dari mantan kapten tim basketnya yang tak lain adalah Akashi Seijūro. Naas, Takdir kembali mempertemukan mereka disaat Tetsuna telah menghapus basket dari hidupnya di masa SMA. ... ...