Happy Reading~
Cahaya lembut yang menelisik melalui jendela disertai suara cicitan burung itu membangunkan anak hawa yang sudah berada di usia legalnya. Manik sapphirenya menyapa dunia, langit - langit kamarnya lah yang ia lihat pertama. Ia bangkit dari futon yang digunakan sebagai alas tidurnya semalam.Suara langkah kaki memasuki indra pendengaran Tetsuna, tak lama kemudian pintu kayu yang memisahkan koridor dan koridor itu digeser—dibuka—oleh tak lain sepupunya, Chihiro. "Oh, sudah bangun."
Manik kelabu Chihiro bertemu pandang dengan Tetsuna, "Mandi dan jangan pakai kimono, aku akan mengantarmu ke Rakuzan untuk tes masuk." Setelahnya, Chihiro kembali menutup pintu, diikuti Tetsuna yang mulai bersiap untuk menjalankan hari.
—
"Ohayou, Tetsuna." Sapa sang Ibu yang tengah membantu bibi Aoi—Ibunda Chihiro—menyiapkan sarapan. Tetsuna menyalami sang Ibu, lalu duduk di salah satu bantalan berfungsi sebagai kursi, di hadapan Paman Haruka yang tengah membaca koran ditemani kopinya.
"Tidurmu nyenyak, Nak?" tanya paman Haruka, Tetsuna hanya mengangguk. Tidak lama kemudian, Chihiro dengan balutan kemejanya memasuki ruangan. "Pagi, Ayah." Chihiro menyalami ayahnya, sebelum duduk di sebelah Chihiro.
Tidak lama kemudian, wanita bersurai keabuan itu menaruh beberap piring hidangan lalu mangkuk berisi nasi, masing - masing di hadapan Tetsuna dan Chihiro. "Cepat habiskan, kita akan mengejar bis."
Menuruti sang kakak sepupu, ia segera menghabiskan semangkuk sup miso yang ada dihadapannya, sebelum akhirnya menyuap nasi di hadapannya.
Tidak ada pembicaraan di meja makan, hanya terdengar denting sendok san sumpit. Chihiro lah yang menyelesaikan makanannya pertama, "Makasih untuk makanannya." Pemuda itu langsung menaruh bekas makanannya ke dapur diikuti Tetsuna.
"Ayo, nanti kamu terlambat." Chihiro yang sudah siap itu menunggu di dekat pagar rumah, membuat gadis yang lebih muda 2 tahun itu harus berlari kecil untuk mengejarnya.
Tidak ada pembicaraan diantara mereka. Hanya suara tungkai yang melangkah terdengar, berjalan beriringan. Begitu memasuki bis pun, Chihiro fokus dengan buku novel yang dibawanya. Gadis bersurai babyblue menggunakan kesempatan ini untuk menghafal jalanan Kyoto.
——
"Tetsuna, kita turun disini." teguran anak adam itu menyadarkannya, mereka segera turun setelah membayar jasa bis tersebut. Daerah tersebut sedang sedikit lebih ramai dari biasanya, Chihiro takut adik sepupunya tersesat hingga ia memegang tangan sang adik, dan sedikit berlari.
Rupanya Rakuzan tidak jauh dari halte bis tempat mereka turun, Chihiro melepas tautan jemari mereka dan segera memasuki Rakuzan yang sepi, hanya ada para staff sekolah seperti bagian administrasi dan guru. "Kita kemana sekarang?" suara Tetsuna memecah keheningan diantara mereka.
"Kita ke bagian Administrasi." jawab Chihiro pendek. Pandangan Tetsuna kini terfokuskan pada kondisi bangunan sekolah yang terawat itu. Iyalah terawat namanya juga sekolah elit.
Chihiro kini membuka sebuah pintu kaca di lantai dua, terdapat ruangan dengan beberapa sofa. Persis seperti ruangan untuk menerima tamu. Mereka duduk di salah satu sofa yang ada. "Nanti kalau sudah selesai tesnya, kirim aku pesan di LIME Talk saja. Nanti aku jemput."
Tidak lama kemudian, seorang wanita yang masih terlihat dalam usia kepala duanya—meski ia sudah berkepala tiga—menghampiri Chihiro. "Mayuzumi-kun, Selamat siang."
"Selamat siang, Ibu Nakano." Mayuzumi berdiri dan menunduk sopan, menyalimi sang guru. Mereka berbasa basi singkat seperti bertanya kabar dan keadaan administrasi kuliah sang anak adam. Hingga wanita—staff administrasi bermarga Nakano—itu menyadari keberadaan Tetsuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drapetomania
Romance(n.) an overwhelming urge to run away. ... Tetsuna hanya ingin lari dari mantan kapten tim basketnya yang tak lain adalah Akashi Seijūro. Naas, Takdir kembali mempertemukan mereka disaat Tetsuna telah menghapus basket dari hidupnya di masa SMA. ... ...