Awalnya...

10.9K 573 181
                                    

Sebelum kalian membaca apa yang ada di dalam sini, biarkan saya memberitahu anda sesuatu. Pertama, semua orang punya hak yang sama untuk berkarir. Laki-laki, perempuan, hitam, putih, sempurna maupun penyandang disabilitas, semua manusia punya hak untuk mengembangkan diri tanpa dihalangi. Kedua, merawat anak bukanlah hanya tugas ibu, tetapi tanggung jawab seluruh anggota keluarga. Ketiga, mengejar karir itu bukan tindak kriminal termasuk bagi seorang ibu. Ibu akan tetap menjadi ibu bagi anak-anaknya walau mereka bekerja. Keempat, tidak ada pembenaran atas tindak perselingkuhan. Selingkuh dengan alasan apapun adalah SALAH. Kelima dan yang terakhir, tidak ada manusia sempurna. Kau tidak perlu mengikuti standar orang lain sayang... Kau tidak akan cukup baik bagi mereka. Just be yourself.

Baiklah.... Semua itu adalah aturan dari saya. Mungkin kalian akan menemukan hal yang berbeda dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar kalian, anggap saja kalian menemukan hal baru disini. Silahkan.... Saya antar anda menuju kisah ini.

Selamat membaca.

.

Ketukan pintu yang kasar terdengar sangat keras di rumah itu. Saking kerasnya, Boba, kucing pemilik rumah sampai terbangun dan lari terbirit-birit menuju sang majikan yang berjalan perlahan menuju pintu belakang. Dia sedikit menyipitkan mata ketika sinar matahari menusuknya perlahan. Di balik pintu yang baru saja dibukanya, seorang laki-laki tinggi berbaju lusuh berdiri. Menyeringai sampai giginya terlihat.

"SELAMAT PAGI BIBI! LIHAT AKU BAWA APA!? AKU BAWA TELUR! SEKARANJANG PENUH! INI UNTUKMU!"

Wanita tua itu tertawa kecil. Dia menerima keranjang yang penuh dengan telur itu.

"Kau harus mengetuk lebih lembut, dan! Tidak berteriak, John."

"Tapi setiap aku berteriak bibi tersenyum. Aku tidak punya pilihan." Laki-laki itu tertawa. Dia mengintip ke dalam rumah. "Sepi ya... Bibi aku akan main kalau semua ternakku sudah makan. Boleh?"

"Tentu! Mampirlah seperti biasa, John."

"Oke! Kalau begitu aku pergi dulu. Selamat pagi bi!" laki-laki tinggi itu berjalan riang, melompati pagar rendah si wanita tua dan berlari menuju peternakan di seberang jalan. Itu peternakan yang besar. Domba-domba biasa berlarian di padang rumputnya. 

Senyum wanita tua itu semakin mengembang ketika Johnny melambaikan tangannya meski sudah jauh dari pandangan. Dia lelaki yang baik, manis, dan periang. Sepertinya tidak ada orang yang bisa melunturkan senyum di wajahnya setiap kali dia bicara. Berkat dia, hidupnya tak pernah membosankan.

Suara telepon rumah yang kali ini mengganggu acara si wanita tua. Hanya ada satu orang yang akan meneleponnya pagi-pagi seperti ini.

"Halo?" Hening beberapa saat. Boba memandangi majikannya seakan penasaran dengan apa yang sedang didengarkan olehnya. Ekornya bergerak kanan kiri, dia masih bersabar. "Pulanglah, Ten."

.

Kita berangkat terlalu jauh. Mari mundur beberapa langkah agar cerita ini mengalir dengan  nyaman. Meski tentu saja tetap bergejolak.

TEN POV.

Suasana di ruangan itu sangat mencekik. Semua orang sibuk dengan pekerjaannya yang monoton. Mengetik sesuatu, menghitung sesuatu, menghubungi seseorang, berjalan ke mesin cetak, kembali ke cubical, mengetik lagi, menghitung lagi. Aku tidak tahu apa menyenangkannya mengerjakan ini semua. Aku menghempaskan punggungku ke sandaran kursi. Saat itulah seseorang yang familiar berjalan melewati ruang kerja kami, melenggang masuk ke ruangannya yang besar. 

Dia suamiku, Jung Jaehyun. Bos besar perusahaan ini. 

Dan aku adalah istrinya, yang duduk di salah satu cubical dalam ruang 12 kali 6 meter yang dihuni 7 pekerja. Banyak orang tidak mengerti kenapa aku sampai ada di ruang kecil ini, menjadi staff yang remeh sementara suamiku adalah pemilik semuanya. Ah... mereka hanya tidak tahu untuk sampai bisa bekerja saja butuh perjuangan keras.

Sasanqua [Johnten | Jaeten]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang