Ini hanyalah fiksi belakang, karakter dalam cerita adalah buatan penulis semata. Penulis hanya meminjam nama dari artis kesayangan kita semua, NCT dan WAYV~
.
HAPPY READING
.
Sudah lama sejak terakhir kali Ten melihat Hendery begitu manja pada ayahnya. Yang pasti lebih dari dua bulan, karena sejak saat itu Hendery telah pindah dan Jaehyun belum pernah seharipun menjenguknya.
Awalnya, Jaehyun berencana mengantarkan Hendery dan Ten pulang ke desa lalu kembali ke Seoul sore harinya. Tapi ketika melihat ayahnya bersiap pulang, Hendery tidak melepaskan tangannya. Dia merengek lama sekali agar ayahnya tetap tinggal.
Ten tidak menghentikan Hendery. Dia merasa ada beberapa hal yang harus dia bicarakan dengan ayah anaknya itu, tanpa Taeyong, tanpa apapun yang berhubungan dengan wanita itu di sekeliling. Lagi pula bukankah wajar jika Hendery merengek seperti itu setelah sekian lama tak bertemu Jaehyun? Seharusnya Jaehyun bersyukur karena tidak perlu membujuk Hendery yang marah tempo hari.
"Papa harus menjaga Taeyong ahjumma, Jeno dan adik bayinya Hendery." Jelas Jaehyun.
"Aku ga minta adik bayi, Taeyong ahjumma, atau Jeno tuh! Buat apa mereka ada kalau papa malah mengabaikan Hendery?"
Emosi Jaehyun tersulut. "Hendery! Siapa yang mengajarimu jadi egois seperti ini? Tidak baik." Jaehyun memarahi anaknya itu. Tapi kehadiran Ten dan Mamanya membuatnya harus menurunkan volume bicaranya.
"PAPA! Papa yang ngajarin Hendery jadi egois! Papa yang tinggalin mama sama Hendery tanpa mikirin perasaan kami! Yang egois papa! Pokoknya papa!"
Ten tidak menutup matanya. Dengan jelas dia melihat Jaehyun terkesiap. Laki-laki itu seperti baru saja mendapat tamparan keras di pipi yang membuatnya mematung di depan anaknya yang menangis.
Hendery tidak menahan tangisnya. Meski dalam beberapa hari ini dia sudah sering menangis sampai bisa dicap sebagai bocah cengeng, kali ini pun dia tak menyembunyikan perasaannya.
"Papa sayangnya sama ahjumma, sama bayi saja. Maunya menjaga mereka saja, terus hik... Terus kalau papa cuma peduli sama mereka, yang peduli sama Hendery siapa? Yang mau jagain Hendery siapa? Kalau mama kenapa-napa bagaimana? Papa jahat sekali. Hendery ga akan maafin papa!"
Anak itu seperti benar-benar tidak mau melihat ayahnya lagi. Dia berjalan pergi naik ke kamar. Tidak peduli apakah ayahnya akan pergi atau tinggal. Bibi Lee menyusul cucunya. Jadi mereka berdua di teras rumah. Terjebak suasana yang canggung.
"Kadang lampu menuju kota mati. Hati-hati ya. Sudah gelap." Ucap Ten seperti apa yang baru saja terjadi tidak pernah ada di kenyataan.
"Ten, lain kali kalau Taeyong sudah stabil-"
"Aku paham." Ten tak mengizinkan Jaehyun melanjutkan ucapannya. "Kami selalu terbuka kalau kau mau mengunjungi Hendery."
Jaehyun mengangguk kecil. Dia tampak tidak nyaman. "Kalau begitu aku pergi..."
Entah bagaimana cara Ten mendeskripsikan kepergian Jaehyun kali ini. Seperti begitu berat.
Mobil Jaehyun sudah menghilang di balik tikungan. Bahkan lampu sorotnya pun tak lagi terlihat.
Tangan Ten mengusap lengannya sendiri. Dingin menusuk kulit malam itu. Mungkin juga karena bekerja sama dengan tubuhnya yang tak begitu sehat pasca meninggalnya ibu Jaehyun. Namun, Ten tidak beranjak. Dia butuh merasa kedinginan agar akal sehatnya kembali. Jujur saja, rasanya perpisahan yang akan segera dia capai bersama Jaehyun tiba-tiba terasa menyeramkan. Dia sudah terlalu lama hidup bersama laki-laki itu, bangun dengan menatap wajah laki-laki itu, dan hidup dengan kenyamanan yang hanya bisa dia dapatkan dengan menjadi pasangan lelaki itu. Ketika Jaehyun bukan lagi miliknya, apa yang akan terjadi pada hidupnya dan Hendery? Siapkah dia dengan perubahan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasanqua [Johnten | Jaeten]
FanfictionWhen my husband came home with his second wife, my heart shattered into pieces Warning! Genderswitch!