Ini hanyalah fiksi belakang, karakter dalam cerita adalah buatan penulis semata. Penulis hanya meminjam nama dari artis kesayangan kita semua, NCT dan WAYV~
.
HAPPY READING
.
Wanita itu bangun dengan keadaan hati yang buruk. Sebenarnya dia merutuki diri sendiri yang bodoh. Dia akui, dia benar-benar... merasa sangat murah. Seandainya Johnny tidak bereaksi seperti itu, Ten pasti tidak merasa semurah ini. Namun ini bukan saatnya menyalahkan orang lain. Seharusnya sebagai wanita dewasa, dia bisa berpikir dewasa pula. Bukan malah seperti anak kecil baru puber yang haus akan pengalaman cinta.
Dia turun ke lantai bawah untuk membuat teh. Pagi belum benar-benar datang. Matahari belum menampaknya tubuhnya. Meski begitu, sebentar lagi ibunya pasti bangun.
Ten nyaris jatuh dari tangga karena melihat tubuh Johnny berbaring di atas sofa. Dia tidak menggunakan bantal ataupun selimut. Posisi itu pasti membuatnya tidak nyaman. Tapi yang membuat Ten heran adalah kenapa laki-laki itu tidak pulang semalam.
"Johnny." Ten menggoyang tubuh Johnny pelan.
Walau pelan pemuda itu langsung terbangun. Dia langsung mengubah posisinya menjadi duduk setelah melihat Ten di depannya.
"Tidak pulang semalaman?"
"Hmmm... Iya." Dia mengucek matanya. "Jam berapa?"
"Lima," Jawab Ten singkat. Dia menimang-nimang apa yang harus dilakukannya sekarang mengingat kemarin malam mereka terlibat pertengkaran. "Minum teh dulu?"
Mereka berdua berakhir di ruang makan dengan masing-masing cangkir berisi teh hangat di atas meja. Ten merasakan kecanggungan sekarang. Namun dia juga tidak tau harus memecahkannya dengan cara apa.
"Kalau apa yang aku ucapkan semalam menyakiti perasaanmu, aku minta maaf." Ucap Johnny memecah keheningan diantara mereka. "Aku hanya merasa..."
"Terganggu?" tanya Ten.
"Bukan! Iya, tapi aku tidak... ah bagaimana menjelaskannya. Aku hanya peduli padamu, Ten. Itu tidak seharusnya dilakukan."
Mungkin karena sudah beristirahat dengan cukup, akal sehat Ten kembali. Dia tidak meledak seperti semalam.
"Kau benar. Seharusnya memang tidak boleh seperti itu. Semalam aku benar-benar bodoh." Ten berusaha menyembunyikan rasa malunya. "Kau tidak akan menceritakan hal ini pada orang lain kan?"
"Astaga! Tentu tidak. Tapi tolong jangan lakukan lagi apalagi ke laki-laki lain. Itu berbahaya Ten."
"Akan kuingat. Terima kasih masukannya Johnny."
Beberapa saat kemudian Bibi Lee keluar dari kamar. Dia cukup terkejut melihat keberadaan Johnny di rumahnya pagi-pagi begini. Sebenarnya itu sesuatu yang kerap terjadi, tapi melihat wajahnya yang kucal dan pakaian yang sama seperti kemarin, dia mengernyit.
"Apa yang kalian lakukan semalam?" Senyuman nakal muncul di wajah wanita tua itu.
Ten memutar bola matanya malam. Pun dia juga tidak menjelaskan apapun. "Tetaplah disini untuk sarapan John."
"Tentu."
.o0o.
Ten sedang dalam perjalanan menuju kantor setelah seharian berkutat dengan sapi bersama Doyoung dan Johnny. Berkat laki-laki peternak itu, sapi-sapi mereka kini kembali produktif. Para pekerja peternakan bahkan menjulukinya tangan penyihir karena kehebatannya. Ten tidak bisa menyalahkan mereka, itu fakta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasanqua [Johnten | Jaeten]
FanfictionWhen my husband came home with his second wife, my heart shattered into pieces Warning! Genderswitch!