"Perjodohan? Tapi, Abah..." Ucapku lemah tak mampu menentang keputusan Abah.
"Tidak ada tapi-tapian Hafsah. Turuti ucapan Abah, Lelaki pilihan Abah ini InsyaAllah membuatmu bahagia." Suara tegas dari Sang Abah tak bisa diganggu gugat.
Air mata tak kuasa lagi dibendung. Aku tak tau entah menangis bahagia atau sedih tak terima karena pernikahan yang akan aku jalani satu bulan lagi.
Menikah muda, itu bukan keinginanku! Bagaimana aku bisa sanggup menikah bersama seseorang yang tidak aku cintai. Apalagi aku sedang mencintai seseorang. Seseorang yang kuharapkan menjadi Imamku kelak.
Al-Qayid Fakhri, sebuah nama yang kulangitkan lewat do'a. Ia lelaki yang berhasil membuatku jatuh hati. Semenjak mengenalnya, banyak perubahan berarti yang aku alami. Aku berusaha memantaskan diri, belajar menjadi wanita Shalihah yang di dambakan syurga.
---
Seketika aku terpikir, aku tak mengenal sosok Calon Suamiku. Bagaimana akhlaknya, nasabnya, rupanya, dan apapun tentang lelaki itu. Namun, kenapa pula aku harus memikirkannya. Apa mungkin aku sudah pasrah? Sepertinya begitu.
Aku mencoba istikharah berharap kepada Allah, ini pilihan terbaik. Walaupun berat dan aku belum bisa melupakan lelaki yang aku harapkan. Namun, mencoba ikhlas dan sabar itu yang bisa kulakukan.
"Lelaki itu bernama Rahman, dia akan segera datang dalam waktu dekat untuk bertemu denganmu Hafsah, ia datang Sekaligus untuk merancang persiapan pernikahan kalian." Tutur Abah yang kemudian berlalu pergi meninggalkanku.
Pikiran berkecamuk menyelimuti diri. Pernikahan yang akan di gelar. Semoga saja atas dasar ibadah dan dalam rangka menyempurnakan agama. Serta menjalankan Sunnah. Meskipun awalnya atas keterpaksaan. Semoga lambat laun tecipta keikhlasan.
***
Second Story🍁
Semoga Suka ya My ReadersFebruary 9, 2020
16 Jumadil Akhir, 1441H📜
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka-luka Ashana
General FictionPerihal sabar dan ikhlas, kala menjalani kehidupan yang penuh cobaan. Ujian dan rintangan datang silih berganti. Walau demikian seorang insan takkan luluh lantak jika menjadikan Allah sebagai sandaran. Beban mental di usia dini harus dipikul seoran...