Kutitipkan rasa pada Sang Khaliq.
Namanya terangkai dalam bait-bait do'a yang tak putus.
Bukan maksud berharap lebih akan kehadirannya, namun sekedar meminta jika diperkenankan.
Karena Engkau, Ya Rabbi...
Pasti telah menetapkan yang terbaik.-Hafsah Mahira-
_________________________________
Malam berlalu dengan tenang. Namun, seperti biasa aku selalu bangun dengan memasang alarm agar tak terlewat. Bunda selalu mengingatkan aku untuk Shalat Tahajjud. Mengingat besar keutamaan nya. Waktu mustajab untuk bermunajat.
عَنْ بِلَالٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنْ الْإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِوَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنْ الْجَسَدِ
Dari Bilal bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Selalulah kalian melakukan shalat malam, karena shalat malam adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan sesungguhnya shalat malam mendekatkan kepada Allâh, serta menghalangi dari dosa, menghapus kesalahan, dan menolak penyakit dari badan." (HR Tarmidzi No 3472)
Harapan dan keinginan selepas tahajud yang aku panjatkan tak seperti biasanya. Aku meminta Allah teguhkan hatiku menerima pernikahan yang akan aku jalani.
Selain itu, akupun berdo'a dan meminta semoga Allah mudahkan Ujian Nasional yang akan aku hadapi esok pagi. Dan besok merupakan hari terakhir melaksanakan ujian.
---
Usai Shalat Subuh dan mandi aku bersiap-siap untuk sarapan. Sebelum itu tak lupa aku memandangi foto yang sangat berharga. Kupandangi gambar diri yang masih kecil digendong oleh sosok perempuan yang sangat aku rindukan. Di samping itu ada Abah yang menimang anak lelaki yang merupakan saudaraku, yaitu kak Abrar. Usia kami hanya terpaut empat tahun.
Semua tak lagi sama, pancaran kebahagiaan di foto itu sudah sirna. Semenjak Abah dan Bunda berpisah. Bunda membawa kak Abrar pindah ke Yogyakarta. Aku tetap tinggal bersama Abah di Bukit Tinggi. Hal itu terjadi saat usiaku tujuh tahun. Aku tak tau penyebab perpisahan kedua orangtuaku itu.
Satu hal yang Abah ajarkan, aku tidak boleh membenci Bunda. Karena bunda adalah alasan kenapa aku terlahir ke dunia. Bunda juga telah mengajarkan banyak ilmu agama kepadaku.
"Abah, Hafsah pamit ya. Hari ini terakhir ujian Bah, do'ain Hafsah ya Abah. Assalamua'laikum."
"Iya, Putri kecil Abah. Semoga Allah mudahkan ya. Waa'laikumussalam. Nanti langsung pulang ya." Balas Abah kemudian mengelus kepalaku dengan lembut.
Aku berlalu pergi setelah mencium punggung tangan Abah. Aku sempatkan diri merapikan khimar di depan cermin ketika melewati ruang tengah.
---
Suasana sekolah masih tampak sepi. Hanya ada beberapa murid yang baru datang dan terlihat fokus membaca buku. Aku pun mengikut membaca buku sampai akhirnya..
"Peserta Ujian Sesi Pertama, Silahkan Memasuki Labor Komputer!"
Suara itu menyadarkanku. Aku segera bergegas memasuki labor komputer tepatnya diabor tiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka-luka Ashana
Fiksi UmumPerihal sabar dan ikhlas, kala menjalani kehidupan yang penuh cobaan. Ujian dan rintangan datang silih berganti. Walau demikian seorang insan takkan luluh lantak jika menjadikan Allah sebagai sandaran. Beban mental di usia dini harus dipikul seoran...