PROLOGUE

1.2K 116 16
                                    

Judul: The Disaster Prank

Author: Vixentae

Rating: Probably 17+

Disclaimer: I do not own every real characters for all visual of this story. All rights go to the company, their self and God. This story absolutely does not describe any facts at all. I also do not own the pictures which appear not only in the cover, but also in all work's parts.

I only have this original story ideas and all dialogues in this work. FYI, this writing is protected by the Law. So please give some respects by not stealing my own story. If there is anyone who has, please let me know. Thank you so much.

.

🌋

.

Terik memicu peluh bercucuran, hampir dirasakan oleh semua orang yang berlalu lalang di sekitar peron. Seorang bocah kecil berumur sekitar lima tahun berdiri gugup di salah satu tempat sampah berwarna merah-kuning-hijau. Netra sembap itu sangat memprihatinkan, tapi entah apa yang salah.

Orang-orang terlalu sibuk pada urusannya masing-masing di dalam area stasiun pusat terbesar ibu kota. Dari sekian banyak lajur kereta, penumpang naik dan turun tanpa ada satu pun menaruh iba pada bocah ketakutan itu.

Si anak berkaus ungu sejak tadi menggigit bibir bawahnya, mati-matian menahan tangis. Ibu bilang, dia akan kembali menjemput.

Kepalanya tertoleh ke kanan-kiri beberapa kali. Namun sosok kesayangan yang ditunggu itu tak kunjung muncul sejak dua jam yang lalu. Tidak tahukah sang ibu, jika ia telah menahan kencing sedari tadi?

Isakan pun tidak terelakkan. Seseorang menghampirinya tapi seperti terburu-buru.

"Nak, mana orang tuamu?" Anak itu mendongak sesenggukan menatap wanita dewasa yang sedang hamil tua di hadapannya. Lalu takut-takut, dia menggelengkan kepala. "Astaga, kamu kehilangan ibumu?"

Digandengnya si anak kecil tadi ke seorang petugas keamanan stasiun kereta komuter itu. Wanita tadi menceritakan kronologis tentang anak hilang, kemudian ibu hamil itu terpaksa melanjutkan perjalanannya.

Sekarang hanya ada satpam dan anak terlapor saja. Beberapa pertanyaan tidak terjawab dengan baik oleh anak kecil itu, sama sekali tidak mengetahui kemana ibunya pergi. Ingatan terakhirnya hanya sang ibu berpakaian serba cokelat dan membawa tas ransel besar. Jalan terang semakin buntu sewaktu anak itu tak memiliki identitas apapun selain mampu melafal namanya sendiri dengan baik.

Pria berumur matang itu berjongkok penuh, sudah memakai tas berkat sesi pekerjaannya yang baru saja selesai dan ia harus segera pulang. Ada anggota keluarga yang menunggu di rumahnya. Namun hati nurani masih berbicara yang semestinya walau rasa letih menyergap hebat.

"Hei, bagaimana kalau kamu ke rumah saya saja dulu?"

Kedua netra kecil itu mengerjap bingung kelewat gelisah. Dia hanya bergeming tanpa tahu apa yang seharusnya menjadi tanggapan.

"Bapak ini cuma orang miskin, tapi kamu boleh tinggal di rumah saya. Ada istri dan satu anak saya. Nanti kita cari orang tuamu sama-sama ya?"

Berkaca-kaca, anak itu mencekungkan tubuhnya. Merasa ketakutan, terancam, sangat hancur sekaligus terpojokkan. Walau dia sendiri pun belum bisa memilah semua perasaan itu.

Rambut lurus acak-acakan miliknya diusap secara lembut oleh satpam itu. Lalu pria itu mengulur satu tangan pada si anak. "Ayo pulang?"

Si kaus ungu awalnya menahan kuat saat pria itu lebih dulu mengambil tangannya. Namun perlahan dia melangkah bersama pria asing yang baru dikenalnya di bawah kanopi peron. Kaki kecilnya berhenti satu kali, menoleh ke arah belakang terisak kembali. Harapan itu masih ada. Ingin ibunda lantang meneriakkan namanya lalu membawa dia pulang.

Lepas dari pintu akses khusus karyawan stasiun, doanya sama sekali tidak terkabul. Hanya ada sekuriti berwajah teduh di sampingnya yang sibuk mengeluarkan sepeda motor bututnya.

 Hanya ada sekuriti berwajah teduh di sampingnya yang sibuk mengeluarkan sepeda motor bututnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DUAARRR!!!

Work baruuuuu uhuuyyy.
Oke baiklah, caci maki saja diriku karna menelantarkan work yg masih 'on hold' hehehehe...

Cek ombak dulu lah, tapi as always kalo rame nanti dilanjutin kok.

See yaa purples...

The Disaster PrankTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang