2

7 2 0
                                    

Haii...
Jangan lupa vote dan coment ya 😊
Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ruangan kantor yang begitu luas dan tertata rapi, Didominasi warna putih dan coklat yang terlihat begitu kontras. Belum lagi dengan tambahan tanaman hias yang menyejukkan mata. Marsya terlihat begitu khusuk dengan laptop dan kaca mata minusnya, menjadikan dirinya terlihat begitu perfectsionis. Marsya dan pekerjannya bagaikan sahabat solid yang tak terpisahkan. Hingga ketenangan nya terganggu.

"Tok..tok." bunyi suara pintu. Marsya pun melepas kaca mata minusnya.

"Masuk". Jawabnya kuat, memberitahu orang di luar sana, untuk segera masuk kedalam ruangannya.

"Permisi Bu". Muncul suara lembut dengan badan mungil yang berparas cantik. Dia adalah Tania, Sekertaris Marsya yang baru di angkatnya dua minggu lalu. Tania hanyalah seorang Mahasiswa lulusan D3, namun Marsya seolah melihat potensi yang dimiliki Tania. Kerja keras, ulet, disiplin dan sifat jujurnya.

"Ada apa Tania?". Tanya Marsya heran , sebabnya sepulug menit lalu Tania baru saja datang keruangannya untuk menyampaikan jadwal meeting dan jumpa koleganya kosong, pada hari ini.

"Tadi ada telpon dari pihak perusahan Lifta bu, katanya CEO mereka meminta Perusahaan kita untuk mendesign bangunan Mansion baru CEO mereka". Jelas sang sekertaris kepada Marsya yang terlihat sedikit kebingungan.

Pasalnya kenapa pihak Lifta menelpon ke sekretarisnya?, bukankah seharusnya mereka mengirim pengajuan penggunaan Jasa perusahannya ke Devisi Arsitektur. Ditambah lagi bukan hanya sekali ini Perusahan itu Menggunakan Jasa perusahaan mereka. Bukankah seharusnya mereka sudah tau.

"Terus kamu jawab apa? Bukankah seharusnya Mereka Mengajukannya ke Manager di Devisi Arsitektur?". Tanya Marsya sambil memainkan pena di tangannya.

"Emm". Terdengar suara ragu Tania sambil menunduk takut.

"Ada apa Tania?". Tanya Marsya heran melihat gelagat Tania yang seolah ragu menyampaikan pesan kepadanya.

"Asistennya bilang, CEO mereka mau Ibu langsung yang turun tangan menggambar dan mengatur Design Rumah itu bu". Jawab Tania.

"Aneh, tapi coba kamu periksa jadwal saya satu minggu kedepan Tania, kalau memungkinkan akan saya lakukan. Mengingat hubungan baik perusahan kita dengan Lifta".

Tania yang mendengarkannya pun hanya mengangguk dan undur diri.

Marsya berdiri dari kursi kebesarannya, menuju ke arah balkon yang di sulap menjadi tempat yang begitu nyaman dan santai. Pikirannya melayang mengingat kerja sama yang terjalin antara perusahaannya dan Lifta. Tapi yang menjadi pertanyaannya Ia bahkan tidak tau, siapa pemilik Lifta. Selama ini hanya asisten atau perwakilannya saja yang hadir.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, langit mulai jingga. Marsya teringat akan pesan sang ayah yang memintanya pulang lebih awal untuk menghadiri acara pembukaan restoran barunya.

Marsya mengambil handphonenya dan menelpon sahabat sahabatnya untuk ikut hadir di acara pembukaan restoran baru ayahnya.

Marsya memiliki sahabat yang berjumlah sembilan orang orang terdiri dari enam perempuan dan tiga laki laki, biasa, mereka terbentuk dari perkumpulan semasa SMA dahulu. Walaupun sekarang sebagian dari mereka tidak tinggal di kota dan negara yang sama, komunikasi di antara mereka terjalin begitu baik.

"Halo Cell"

"Ada apa Marsya" jawab suara disana diiringi suara yang ribut. Seperti per cekcok kan anak kecil.

"Hahaha ada apa dengan anak anak mu Cell, terdengar begitu ribut". Tabya Marsya tanpa memberitahu alasan dirinya menelpon Celline sahabat nya itu.

"Aduh biasa lah, bibi yang biasa jaga lagi sakit. Jadi gua harus handle dua krucul krucul ini sendirian. Mana Jonathan lagi keluar kota. Makin repot gua". Jawab Celline ngomel, mengungkapkan rasa kesalnya.

VOYAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang