-6

10 6 13
                                    

Mustahil jika diantara pertemanan laki-laki dan perempuan, salah satu pihak tidak menyimpan rasa!

☔☔☔

Lagi-lagi hujan turun. Dan sialnya, ini masih sangat pagi. Matahari pun belum melonjak naik ke permukaan. Pukul 2 pagi. Membuat suasana dingin menyelimuti pagi ini.

Sharen menarik selimutnya. Menenggelamkan dirinya di dalam selimut yang tebal itu. Matanya masih terpejam. Namun dia sudah setengah sadar.

"Gila sih, gue baru tidur sebentaran udah kebangun aja gegara hujan. Alamat gak bisa tidur lagi ini," gumamnya.

Perlahan kelopak matanya terbuka. Gadis itu bangkit dari posisi tidurnya. Menguap beberapa kali. Tangannya meraba nakas kecil dan mengambil ponselnya.

"Baru jam dua. Gue gak bisa tidur. Maen game aja deh," ujarnya.

Sebelumnya, gadis itu membuka aplikasi Whatsapp dan melihat pesan-pesan terbarunya. Dia hanya membaca. Dan tak berniat untuk membalas. Karena menurutnya hal itu tidak penting. Lalu gadis itu keluar dari Whatsapp dan membuka aplikasi game-nya.

Baru saja bermain sebentar, tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk dari Verrel. "Anjir ganggu aja!" cetus Sharen sambil mengangkat panggilan tersebut.

"Woy, apaan? Ganggu aja sih. Gue lagi ngegame ini!" ujarnya.

Verrel cekikikan. "Tidur, neng. Udah pagi. Besok telat lagi lho... "

"Gue sih bodo amat wkwkwk... Mabar yu, Rel. Lo belom mau tidur kan?" ajak gadis itu.

"Hayukkkk!"

Panggilan berakhir. Kemudian Sharen kembali pada game-nya. Lalu mengundang Verrel untuk bergabung. Jadilah malam itu mereka berdua tak tidur sampai waktu sekolah tiba.

Sharen: Dah dulu, Rel.

Verrel: Iya. Mandi gidah lu. Sekolah.

Sharen: Iya bawel.

Verrel: Jangan telat. Gue mau ngasih tau sesuatu.
Read

Sharen segera menuju kamar mandinya. Dia sama sekali tak merasa ngantuk. Pagi ini dia amat sangat bersemangat. Mungkin. Setelah mandi dan memakai seragam, gadis itu menyiapkan buku. Tidak semua buku. Tetapi hanya beberapa buku tulis dan sebuah pensil. Ya, dia memang begitu. Sulit sekali untuk menjadi anak yang rajin dan disiplin.

Tepat saat Sharen membuka pintu kamarnya, Ryan baru saja ingin mengetuk. "Lah tumben udah bangun," ujar Ryan.

"Yang ada gue belom tidur."

"Lah, lagian kenapa gak tidur?"

"Bawel lo ah."

Ryan berdesis. "Turun dah. Sarapan sana. Udah gue siapin. Gue mau mandi dulu," katanya.

"Gak nanya tuh."

"Sial!"

Sharen tertawa kemudian turun ke lantai bawah. Berjalan menuju dapur. Dan membuka tudung meja makan. Ada dua piring nasi goreng di dalamnya, serta dua gelas susu putih.

Gadis itu sarapan pelan-pelan. Mungkin lebih tepatnya sangat lama. Sampai Ryan selesai berpakaian dan turun ke lantai bawah. Menyusul ke dapur.

"Buset, makan udah setengah jam, baru abis seperempat piring! Gila lo," cetus cowok itu. Sharen menyengir. "Gabut gue. Jadi gue makanin sebutir-sebutir," jawabnya asal.

"Serah lo." Ryan mulai kesal. Lama-lama dia bisa darah tinggi menghadapi adiknya yang menyebalkan itu. "Lo berangkat sama gue?" tanyanya. Sharen menggeleng. "Naek motor gue lah," tukas gadis itu.

"Yaudah bagus. Gak nyusahin jadinya."

Sharen segera menyelesaikan makannya. Lalu segera bersiap untuk berangkat ke sekolah. Entah bagaimana dia begitu bersemangat. Mungkin karena Verrel menjanjikan akan memberitahu sesuatu yang menurut Sharen amat sangat menarik. Apa mungkin itu suatu hal yang dia nantikan sejak pertama kali mengenal Verrel?

☔☔☔

Apasih yang di nantikan sama Sharen? Jangan-jangan satu hal yang sama kayak yang Verrel harapin:v

Happy reading. Lama gak update. Mungkin gegara udah jarang hujan kali ya?:v

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentangmu & Hujan di Bulan Januari [HIAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang