Memahami diriku

49 4 0
                                    

"Terkadang ego dan rasa kurang bersyukur menjadi penyebab perpisahan dan perpecahan".

🌸🌸


Aku adalah seorang wanita yang mulai beranjak dewasa. Usiaku 20 tahun, aku sekarang kuliah di salah satu kampus negeri di Lampung, aku sudah semester 4 akhir di tahun 2021 ini.

Penampilanku seperti wanita muslim yang mengenakan jilbab panjang dan cadar. Aku anak pertama dari tiga bersaudara, cukup rumit menjadi anak pertama.

Aku menyukai segala hal yang berkaitan dengan alam, gunung, air. Aku suka melihat awan dari ketinggian. Aku suka air dan main di bawah derasnya hujan. Tepatnya mencari kedamianan.

Makanan yang ku suka hemm... Banyak, asal jangan terlalu manis. Seperti kopi ta terlalu manis, teh tidak terlalu manis, dan susu murni.
Bila bicara warna, aku suka warna netral seperti hitam, navy, armi dan semacamnya.

Oh iyaa.. aku suka bukutik di dapur (masak). Segala jenis masakan daerah, dan kue juga. Aku asli dari Sumatera Selatan, Melayu katanya.

Aku seorang yang malas bicara jika tidak penting, apalagi ghibah.
Menurut teman-teman aku lebih setia mendengarkan. Apalagi di depan orang banyak. Sering kali aku ingin mencoba ikut menceritakan tentang diriku. Tapi rasanya berat sekali untuk bicara, aku punya teman dekat tempat berbagi cerita, hanya saja orangnya itu-itu terus.


Aku juga beberapa kali mencoba untuk menjadi ekstrovert, tapi nihil. Ini membuatku tidak nyaman dan melelahkan.

Menurutku, aku akan bicara jika itu ku anggap penting, seperti presentasi, mengklarifikasi masalah. Jika hanya sekedar ngobrol dan berbagi cerita, ah rasanya sulit. Aku lebih nyaman menceritakan hidupku di karya tulisanku hehe

Bagaimana ketika aku ada masalah? Aku tetap akan diam dan berfikir sendiri.

Mengingat kejadian masalalu. Ketika Pahlawan pengganti ku sakit bahkan tidak ada seorang temanku yang tau, teman dekat sekalipun.

Hingga akhirnya beliau harus pulang, dan barulah orang terdekat tau. Ternyata senyumanku berbulan lamanya yang ku ukir bersama mereka, itu hanya untuk menutupi kebingungan hatiku.

Ku ingat jelas bagaimana sahabat yang sangat dekat denganku (katanya), ketika meluapkan emosi. Aku tau itu kesalahan, karena dia yang ku anggap dekat denganku ternyata dialah yang terakhir mendapat informasi dan itupun melaui orang lain..

"Kamu kenapa nggak bilang selama ini?" Katanya

..... (Aku diam)

"Kalo ada apa-apa bilang!" Tegasnya

Aku tau dia marah, karena belum sampai satu pekan kami berada di angkutan umum yang sama. Namun tidak sedikitpun aku membahas masalah yang tengah ku hadapi.

Dan yang lebih membuatku semakin aneh, ternyata ada yang paling terakhir tau... Dia teman satu kostanku, setelah 2 pekan kepergian beliau.

Tidak pernah terlintas dibenakku, bagaimana jika aku di posisi mereka. Mungkin aku marah, atau justru biasa saja...

Aku tak menganggap ini lelucon, karena aku juga tidak bisa menjelaskan. Ini sebuah kekurangan atau kelebihan?

Aku punya prinsip bahwa aku harus profesional, meski dengan teman dekat. Biarkan masalahku, ya aku sendiri yang menanggung. Aku tidak suka jika semua orang tau latar belakang hidupku. Bukan karena malu, menurutku aku akan membaginya hanya dengan orang yang tepat.

Siapa dia?
Kapan itu?

Jawabannya masih ku simpan✌️

#Bandar_Lampung

Kisah IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang