Ethas memandang rumah bertingkat dua di depannya dari balik kaca mobil, Ethas masih kurang percaya diri untuk masuk dan mengetuk pintu rumah gadisnya. Takut-takut kalau kedatangannya malah mengganggu mengingat kejadian semalam tentu tidak mudah dilupakan oleh Aleta. Lelaki yang kini tengah tenggelam bersama suara Tulus lewat saluran radio kesayangannya itu kembali menatap kotak bekal di pangkuannya. Isinya bubur buatan mama, khusus untuk Aleta si pecinta bubur ayam.
Ethas memainkan napasnya. Hembus, tarik lagi. Hembus lagi dan lagi seakan ia sedang kedinginan sampai gugupnya hilang. Kebiasaan Ethas sebelum tampil biasanya juga begitu, yang membuat berbeda hanya kali ini tidak ada Aleta yang menenangkannya karena gadis itulah sumber kegugupannya sekarang. Ethas mengecek ponselnya yang sepi pesan dari Aleta. Tidak ada balasan dari perempuan manis yang masih ia anggap pacar hingga sekarang. Entah Aleta masih tidur karena sakit akibat kehujanan, atau dia memang sengaja menghindari Ethas. Namun kemungkinan nomor dua terdengar lebih masuk akal.
Dibuangnya gugup jauh-jauh, kali ini ia harus berani meluruskan yang belok demi kelangsungan hubungannya dan Aleta. Ethas sadar bahwa sosok yang Aleta maksud merupakan Aya. Gadis seumuran mereka yang tumbuh di salah satu panti di pinggiran kota. Ethas dan Zavarel mengenal Aya sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kebetulan mama Ethas memang cukup aktif menjadi donatur di panti asuhan tersebut—hingga sekarang pun tetap begitu. Ethas menjadi teman baik bagi Aya sejak pertemuan kedua mereka. Pertemuan pertama sedikit kaku, tentu karena sama-sama tidak saling kenal. Baru setelah itu, Zavarel yang sejak saat itu sudah bercakap dengan Aya, mengajak Ethas pula. Dari situ pertemanan mereka terjalin erat.
Namun pertemanan lawan jenis mereka bertiga berujung membentuk garis setan segitiga. Ethas memilih mengambil gunting, memutuskan hubungan mereka sejak setahun lalu tepat ketika Aya mulai sering keluar masuk rumah sakit akibat kecelakaan. Mama Ethas turun tangan, menjadi bahu bagi pengobatan Aya bersama donatur yang lain. Termasuk Zavarel yang ikut serta membantu menjaga Aya dengan baik. Begitupula Ethas yang tidak mungkin lepas tangan, hati nuraninya tentu masih ada! Alhasil, Ethas ikut berusaha menjaga Aya sampai sebulan lalu benar-benar memutuskan semuanya.
Ada konsekwensi di depan, Ethas jelas tidak buta untuk melihatnya. Sejak dulu sudah banyak kabar beredar di lingkungan sekolah bahwa Ethas selingkuh dari Aleta, walaupun hal itu tidak benar dan beruntung Aleta mempercayainya. Namun semalam, entah apa yang membuat Aleta menjadi percaya hingga kekecewaan itu jelas tampak dari mata cokelat indahnya. Ethas butuh alasan, Ethas butuh penjelasan, Ethas butuh kata karena di saat lontaran kenapa darinya tertuju pada Aleta. Namun gadisnya itu memilih bungkam, menyudahi hubungan mereka yang tentu tidak dimulai sejak kemarin sore. Setidaknya, jika Aleta melihat sendiri dengan mata kepalanya, dia bisa mengatakannya pada Ethas dan kemudian memberikan lelaki itu waktu untuk memperbaiki benang yang sedang kusut.
Ethas memicingkan mata ketika retinanya menangkap mobil yang mendekat dari arah berlawanan. Mas Apta—guru privat Aleta—akhirnya tiba. Ethas melihat pria berkemeja itu keluar dari mobil, dengan dua buku berukuran sedang di genggamannya. Ethas melihat kesempatan tersebut, tidak tinggal diam, lelaki itu turut keluar dari mobilnya dan langsung menyapa Mas Apta.
KAMU SEDANG MEMBACA
A V E A
Teen Fiction"Ketika ambisi mengalahkan hati nurani." Ini tentang semesta yang menjauh. Tentang hati yang patah. Tentang kehilangan. Tentang menyerah bersama segala luka. Aleta dan segala keterpurukannya. Varel yang terlampau asik dengan dunianya sendiri. Ethas...