5. Bolos buat Curhat

260 17 4
                                    

Aleta menutup buku tebalnya, merenggangkan pinggang yang sedari tegang karena tiada henti berkutat dengan soal-soal fisika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleta menutup buku tebalnya, merenggangkan pinggang yang sedari tegang karena tiada henti berkutat dengan soal-soal fisika. Dilepasnya kacamata yang kerap ia pakai ketika belajar, meletakkannya di dalam tempat pensil bergabung dengan pena-pena berwarna yang lain. Leher Aleta makin lama malah makin terasa sakit. Dia tidak yakin dapat duduk lama kalau begini dan bergabung di pelajaran selanjutnya. Daripada membolos, Aleta memilih berdiri dan langsung berjalan ke luar kelas, dia hendak ke UKS untuk meminta minyak kayu putih.

Di ambang pintu, Aleta berhenti karena Ethas sudah berdiri di sana dengan sekotak susu rasa pisang. Lelaki itu melambai dengan senyum cerah menggantung di wajahnya, berbeda seperti dua hari kemarin. Ketika bel berbunyi tadi, Ethas bahkan menjadi orang pertama yang keluar dari kelas dan langsung berlari ke kantin untuk membelikan Aleta sekotak susu.

"Kepala aku pusing," kadu Aleta sembari menerima uluran susu dari tangan Ethas. Langkahnya berlalu meninggalkan ambang pintu dengan mata menyisir sekitar. Pandangan orang-orang pada mereka terlihat penuh akan tanya. Tidak ada yang namanya rahasia kalau sudah menyangkut Ethas, sehingga semua pun dapat tahu kalau sudah dua hari ia didiamkan oleh pacarnya sendiri. Tingkah Ethas di lapangan basket sudah menjelaskan semuanya. Tanpa tim, dengan seragam putih abu-abu, Ethas asik mendribble bola dan terus menerus melakukan lay-up ke ring basket. Sampai ketika bel berbunyi pun, anak lelaki itu tidak menggubris sehingga guru sampai turun tangan. Ethas akhirnya dihukum karena tingkah lakunya yang kelewat batas. Ia diberi sapu lidi, di bawah terik matahari, lelaki tengil itu menerima hukuman untuk membersihkan halaman hingga jam belajar mengajar selesai.

Hari ini jadi berbeda. Ethas nyengir terus bagai anak kucing yang baru saja diberi makanan enak. Langkahnya sejajar bersama Aleta yang asik meneguk susu pemberiannya. Ethas sendiri juga sadar pada pandangan anak-anak yang lain, tapi peduli apa? Yang penting untuknya hanyalah Aleta dan kepercayaan gadis itu untuknya.

"Kamu nggak mau pulang aja? Aku anterin."

Aleta menoleh, gelengannya terbit bersama wajah yang kian sendu. "Aku nggak mau bolos, Ethas. Ada pelajaran penting abis makan siang nanti."

"Apa?" Ethas bertanya dengan mata melotot. Dia suka sebal kalau Aleta terus-terusan mementingkan ambisinya ketimbang kesehatan sendiri. "Kamu udah beberapa hari ini ngeluh sakit teruskan, Ta? Baru aja kemarin kamu bilang kamu ke RS—"

"Nggak mau bahas yang di RS kemarin!" potong Aleta lalu mempercepat langkahnya untuk berbelok ke koridor kiri. Jarak kelasnya dan UKS lumayan jauh, sehingga perjalanan ke sana hanya membuat kepala Aleta semakin terasa sakit. Jemarinya menyentuh pelipis, memberikan pijian kecil di sana.

"Ta," panggil Ethas lebih tegas. "Kalau kamu nggak mau pulang, seenggaknya makan."

"Aku udah sarapan di rumah." Aleta masih membalas, nada suara gadis itu mencoba mengalahkan nada tegas milik Ethas. "Lagian kamu tuh nggak ngerti gimana pentingnya semua pelajaran buat aku. Nanti bakalan ada pelajaran Kimia buat 3 jam dan aku nggak mungkin pergi. Yang ada aku cuma buang-buang kesempatan apalagi hari ini bakalan masuk bab baru."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A V E ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang