Dokter telah mengatakan bahwa gadis itu menderita penyakit magh yang telah menuju tahap kronis atau bisa disebut gastritis.Itu dapat terjadi karena lapisan lambung Nadya melemah sehingga memicu terjadinya iritasi karena peningkatan jumlah asam.
Namun kini dokter telah memberinya sebuah obat untuk menetralkan produksi asam dilambungnya.
Gafa berada disampingnya, melihat Nadya yang terbaring lemas diatas brangkar.
"Nad?" Tanya Gafa.
"Ya?" Balasnya.
"Udah mendingan?"
"Iya Gaf, makasih ya udah mau repot buat gue"
"Yaelah Nad masih aja lo pikirin, Lo telat makan ya?"
Nadya mengangkat kedua bahunya seperti berkata 'Tidak tahu'.
"Gue rasa iya" tebak Gafa.
lalu Gafa meninggalkan Nadya keluar dari ruangannya. Nadya terdengar memanggil-manggil Gafa namun Gafa tetap tak menggubrisnya.
"Cukup Gaf! Lupain semuanya!" Ucap Gafa sembari memukul dinding.
"Ga lo ga bisa!" Ucap Gafa kemudian.
"Lo gabisa!" Sahutnya lagi.
Meskipun Nadya adalah seseorang yang baru dikenalnya ketika Nadya menempatkan diri dikamar sebelah, Namun Gafa tetap khawatir.
Ia takut, ia sangat takut, melihat kematian. Lagi.
Setelah itu, Ia kembali ke dalam menemui Nadya.
"Gaf, habis darimana lo? Gue panggil tadi ga nyahut" Ucap Nadya.
"Oh, panggilan alam" Balas Gafa.
"Buset dah cepet amat, Lo berak atau.." Ucap Nadya.
"Udah udah Nad, jorok banget bahas masalah berak" Balas Gafa.
"Hahahaah, Iya iya deh. Aduh duh sakittt. Tuh kan jadi sakit gara-gara lo sih! Bikin gue ketawa aja" Ucap Nadya.
"Lah, kok jadi gue? Kampret lo. Udah ga usah ketawa dulu mending sekarang lo banyakin istirahat sama minum obat biar cepet sembuh. Lo juga harus inget, Jaga makan" Balas Gafa.
"Iya Gaf, Oh iya soal Makan malemnya sorry ya dan sorry juga udah ngerepotin lo malem-malem gini" Ucap Nadya.
"Udah Nad, berapa kali sih gue harus bilang? Kayak kita baru kenal aja" Balas Gafa.
"Ini yang gue suka dari lo Gaf" Ucap Nadya sembari tersenyum.
Kemudian ia kembali terdiam dan mukanya terlihat murung sambil mencoba duduk.
"Nad, Kenapa?" Tanya Gafa yang melihat perubahan ekspresi Nadya.
"Gue kesel aja, Gue jadi kelihatan childish nya. Kesempatan gue buat lo terkesan harusnya waktu makan malem itu. Tapi apa? Gue malah sakit gara-gara telat makan!" Ucap Nadya kemudian tertunduk kesal.
Gafa terdiam lalu kemudian ia berbicara setelah menghembuskan nafasnya.
"Nad, Lo mau tau sesuatu ga?" Ucap Gafa.
"Apa?" Tanya Nadya.
"Dengerin gue" Balas Gafa.
Nadya menatap lekat wajah Gafa yang mulai bercerita.
"Dulu gue punya cewek namanya Andin, waktu sma. Setelah gue lulus gue ngerantau kesini sementara dia masih disana dan dia juga kuliah disana" Ucap Gafa.
Nadya masih mendengarkan.
"Setiap hari gue mikirin dia karena jarak dia yang jauh, tanya setiap kabar dia, selalu tanya udah berangkat kuliah atau belum? udah sampai atau belum? Segalanya hanya demi membunuh rindu"
Sambung Gafa."Terus?" Tanya Nadya.
"Biasanya dia selalu jawab tepat waktu setiap chat yang gue kirim, tapi saat itu udah 50 menit hampir 1 jam dia ga ngebales chat gue. Setelahnya terus seperti itu, dia ga bales chat gue yang berikutnya. Sampai akhirnya gue pulang dan nyamperin dia" Ucap Gafa.
Gafa menundukkan kepalanya sejenak.
"Lalu dia ninggalin gue" Sambungnya.
"What? Setelah segalanya? Tega banget tuh cewek! Ga bersyukur apa ya punya cowok kayak gini" Ucap Nadya.
Awalnya Gafa menatap Nadya dengan kemarahan, Tak terima Andin kekasih yang dicintainya dikatai seperti itu. Namun Gafa mengerti, Itu karena Nadya belum tau yang sebenarnya.
"Pergi kemana? Sama siapa?" Tanya Nadya seperti mengintrogasi.
"Pergi menemui Tuhan" Balas Gafa sambil tersenyum.
"Dia...meninggal?" Tanya Nadya, Nada bicaranya pun sedikit turun.
Gafa mengangguk pelan. Mengingatnya hanya menambah perih dihati Gafa.
"Sorry, gue ga maksud" Balas Nadya pelan.
"Gapapa, Destiny. Itu takdir" Ucap Gafa sambil tersenyum.
Nadya jadi merasa bersalah telah berburuk sangka pada sosok Andin tadinya.
"Seperti kata lo tadi, setiap kejadian punya arti sendiri didalamnya yang kemudian membeku menjadi sebuah kenangan setelah kejadian itu tiada lagi" Ucap Gafa.
"emm..." Balas Nadya tertunduk.
"Karena itu, Kenangan tidak pernah memaksa untuk dipilih tapi memang kenangan itu selalu ada. Gue akan lakuin seperti yang lo inginkan" Ucap Gafa.
"Maksudnya?" Tanya Nadya.
"To be your partner, Bukan punya arti lebih. Melainkan partner lo selama gue masih ada disini. Just for a while, Right?" Balas Gafa.
Nadya tersenyum.
Apa salahnya memberi kenangan manis setiap bumbu kehidupan?
Bukankah itu sesuatu yang klasik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Splendid
Teen FictionKau pernah tau rasanya menggenggam sebuah harapan? Kau pernah tau rasanya hidup bersama harapan itu? Kau pernah terjebak dengan masa lalumu lalu nampak sulit untuk melangkah pergi? Ketika harapan itu dengan mudahnya terlepas Lalu kau harus rela meng...