Prolog

604 34 1
                                    

Dua bocah dengan surai berbeda berbaring di atas rumput halaman belakang rumah mereka. Dengan dipayungi bayangan pohon besar keduanya nampak nyaman berbaring disana.

Salah satu dari mereka yang sejak tadi menutup matanya perlahan tersadar lalu menguap sejenak. Dia menggosok matanya sejenak sebelum menoleh ke arah bocah lain yang ada di sebelahnya.

"Re"

"Hm?"

Yang bersurai pirang menatap datar lawan bicaranya yang hanya fokus pada buku yang ia baca tak sedikitpun menoleh pada dirinya.

"Re!"

"Ada apa Shu?" Akhirnya bocah hitam itu menolehkan kepalanya ke si pemanggil yang bernama Shu. Iris pink yang terbingkai kacamata itu memandang Shu heran.

"Kenapa sangat serius?" Tanya Shu mengacu pada buku yang dibaca Reiji. Reiji melirik bukunya sejenak lalu membulatkan mulutnya.

"Karena aku sedang belajar" Jawabnya logis setelah beberapa detik diam.

"Kenapa?" Tanya Reiji kembali.

Shu mencibir tak suka pada buku bersampul merah tua yang ada di genggaman Reiji.

"Kau terlalu serius" Keluh Shu lalu bangkit untuk duduk. Reiji mengabaikan lalu kembali pada bacaannya.

Baru sedikit dia membaca tulisan yang ada di bukunya, perasaan geli segera datang pada dirinya dan membuatnya tertawa lepas.

"Sh-Shu! Ahahahaha!! Ber-ahahah.. Henti-ahahahaha!! Sh-ahaha.. Shu!! Ahahahaha" Tawa manis Reiji terdengar di sana, kakaknya selalu bisa membuat dirinya dalam keadaan senang secara instan.

Shu memandang wajah tertawa Reiji, sangat imut serta cantik membuat Shu untuk beberapa detik mematung karena tawa manis yang dikeluarkan oleh Reiji.

Tak lama keduanya berbaring disana dengan puas, nafas Reiji yang tersengal perlahan normal.

Reiji menutup matanya sejenak berusaha untuk beristirahat.

Puk

Dia merasakan beban di perutnya membuatnya harus kembali membuka mata. Irisnya secara langsung bertabrakan dengan iris Shu yang ada di hadapannya.

Rasa gugup perlahan menyelimuti Reiji apalagi saat melihat wajah rupawan Shu yang begitu mempesona saat ini.

"Re"

"Hm?"

Shu menarik nafasnya kemudian mengeluarkannya perlahan lalu menatap Reiji lembut, "Re sayang sama Shu nggak?"

Kening Reiji berkerut lalu tak lama suara tawa manisnya kembali terdengar membuat Shu menatap heran dirinya.

"Tentu saja Re sayang Shu tak ada alasan yang membuat Re membenci Shu karena Shu adalah kakak tersayang Re" Jawabnya setelah selesai tertawa. Dia menyandarkan keningnya ke leher Shu, Diam-diam menyerap aroma mint yang keluar dari tubuh Shu.

"Re cinta Shu?" Tanya Shu lagi.

Respon Reiji kali ini lebih cepat, dia mengangguk semangat. "Tentu Re cinta pada Shu!"

Oh, Reiji.

Tak tahu kah kau maksud 'cinta' yang di katakan Shu?

Shu mengering kecil, "Bagaimana kalau kita pacaran?"

"Pacaran?" Kening Reiji kembali berkerut saat mendengar kata tersebut, seingatnya dia tak pernah tahu ada kata itu.

"Iya pacaran, Re mau kan?" Pancing Shu menatap dalam Reiji.

Reiji memiringkan kepalanya tanda tak paham, "Memangnya pacaran itu apa Shu?" Tanya Reiji polos.

Seringai Shu semakin lebar, dia mempertipis jarak mereka sehingga kini hidung mereka bersentuhan.

"Pacaran itu seperti ini"

Chup

Reiji membulatkan matanya terkejut, tak menyangka yang dimaksud kakaknya adalah seperti ini.

Sementara Shu, dia cukup tertegun dengan rasa bibir Reiji yang tergolong manis. Dia menghisap bibir bawah Reiji perlahan membuat Reiji menggerang.

Tangan Reiji berusaha memberontak, dia mendorong bahu Shu supaya sang kakak mau melepaskan ciuman itu.

Tak lama bibir Shu meninggalkan bibir Reiji dengan seutas benang saliva yang masih terurai diantara bibirnya dan bibir Reiji. Reiji memerah namun pandangannya terlihat jelas menahan amarah.

Dengan segera dia berdiri dan membawa bukunya.

"IBU!! SHU MENCIUMKU!!!"

Reiji, Pacaran Yuk?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang