Ketiga

279 34 26
                                    


×

×

×

×

Beberapa tahun yang lalu..

"Kamu."

Shion berhenti menatap sepatu putih gading yang kini telah ternodai oleh bercak kecoklatan akibat air hujan yang membawa tanah kejalanan.

Sesaat ia menatap kearah mata kecoklatan itu, ia tak mengenal anak ini dan pastinya dia juga tidak satu SMP dengan Shion karena Shion tak pernah melihat wajah itu sebelumnya.

Shion memilih untuk membuang muka saat di rasanya darah itu mendesak untuk keluar dari tenggorokannya.

Sebuah tisu di sodorkan dari dia yang kini pula telah menyamaratakan payung biru muda yang di genggamnya keatas kepala Shion, "Ini, pakai tisu ini."

Shion hanya menatap tisu itu sesaat sebelum terbatuk kembali dan memuntahkan darahnya ketelapak tangannya, tangannya di tarik oleh anak di hadapannya, "Hei! Jangan begitu, kamu ini ku bilang kan pakai tisu saja."

Lalu Shion hanya bisa terdiam saat sisa-sisa darah pada telapak tangannya dibersihkan dengan tisu oleh tangan hangat milik sang empunya yang tak berhenti mengomeli Shion. Shion menatap cowok di hadapannya itu lekat-lekat sebelum melihat papan nama di baju seragam anak di depannya.

"Kamu kenapa bisa begini? Hujan-hujan begini kamu berkelahi? Benar-benar ya, apa sih yang di pikirkan anak-anak jaman sekarang? Apa bagusnya berkelahi? Tidak ada gunanya, tidak bermanfaat! Lihatlah sekarang, wajahmu babak belur sampai-sampai aku tak tahu wajah aslimu bakal jadi seperti apa." Gerutu Mamehara Issei, si anak sekolah lain yang kini mengomeli Shion tak henti-henti setelah Shion melihat logo SMP di seragam anak itu yang ternyata bersekolah di SMP Swasta yang terletak di sebelah sekolahnya.

Shion menarik tangannya lepas dari genggaman itu. Ia takut jika dirinya akan mengotori tangan anak baik di hadapannya tersebut. "Kau .. Tas sekolahmu basah."

Suara serak Shion yang dipaksakan untuk bersuara sehingga membuat Shion agak merenyit merasakan tenggorokan serta mulutnya terasa pedih, membuat Mamehara menatapnya langsung ke mata.

"Kamu malah mengkhawatirkan Tas ku? Apakah segitunya kamu tidak mencintai dirimu sendiri?" Tanya Mamehara pelan. Alisnya melengkung sedih. Shion ragu harus menjawab apa selain meminta maaf.

"Maaf."

(Saya sarankan untuk membaca bagian ini sampai akhir nanti dengan mendengarkan Akdong Musician - How Can I Love The Heartbreak, You're The One I Love.)

Shion memang sampah.

Dia baru saja di tolong. Oleh orang baik ini, tapi lagi-lagi ia telah membuat orang lain sedih. Apakah dia ini benar-benar seorang lelaki? Lalu, untuk apa semua lukanya ini? Untuk apa ia harus repot-repot menghajar para orang-orang brengsek itu jika dia terus saja tak mampu membuat orang lain merasa nyaman dengannya?

Nyatanya memang benar,

"Maaf, aku memang tidak berguna. Maafkan aku, aku juga tidak tahu untuk apa aku berkelahi."

Mamehara menatap wajah pemuda dihadapannya setelah tertegun. Ah, dia rasa kali ini omelannya sudah keterlaluan. Pemuda di depannya itu berusaha membungkuk setelah mengucap maaf dengan suara pelan. Seakan-akan dia adalah seorang rendahan yang tak pantas berbicara setara lagi dengan manusia lainnya. Kontras sekali dengan garis wajah datarnya dan matanya yang tajam.

Even If I Have To Die Tomorrow   「TsuruMame」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang