Leon mengajak licia mampir kesebuah restoran, sebenarnya ia ingin mengantar licia ke kampusya. Tetapi ia melihat hal yang ganjal disaat mendapati mobil ferari berwarna hitam yang selalu mengikutinya.
Leon masih melirik kesana kemari. Ia sangat takut jika orang tersebut adalah suruhan kakeknya. “maaf jika aku tak mengantarmu ke kampus.”
Licia masih diam.
Leon merasa bersalah dengan keadaan licia saat ini. sejak dimobil tadi licia hanya terdiam sesekali bergumam tak jelas.
Flashback on
Mata leon tak pernah lepas dari gerak geriknya licia. Hingga ia menghapus airmatanya dengan kasar.
Sebenarnya leon sempat terkejut karena meliha wajah licia yang seperti rpuh.“bantu aku mencari pembunuh itu!”
Sebenarnya leon hampir saja terkikik geli. Pembunuh mencari pembunuh. Tetai ia menyembunuyikan kembali raut wajahnya disat menatap wajah dinginnya licia.
Leon menghela nafasnya kemudian mengangguk lirih.
Licia menengok kearah leon dengan pandangan memohon dan leon sangat benci jika melihat licia yang bersedih seperti itu. “dia sudah menyiksa dan memperkosa ibuku. Dan aku bersumpah akan mencari lelaki bajingan itu hingga keujung dunia.” Tajamnya. Leon pun hanya memapu bergumam dengan lirih.
“aku tidak berjanji, tetapi aku akan berusaha.” Sahuut leon.
Licia tersenyum.
Leon mengedipkan kedua matanya dengan shock. Sungguh langka pemandangan ini sehingga lidah leon kelu untuk berkomentar. Licia tersenyum kepadanya. Walaupun senyum tersebut terkesan tipis dan hanya sementara tetapi leon masih mengingat senyuman manis itu.
Flashback off
Mengingat kejadian itu membuat leon semakin heran dengan sikap lembutnya licia. Licia mengernyit disaat leon tengah celingak-celinguk tidak jelas.
“orang itu ada diujung sana.” Celetuk licia lalu menunjuk dengan dagunya.
Leon ingin berbalik. Tetapi gerakannya ditahan oleh licia dengan sigap. “kalau kamu menengok sama aja kamu bunuh diri!” tajam licia.
Licia menggelangkan kepalanya saat menemui lelaki gegabah seperti leon. “kamu tau?”
Licia menaikkan alisnya.
“maksud ku, kamu tau jika kita sedang diikuti.” Licia mengangguk.
Kemudian mereka diam sesaat. Licia terus mengekori gerak-gerik seseorang yang tak jauh dari tempat mereka. “apa pekerjaanmu?”
Leon tergelak. Leon hampir tak percaya bahwa licia sekarang tengah menanyakan pekerjaannya. Kemudia ia terkekeh. “datanglah ke CT Corp, dan kamu pasti mengetahui diriku.”
Licia memutar kedua bola matanya dengan jengah. “OB?”
Kenapa pikiran licia sangat sempit. Asataga, bayangkan saja wajah setampan leon menyandang sebagai 'OB' Apa licia tak melihat dari cara berpakaiannya. Lagipula licia habis menaiki mobil mewah leon barusan.
“kau meremehkanku. Hei, aku adalah CEO diperusahaan CT.Corp.” Jelasnya yang terdengar sombong ditelinga licia.
Licia memandang leon dengan tatapan aneh. Ia pun tak mengatakan apa-apa lagi.
“CEO adalah posisi eksekutif tertinggi dalam suatu perusahaan yang mempunyai tugas untuk memimpin suatu perusahaan dan bertanggung jawab untuk kestabilan perusahaan tersebut. Namun, titel CEO sering mempunyai banyak tafsiran dalam penggunaannya, terkadang sering diasosiasikan sebagai Direktur Utama dalam suatu perusahaan.”
“dan sekarang kamu sudah berhadapan dengan CEO muda di perusahaan tersebut.” leon menjelaskan tentang semua pekerjaan sampai titelnya. Sesekali ia memaanyunkan bibirnya karena respon licia tak seperti yang dia inginkan.
“masa bodoh dengan title mu. Yang ku butuhkan hanya kekuasaan mu untuk mencari bajingan itu."
"Dan sekarang, antar aku kekampus!”
“tapi kita sedang...-”
Seakan tahu dengan pikirannya leon, licia akhirnya menegakkan tubuhnya. “penguntit itu sudah menghilang.” Jelas licia dan berlalu lebih dulu. Karena gerakan leon sangatlah lamban.
“berarti kamu mengetahui jika ada seseorang yang mengikuti kita sejak tadi?” licia mengangguk. Dan leon hanya menatap licia dengan pandangan kagum. Ia tak percaya jika licia sejeli itu.
“cepat antar aku kekampus! Atau aku akan membunuhmu!”
“baiklah-baiklah aku akan mengantarmu. Tetapi berhentilah berkata membunuh. Karena itu sangat tidak baik.”
Licia tersenyum miring. “aku suka kematian.” Ucapnya kemudia terkekeh pelan.
Sedangkan leon hanya mnggelengkan kepalanya. Seperti tak paham isi dari otak licia. “berhentilah licia. Aku tak suka itu.”
Licia membeci disaat orang asing yang tiba-tiba peduli kepadanya. Lagi pula Cuma leon yang masih bertahan dengan sikap dinginnya licia.
“apa urusannya dengan mu? Kamu hanya orang asing yang tiba-tiba kenal denganku.”
“apa harus aku ulangi lagi hm? Bahwa aku khawatir dengan dirimu.” Ujar leon dengan sabar.
Menurutnya licia sangatlah keras kepala. Apa kepala licia terbuat dari batu? Ah- kenapa juga licia tak pernah mengerti dengan perasaannya.
“aku khawatir jika orang yang aku cintai terluka. Mengertilah licia.”
“bullshit.” Desis licia lalu berlalu dari hadapan leon.
Leon hanya menatap nanar punggung licia. Kemudia mengikuti licia dari belakang. Takut jika gadis itu dilukai seseorang. Lebih tepat takut jika licia akan melakukan hal bodoh kembali. Seperti membunuh seseorang yang tak berdosa.
“astaga, kenapa juga aku tergila-gila dengan dirinya.” Keluh leon yang mesih mengekori licia dari belakang.
________
<<UNTUK PEMBACA SETIA "I'M NOT A PSYCHOPATH" CERITA TETAP BERLANJUT. AKAN TETAPI, CERITA AKAN DIPUBLIKASIKAN DAN DILANJUTKAN DI NOVELTOON. BISA JUGA CARI DIMAGANTOON.>>
<<NAMA PENA: NONA_NA232>>#PLAGIAT❌
#BOOMVOTE❌
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT PSYCHOPATH
Roman d'amour"Kecantikan mu tertutup oleh kelakuan iblismu licia." Jedanya. "berhentilah menyiksa mereka." pinta leon dengan sendu. "Karena semua manusia itu pada dasarnya akan mati!" Jawab perempuan itu dengan tajam. "Tapi kamu bukan tuhan." Sanggah leon. "Apa...