CHAPTER SEBELAS

215 26 8
                                    

Setelah mendapatkan pesan dari Reza yang memberitahu dia tidak bisa menjemput Larisa pulang hari ini, gadis itu memutuskan untuk menumpang mobil salah satu sahabatnya, Bams alias Pretty yang kebetulan satu arah dengannya.

Larisa tengah menunggu dengan gusar di dekat gerbang, malas ikut ke parkiran dan lebih memilih menunggu di sana seperti yang biasa dia lakukan saat menunggu sang kekasih menjemputnya pulang setiap hari.

Kepala Larisa yang tengah menunduk itu pun seketika mendongak saat sosok yang dikenalnya baru saja melintas di depannya.

Senyuman lebar tersungging di bibirnya, satu tangannya sudah terangkat berniat menyapa Arvan, namun harus urung karena pemuda itu berjalan cepat tanpa menoleh ke arahnya.

" Huuh ... jutek amat sih tuh cowok. Heran gue." Gumamnya. Larisa tak berniat mengikuti pemuda itu kali ini, tidak ... sampai tanpa sengaja dia melihat Arvan yang berniat menaiki sepedanya yang dia simpan di warteg dekat sekolah, tiba-tiba dihampiri oleh segerombolan siswa.

Larisa menegang saat melihat gerombolan itu. Sebagai siswa lama di sekolahnya, tentu dia tahu betul siapa mereka. Kumpulan siswa nakal Gardellia International High School, Boby dan antek-anteknya.

Larisa merasakan firasat buruk, dia yakin Arvan berada dalam bahaya saat ini. Lantas tanpa berpikir panjang dan melupakan janjinya dengan Pretty, gadis itu pun berlari hendak menghampiri Arvan.

Namun, belum sempat Larisa tiba di tempat kejadian. Boby dan teman-temannya menggiring Arvan entah kemana. Pemuda itu mengikuti Boby tanpa perlawanan, membuat Larisa heran karena tak menyangka Arvan tak melawan sedikit pun.

Lagi ... Larisa bertindak nekad dengan mengikuti mereka.

Rupanya mereka membawa Arvan ke sebuah lapangan bola yang terletak tak jauh dari sekolah mereka. Larisa mengintip dari balik tembok, nyalinya menciut untuk lebih mendekati mereka. Khawatir dirinya ikut terlibat dengan urusan para pemuda berandalan tersebut. Dia pun memilih mengawasi dan mungkin baru akan bertindak jika dirasanya Arvan benar-benar dalam bahaya.

Awalnya, Boby dan Arvan terlihat sedang terlibat obrolan. Dari jarak sejauh ini, Larisa tak bisa mendengar dengan jelas pembicaraan mereka. Akan tetapi, ketegangan terjadi tak lama kemudian.

Larisa membulatkan matanya saat melihat Boby tiba-tiba memukul wajah Arvan, membuat pemuda malang itu tersungkur di tanah.

Larisa hendak berlari menghampiri mereka, dan harus kembali tertahan saat melihat Arvan yang bangkit berdiri, lalu balas memukul wajah Boby tak kalah kerasnya.

Boby berteriak penuh amarah, dia mengusap sudut bibirnya yang memar dan mengeluarkan darah, pertanda Arvan tak main-main dengan pukulannya.

" Habisi anak baru tak tahu malu itu!!"

Hingga teriakan kencang yang meluncur dari mulut Boby kali ini sukses membuat Larisa membekap mulutnya, tak percaya. Arvan tengah dikeroyok oleh teman-teman Boby, yang jika dihitung berjumlah tujuh orang tersebut.

Dengan lihainya Arvan mampu menghindar setiap serangan yang dilayangkan padanya. Berulang kali dia balas menyerang dan berakhir membuat anak-anak berandalan itu jatuh terjerembab.

Arvan memang memiliki kemampuan bela diri yang patut diacungi jempol jika melihat dengan mudahnya berhasil memukul dan melukai lawannya.

Namun, jangan lupa ... sekuat apa pun Arvan jika dirinya dikeroyok oleh delapan pemuda sekaligus, tentu saja Arvan akan kalah. Ditambah saat lawannya mengeluarkan senjata berupa tongkat baseball, Arvan mulai kewalahan. Tak terhitung banyaknya luka yang dia terima saat lawan-lawannya dengan kejam memukuli dirinya dengan tongkat tersebut.

LARISA WISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang