Part 1 - Levanter

8.9K 482 59
                                    

***

Di antara musik dan hujan yang membasahi bumi di sore hari, hati dan pikiran gadis itu tengah berperang hebat. Sorot matanya kosong dan tertuju ke luar jendela, bibir mungil dan merahnya itu sedikit tertarik ke bawah menunjukkan bahwa moodnya sedang buruk.

Berbagai macam masalah hidup tengah menghantam dirinya yang lemah. Padahal dia baru menginjak usia 20 tahun, tapi mengapa ujian hidupnya begitu berat sekali?

Gadis itu ingin menangis tapi rasanya itu hanya membuang-buang tenaga dan waktu saja. Sebab, apakah orang lain akan peduli meskipun dirinya menangis? Dia berusaha untuk tegar dan menganggap semuanya akan baik-baik saja pun orang lain tak ada yang peduli padanya.

Tinggal di kamar kos seorang diri, kamar yang berantakan, buku berserakan di mana-mana, baju kotor yang tertumpuk di sudut kamar menyebabkan bau yang menyengat. Dia tidak memiliki semangat untuk membereskan kamarnya.

Dia masih ingat percakapannya minggu lalu dengan Ibunya, dan itu membuat dirinya merasa tertekan dan semakin membebani hidupnya. Kenapa Ibunya harus menceritakan hal seperti itu pada dirinya? Padahal di sana mereka juga bekerja, tapi kenapa? Dia pergi jauh dari orangtuanya agar bisa fokus dengan studinya, tetapi kenapa mereka masih saja mengganggu dirinya?

Dia masih beruntung bahwa studinya dibayar penuh oleh pemerintah tapi itu tidak termasuk dengan biaya hidup sehari-harinya di sini. Makanya dia merasa tertekan sekali, ditambah dengan masalah keuangan orangtuanya yang seenak jidat mengeluh pada dirinya, padahal orangtuanya sendiri tau kalau anak gadisnya itu belum mempunyai pekerjaan.

Selain itu, meja belajarnya penuh dengan kertas-kertas bekas yang telah ditulis sesuatu. Gadis itu sudah merencanakan untuk mengakhiri hidupnya. Namun selalu gagal karena sibuk mengurus urusan lain.

Dan akhirnya, dia harus menunda rencana bunuh dirinya itu. Karena kesibukannya akan mencari uang dan belajar, dia harus menunda pertemuannya dengan Tuhan, padahal dia sudah sangat lelah.

.

.

.

.

.

Jiyeon datang pagi-pagi menuju kelas, karena dia mengincar bangku paling depan agar bisa menyerap pelajaran lebih banyak. Langkah kaki kecilnya berjalan dengan tergesa-gesa, dia takut teman sekelas lainnya sudah datang lebih dulu.

Jadi dia memutuskan untuk berlari sambil memeluk erat buku-buku pelajaran dan menghindari orang-orang yang berjalan melawan arus.

Sesampainya di depan pintu kelas, Jiyeon membuka pintu ruangan itu dengan keras sampai menimbulkan suara. Begitu masuk dia pikir dia sendiri yang datang pertama, namun ternyata ada orang lain di sana.

Dadanya naik turun setelah berlari, dia mengabaikan orang itu dan duduk di barisan paling depan sambil mempelajari materi minggu lalu.

Namun rasa penasarannya mengganggu konsentrasinya, kemudian dia menutup bukunya dengan keras dan menoleh pada orang yang duduk di bangku sebelahnya.

"Kau mahasiswa baru di sini? Ini pertama kalinya aku melihatmu." Ujarnya langsung.

Orang itu tak segera menjawab, dia lebih dulu melihat Jiyeon dengan dalam kemudian menopang dagunya sembari menatap Jiyeon.

"Ya aku mahasiswa baru di sini. Apa kau orangnya selalu seperti ini ya? Tidak ada basa-basinya terhadap orang baru," jawabnya, Jiyeon memincingkan matanya setelah mendengar jawaban darinya. Lalu dia memilih untuk mengabaikan orang itu dan belajar lagi.

Tetapi kini orang itu yang mengganggu Jiyeon dengan perkataan-perkataannya yang menurut Jiyeon tidak penting. Sehingga mau tidak mau Jiyeon harus memecah konsentrasinya.

"Namaku Jungkook, panggil saja Jeon, karena itu margaku. Aku lebih suka dipanggil Jeon daripada Jungkook."

Jiyeon masih mengabaikannya.

"Kau baca buku itu? Eyyy itu sudah ketinggalan jaman. Aku kasih pinjam buku yang ini, ini isinya lebih terbaru." Katanya lagi sambil memberikan buku yang dimaksud.

Jiyeon semakin tidak paham dengan orang baru ini, tiba-tiba saja memberinya buku dan bersikap sok akrab yang membuatnya tidak nyaman. Jadinya Jiyeon memberikan kembali bukunya.

"Kenapa? Aku meminjamkannya padamu,"

"Tidak usah, rasanya aneh saja menerima barang dari orang yang baru dikenal." Jawab Jiyeon dengan serius.

Jeon tertawa begitu mendengarnya, dia mengambil lagi buku itu sembari sesekali melirik pada Jiyeon.

"Ya ampun begini rasanya ditolak itu,"

Mendengar hal itu membuat Jiyeon merinding seketika. Dia langsung memiringkan posisi duduknya agar tidak melihat wajah orang tersebut dengan jelas.

"Dasar aneh." Gumam Jiyeon.

"Apa?"

Tepat setelah itu mahasiswa lain mulai berdatangan dan duduk di bangku kosong yang tersedia. Jeon masih menunggu penjelasan dari Jiyeon, tetapi gadis itu memilih untuk mengabaikannya daripada menjawab.

Sehingga akhirnya Jeon menyerah dan berdiri dari bangkunya sambil mengambil semua barang miliknya, dan pindah tempat duduk.

Kelas itu mulai terisi penuh, dan dosen pun sudah datang. Jiyeon merapikan buku-bukunya dan siap menerima pelajaran hari ini, tetapi matanya membesar saat melihat dosen hari ini.

Ternyata orang itu adalah Jeon Jungkook.

Jeon melirik pada Jiyeon dan tersenyum, dan hal itu membuat Jiyeon panik, dia telah membuat kesalahan fatal karena telah bersikap tidak sopan pada dosen.

Tetapi Jiyeon mana tau kalau Jeon adalah dosennya, yang Jiyeon tau dosen matakuliah manajemen keuangan ini orangnya sudah tua.

"Selamat pagi semuanya, mulai hari ini dan seterusnya aku akan menjadi dosen untuk matakuliah manajemen keuangan. Berhubung dosen sebelumnya sudah pensiun, jadi aku mohon kerjasamanya dari rekan-rekan sekalian." Katanya dan diakhiri sambil melirik pada Jiyeon.

Dan gadis itu langsung menutup wajahnya dengan buku yang dia baca dari pagi. Rasa malunya sudah memenuhi dirinya sehingga dia merasa tak sanggup dan ingin pindah tempat duduk.

"Yang di sana, kau tak apa?" Tanya Jeon yang merujuk pada Jiyeon.

Dengan cepat Jiyeon menurunkan bukunya dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak saem, aku baik-baik saja!"

Jeon mengangguk, "Kalau kau sakit, kau bisa ke klinik kampus."

Jiyeon semakin dibuat malu karena tingkah Jeon ini, bisa-bisanya dia bersikap layaknya mahasiswa sementara dia adalah dosen.

Kalau begini Jiyeon harus ekstra hati-hati kepadanya.

TBC

Test ombak dulu ah kalo rame dilanjut~

Fifty Shades of Jeon✔ || Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang