***
Jeon mengantarku sampai di tempat kerja. Untuk pertama kalinya dalam hidup ada orang yang mengantarku ke sini sehingga aku sukses menjadi pusat perhatian banyak orang, khususnya rekan-rekan kerjaku. Mereka melihatku dengan tatapan yang sangat kaget sambil mencoba menebak apa yang terjadi padaku dan Jeon.
Kita hanya sebatas mahasiswi dan dosen. Tidak lebih.
Andai saja jika aku bisa mengatakan hal itu dengan mudah, aku tidak akan merasa kesusahan seperti ini.
Aku masuk lewat pintu belakang setelah mengatakan kalimat terima kasih pada pak Jeon, berkatnya aku mendadak mendapatkan banyak interview.
"Kamu punya pacar? Kenapa gak cerita sama kita?"
"Dia bukan pacar aku."
"Masa sih? Biasanya kan kamu jarang bawa kenalan ke sini."
"Ya tapi bukan berarti dia pacarku. Dia dosenku," jelasku sambil merapikan pakaian seragam kerja.
Aku melangkahkan kaki menuju dapur, hari ini aku diberi tugas oleh kepala chef untuk memotong bawang daun beserta mengupas kulit telur rebus. Aku berhutang banyak padanya, karena berkat dia aku bisa bekerja part-time di sini.
Namun saat aku hendak mengupas kulit telur aku dipanggil oleh rekan kerjaku bahwa ada yang mencariku.
Hell, aku 'kan tidak punya banyak teman dan terlalu sibuk mencari uang sampai mau mati, but what? Ada yang mencariku?
"Di mana dia?" Kataku.
"Di sana, meja 16."
Aku melirik ke meja tersebut, feelingku tidak enak, tapi aku paksakan untuk menemui orang yang dimaksud.
Aku berharap orang yang menemuiku itu orang yang penting, tapi ya seperti yang aku bilang barusan, aku ini tidak punya banyak teman jadi siapa sih yang mau bertemu denganku?
"Permisi--"
What the hell.
"Bapak?"
Sejak kapan Jeon di sini? Kenapa dia memanggilku untuk menemuinya? Kenapa dia tersenyum padaku? Dan ada apa dengan ekspresi wajahnya yang menyebalkan itu!?
"Jiyeon-ssi, maaf ya sudah ganggu jam kerja kamu tapi ternyata aku lapar dan akhirnya memutuskan untuk makan dulu." Jawab Jeon sambil menyengir.
Apa-apaan dia ini!? Dia tidak punya kerjaan lain apa? Sungguh tidak berfaedah sekali si Jeon!
"Ah jadi Bapak mau pesan apa? Biar saya catat."
"Buatkan saja dua menu spesial yang ada di sini."
Wah si Jeon pasti orangnya rakus, sampai pesan dua porsi seperti ini. Biasanya tipe-tipe orang tamak itu kalau pesan makan pasti makanan mentah alias sushi dan memesan porsi yang lebih untuk satu orang.
"Kalau begitu mohon ditunggu ya, pesanan Bapak akan segera disiapkan--"
"Wait, hold on, tunggu, camkanman!" Seru Jeon, lalu dia kembali lagi menatap diriku tepat pada mataku yang membuatku merasa malu.
Perasaan ini kenapa selalu muncul sih? Aneh.
"Kamu pasti belum makan kan? Sini duduk, kita makan bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifty Shades of Jeon✔ || Jeon Jungkook
RomanceFull story hanya tersedia versi eBook✔ DM untuk pembelian ;) Just a story between Mr. Jeon with his little girl. Started : 1st February 2020 Ended : 8th June 2020 © jiyeonsquad 2020