2

54K 1.3K 153
                                    


Jongin masih betah duduk di atas pangkuan Sehun, wajahnya tersembunyi didalam ceruk leher Sehun. Kedua tangan masih melingkar di balik jas yang dikenakan Sehun. Mereka tengah berada disebuah restoran yang sudah disewa oleh sepenuhnya.

"Tuan Sehun, Tuan perdana menteri sudah tiba..." Ujar seseorang setelah membungkuk hormat.

"Apa kau tidak ingin turun?" Tanya Sehun,

Jongin menatapnya dengan wajah menggemaskan, bahkan Sehun sudah ingin sekali menerkamnya sekarang, "Haruskah?" Suaranya membuat Sehun harus mengeratkan genggaman tangannya.

Sebelah tangan Sehun bergerak kesamping, mengarahkannya kepada seorang pengawalnya. Sang pengawal menyodorkan sebuah selimut dengan kedua tangannya sembari membungkuk. Sehun melebarkan selimut itu, menggunakannya untuk menutupi Jongin yang ada dalam pelukannya.

Seorang pria paruh baya memasuki ruangan itu di antarkan oleh pengawal Sehun yang sebelumnya.

"Selamat datang tuan... Aku sudah menunggumu.... Maaf aku tidak bisa berdiri untuk menyambutmu...." Sehun menunjukkan senyumnya, senyum tipis yang jarang sekali orang lihat.

"Silakan duduk...." Sehun melanjutkan kalimatnya, mempersilahkan pria yang tak lain adalah seorang perdana menteri Korea itu.

"Tidak masalah, bisa bertemu denganmu saja sudah menjadi suatu kehormatan...." Pria tersebut duduk diseberang Sehun.

"Hahahaa...." Sehun tertawa, namun tidak begitu dengan ekspresi matanya, "Anda terlalu merendah...."

"Jadi, bisakah Jongina langsung ke intinya? Karena kura-kura kecilku tengah merajuk..." Sehun mengucapkannya sembari menepuk bahu Jongin yang berada di balik selimut, ia tidak perduli dengan seJonginarnya, yang ia butuhkan hanya berada didalam pelukan Sehun.

"Hahahaaa.... Aku suka caramu... Tentang penjualan produk di wilayah Asia itu, bisakah aku memesan beberapa barang dalam waktu dekat? Aku memerlukannya untuk pesta di akhir bulan ini..."

"Produk Asia? Apa yang anda inginkan? Maksud saya tentang kriteria yang telah anda tetapkan..."

"Hmmmm.... Seperti tahun lalu.... " Lelaki itu tersenyum, senyum yang sulit di artikan.

"Ah, tahun lalu..." Sehun kembali mengingat tentang pesanan perdana menteri tahun lalu, "Choi, ambilkan history nya!" Perintah Sehun pada seorang pengawal dengan wajah oriental khas wilayah Jepang.

Lelaki bernama Choi itu memberikan sebuah buku yang sudah terbuka, menunjukkan sebuah foto seorang gadis yang menjadi pesanan tahun lalu oleh perdana menteri itu.

Sehun melepaskan foto itu, "Apakah dia masih ada?" Menunjukkan selembar foto itu kepada sang perdana menteri.

"Hmmm... Aku menyimpannya di tempat yang aman. Terkadang dia menemaniku ke pesta..."

"Jika anda memesan yang baru, kemana anda akan meletakkan yang lama?" Tanya Sehun sembari menempelkan kembali foto itu ketempat semula.

"Sebenarnya, ini untuk putraku, bukan aku. Sebentar lagi, usianya menginjak 25 tahun akhir bulan ini..."

"Aaaahhh..." Sehun seolah mengingat sesuatu, "Kado?" Sehun menganggukkan kepalanya seolah ia mengerti, "Akan saya siapkan yang terbaik..." Sehun menunjukkan senyumnya.

Setelah pembicaraan kecil dan basa basi yang tidak perlu, lelaki itu pergi lebih dulu meninggalkan Sehun yang masih duduk dengan tenang. Sehun menarik selimut yang menutupi tubuh Jongin, menunjukkan Jongin yang terlelap.

"Choi, siapkan mobil!" Sehun menggunakan suara yang sediJongin berbisik, namun masih bisa didengar oleh Choi sang anak buah.

Beberapa menit setelah Choi meninggalkan ruangan, Sehun mencoba berdiri, menggendong Jongin seperti gendongan koala. Jongin masih terlelap bahkan saat keduanya sudah memasuki mobil.

"Choi, bukakan pintunya..." Gumam Sehun saat menyadari jika mobil sudah berhenti didepan rumahnya.

Lelaki bernama Choi itu membantu Sehun membuka pintu mobil, pintu rumah dan juga pintu kamar keduanya.

Sehun membaringkan Jongin dengan lembut, ia menunjukkan kasih sayangnya saat menidurkan Jongin di atas tempat tidur.
.
.

Seperti pagi - pagi biasanya, Jongin akan bangun pagi begitu jam menunjukkan pukul 6 pagi. Ia berjalan menuju kamar mandi, membersihkan diri dan bersiap menuju sekolah dimana ia menjadi siswa tingkat 3 menengah atas. Meskipun dia anak yang tergolong nakal, tapi Sehun selalu mengatakan padanya jika pendidikan nomor satu.

Sehun masih tertidur saat Jongin sudah selesai menggunakan selesai bersiap dengan seragamnya, ia hanya perlu sarapan lalu berangkat sekolah.

"Daddy? Daddy tidak mau bangun? Daddy? Daddy tidak mau menemaniku sarapan?" Jongin menggoyangkan tubuh Sehun, mencoba membangunkannya.

"Daddy harus ke Jepang pagi ini. Baby berangkat sendiri na pagi ini...."

"Temani Jongin sarapan Daddy...." Sehun selalu menemaninya makan jika keduanya di rumah, kenapa pula pagi ini dia harus makan sendiri jika masih ada Sehun disini?

"Daddy masih mengantuk... Makan sendiri yaa~" Sehun bergerak memunggungi Jongin.

Dengan wajah kesalnya Jongin bangun dari duduknya, "Aku benci Daddy!" Teriaknya sebelum membanting pintu kamar.

Sehun merasa sangat lelah pagi ini, lagipula satu jam lagi di harus terbang ke Jepang untuk mengurus sesuatu. Jongin berjalan menuju dapur sembari menghentakkan kakinya keras-keras, membuat beberapa maid tahu betul jika mood Jongin pagi ini tengah buruk. Ia duduk di salah satu kursi, mengambil segelas air putih dan mengabaikan gelas susu yang sudah disiapkan untuknya.

Jongin langsung berangkat setelah sarapan dengan segelas air putih. Ia mengabaikan roti yang sudah disiapkan dan juga tidak menyentuh susu yang sudah ada di gelasnya. Seorang sopir mengantarnya, kali ini Choi mengantar Jongin karena sekalian persiapan untuk penerbangan Sehun ke Jepang.

"Jam berapa anda pulang tuan muda?" Tanya Choi saat keduanya sudah berhenti didepan sekolah.

"Tidak perlu menjemput. Aku ada urusan nanti..." Jongin menjawabnya sebelum keluar dari mobil. Moodnya benar-benar buruk karena untuk pertama kalinya Sehun mengabaikannya yang ingin sarapan bersama. Biasanya, Sehun akan menemani Jongin untuk makan, entah Sehun ikut makan atau tidak.

Jongin masuk ke dalam kelas dengan wajah cemberutnya, Minho dan Lucas mendatanginya dengan senyuman. Keduanya adalah teman dekat Jongin, mereka tentu tau apa yang terjadi dengan mood Jongin pagi ini. Tapi mereka hanya belum mengetahui penyebabnya, dan tugas pagi ini untuk keduanya adalah mencari tahu penyebab itu lalu menghilangkannya.

"Apa yang terjadi sayang?" Lucas meletakkan tangannya ke bahu Jongin, duduk di kursi sebelah Jongin yang kosong.

"Daddy mu tidak memberikan susunya?" Minho memberikan tebakannya.

"Dia tidak menemaniku sarapan, dan aku tidak ingin makan sendiri" keluh Jongin kepada kedua temannya.

"Jadi, kau belum sarapan?" Tanya Lucas dan Jongin mengangguk lemah untuk menjawabnya, "Mari Jongina ke kantin sekarang!" Lucas mencoba berdiri dari duduknya.

"Aku yang akan mentraktir mu..." Bisik Minho.

"Aku akan memberikan apapun yang kau mau..." Bisik Lucas lagi.

"Apapun?" Tanya Jongin, sepertinya mood Jongin mulai membaik.

"Apapun!" Minho mengucapkannya dengan semangat.

"Mari berpesta setelah pulang sekolah!" Jongin bangun dari duduknya, sembari berteriak dengan semangat.

"Pesta?" Lucas menatap ke arah Minho, "Sore hari?" Minho menatap ke arah Lucas ragu.

"Ayolah! Kalian yang mengatakan akan memberikan apapun!" Jongin menatap ke arah Lucas dan Minho bergantian.

"Entah mengapa perasaanku tidak baik dengan hal ini..." Gumam Minho didekat Lucas, Lucas mengangguk setuju dengan pernyataan Minho barusan.
.
.
.
.
.

TEBECEH

yang minat, open grup line bokev gay boleh kirim pesan.

Sex With Love (SeKai) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang