Pisau yang terjatuh membuat semua mata mengarah kepada Jongin, "Tuan Jongin!" Teriak Yui dan beberapa maid memenuhi dapur. Seorang maid berlari keluar dapur memanggil Sehun, seorang lagi mencoba menekan leher Jongin dengan handuk. Jongin hanya tersenyum saat melihat Yui yang tengah menangis.
Sehun diam membeku saat melihat Jongin yang terkulai lemas dengan handuk yang sudah memerah pada lehernya, ia berlari dan menggendong Jongin, tak ada sepatah kata yang keluar dari bibir Sehun, bahkan saat mereka sudah didalam mobil dan perjalanan menuju rumah sakit.
"Batalkan semua janji, hingga Jongin sembuh..." Ujar Sehun kepada Jane, pengawal pribadinya begitu sampai di rumah sakit dan Jongin sudah mendapatkan perawatan.
Jam terus berputar, Jongin sudah selesai di tangani, namun ia belum juga sadarkan diri. Tubuhnya melemah karena banyaknya darah yang keluar, untung saja sayatan itu tidak mengenai nadinya, sehingga masih dapat diselamatkan. Bahkan saat hari sudah mulai gelap, Sehun masih duduk diam disamping Jongin, tak bergerak walau hanya seinchi, kedua manik matanya terus menerus menatap tajam pada kedua kelopak mata Jongin yang masih terpejam.
"Mmmmm....." Jongin menggerakkan kepalanya, matanya mulai bergerak namun belum menunjukkan tanda-tanda terbuka. Sehun tak bergeming, ia masih tetap menatap kearah kedua mata Jongin.
Dengan gerakan lambat, kedua mata Jongin mulai terbuka.
"Dad?" Suara Jongin terdengar lirih, saat kedua matanya sudah terbuka dan menatap Sehun.
"Tidurlah...." Ujar Sehun pelan.
"Maaf..." Entah mengapa ia hanya ingin meminta maaf, bahkan entah mengapa air matanya juga terus menetes.
"Tidurlah...." Sehun mengulurkan tangannya, mengusap air mata Jongin, "Berhenti meminta maaf, tidurlah..."
Jongin mencoba menutup kedua matanya, menenangkan hatinya, menikmati usapan tangan Sehun di kepalanya.
.
.Jongin baru saja membuka mata, melihat Sehun tengah duduk dengan tenang didepannya. Tampaknya Sehun tidak pulang, tidak tidur ataupun mandi, ia masih di tempat yang sama, pakaian yang sama serta jangan lupakan tatapan itu.
"Dad...." Panggil Jongin, membuat Sehun tersenyum.
"Selamat pagi Jongin...." Sapa Sehun dengan senyuman.
"Daddy bau...." Ujar Jongin dengan senyum lebarnya, bahkan kedua matanya terlihat menggaris.
"Baru bangun dan mengatakan itu? Kau pikir siapa yang membuat ku bau?" Sehun mengangkat sebelah alisnya.
"Maafkan Jongin yaa~" Jongin meraih tangan Sehun yang ada diatas kepalanya, "Jongin tidak mau ke Manchester.... Jongin tidak mau berpisah dengan Daddy...."
"Untuk apa Jongin masih di dekat ku? Bukankah Jongin bisa bebas disana? Kau bisa mendapatkan pria tampan lainnya" ujar Sehun, ada nada tidak suka, namun ia menahannya, mengingat Jongin yang melakukan sesuatu hal nekat untuk mencegah perpisahannya.
Jongin diam tidak menjawab, ia tau Sehun masih marah padanya. Jadi ia memilih diam dan mengalihkan pandangannya. Suasana kamar jadi terasa canggung untuk Jongin.
"Aku akan mandi disini, sebentar saja...." Ujar Sehun sebelum berdiri duduk nya lalu berjalan ke kamar mandi.
Jongin hanya mengangguk mengerti.
Selesai dengan mandinya, Sehun dan Jongin sarapan bersama.
"Besok aku harus ke Italia....." Ujar Sehun tiba-tiba.
Jongin mengangkat wajahnya, menatap Sehun yang duduk didepannya.
"Mau ikut atau...." Ucapan Sehun terpotong, "Ikut!" Jawab Jongin dengan semangat.