Suasana meja makan pagi ini benar-benar tegang, Sehun terus mengetukkan telunjuknya ke atas meja. Jongin berada di kursi sampingnya, diam tidak bersuara. Semua belum menyentuh makanan, mood Jongin sudah buyar saat melihat ayah Sehun keluar dari kamar tadi.
"Ayah tidak akan pergi?" Suara dingin Sehun terdengar penuh tekanan dan kekesalan.
"Ayah sudah bilang, ayah tidak akan pergi sampai kau setuju dengan rencana kemarin..." Tuan Oh menjawab dengan santai, seolah Sehun itu tidak ada apa-apa jika di bandingkan dirinya.
Sehun menghela nafas kasar, berbalik menatap Jongin yang diam saja sedari tadi. "Sarapan disekolah saja..." Bisik Sehun, ia tahu dengan pasti jika Jongin sedang dalam mood yang buruk.
Jongin menatap Sehun seolah tidak setuju dengan saran yang diberikannya, "Tapi..." Jongin menggigit bibir bawahnya saat matanya melihat bagaimana ayah Sehun menatap balik pada keduanya.
Jongin menghela nafas pasrah, ia langsung berdiri, memberikan salam sebelum pergi. Lagi-lagi ia mengabaikan Sehun karena kesal.
"Nanti jemput aku terlambat, aku malas pulang..." Keluh Jongin pada Choi yang tengah mengemudikan mobil, Choi tersenyum sebelum mengangguk mengerti. Mobil baru saja keluar dari gerbang utama saat Jongin kembali mengeluh, "Menyebalkan..." Keluhnya sekali lagi, tepat sebelum Choi mendapat panggilan.
"Iya tuan?" Choi sudah menepikan mobil saat menerima panggilan dari Sehun.
"Oh, baik tuan..." Jawab Choi sebelum memutuskan panggilan.
"Tuan..." Panggil Choi setelah berbalik kepada Jongin yang berada di kursi belakang, "Tuan Sehun meminta saya untuk mengantar anda ke kediaman Kakek beliau sekarang. Tuan akan kesana untuk menemui anda..." Lanjutnya.
Jongin menghela nafas, memejamkan kedua matanya erat. Perasaannya tidak enak, sangat tidak enak. Jongin menjilat bibirnya sebelum berkata, "Berikan ponselmu...." Ujarnya sembari mengulurkan sebelah tangan, meminta benda yang dimaksud.
Choi tampak terkejut karena Jongin meminta ponsel miliknya, dengan ragu-ragu ia memberikan ponsel itu.
Ia tampak mengetikkan sesuatu dengan ponsel itu sebelum ia melemparkannya ke luar melalui jendela, dan langsung terlindas mobil lain yang tengah lewat. Jongin tau ponsel itu di berikan Sehun khusus untuk bekerja. Choi memandang ponsel itu dengan tatapan tidak percaya.
"Aku tau itu ponsel hanya untuk dia menghubungimu, jangan seperti kehilangan nyawa begitu! Sekarang putar mobilnya, kita pulang..."
"Tapi?"
"Membantahku? Aku adukan pada Daddy!" Ancam Jongin membuat Choi menutup mulut rapat dan segera melakukan apa yang diperintahkan.
Tidak perlu waktu lama untuk mobil kembali memasuki gerbang utama, Jongin langsung turun begitu mobil berhenti. Dan tepat saat Jongin turun, Sehun baru saja membuka pintu hendak keluar.
"Baby? Bukankah aku meminta Choi mengantarmu ke rumah kakek?" Sehun menunjukkan wajah terkejutnya.
Alih alih-alih menjawab, Jongin terus berjalan melewati Sehun yang masih berdiri di ambang pintu.
"Baby?" Panggil Sehun yang sudah berbalik mengikuti Jongin.
Di meja makan yang seharusnya hanya ada Tuan Oh, tengah duduk seorang gadis disana.
"Ini calon istrinya?" Tanya Jongin begitu memasuki ruang makan.
Tentu saja sikap Jongin yang seperti ini membuat Tuan Ruangroj dan gadis tersebut terkejut.
"Baby..." Lirih Sehun, Jongin itu sedikit gila jika berhubungan dengan dirinya. Jongin tidak takut dengan siapapun, kecuali Sehun. Bahkan Ayah Sehun? Dia tidak pernah takut, hanya benci dan tidak suka.