Chapter 26 : Door

183 15 0
                                    

Author's PoV

Aya menikmati sensasi kebebasan ini. Seperti manusia, dia merasakan bagaimana keadaan alam di luar. Angin yang berhembus, matahari yang terik, dan suara sepeda yang dikayuh.

Bersama seorang teman yang kurasa hanya orang itu yang bisa membuatnya nyaman. Aya jadi ingin tidur. Apa dia jadi mengantuk?

"Kita hampir sampai, Kak," ucap Angelo yang tidak jadi membuat kesadaran Aya menurun. Gadis itu kembali fokus untuk tetap membuka matanya.

Gak mungkin aku lelah, batin Aya keras.

Aya harus tetap terjaga. Sedikit saja dia lengah, bisa saja akan membuat nyawa Angelo terancam. Apalagi mengingat teman-teman di dalam kelasnya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Dia hanya mau Angelo aman tanpa menghapus ingatan Angelo. Dia mau dirinya terus diingat, meski tahu kalau dia adalah vampir.

Seandainya aku masih menjadi manusia ... Aya menghela napas berat.

Cukup sulit menjadi seorang vampir mulia. Itu adalah pangkat vampir yang lebih tinggi, tapi dia merasa itu bukanlah sesuatu yang harus dibanggakan oleh seorang mantan manusia.

Vampir merenggut nyawa orang yang dia sayangi bahkan kebahagiaannya. Dia tidak tahu, apakah menjadi vampir juga bisa membuatnya bahagia?

Aya berpikir itu mustahil.

"Kak? Kak? Kak Aya?"

Aya terkejut. Dia baru sadar perjalanan tadi sudah berhenti. Dia menengok Angelo yang memanggilnya beberapa kali.

"Sudah sampai, Kak. Kak Aya kenapa? Apa Kakak sakit?" tanya Angelo khawatir melihat Aya yang terus diam.

"Oh," Aya segera turun dari sepeda Angelo. Dia melihat sebuah rumah berwarna coklat tua di depannya.

Angelo memarkirkan sepedanya. "Nah, ini rumah temanku. Ayo," ajak Angelo melangkah lebih dulu ke halaman rumah David.

Aya merasakan firasat aneh. Entah kenapa dia merasa tidak tenang. Atau mungkin ini cuma perasaan gugupnya saja akan bertemu dengan teman Angelo.

Angelo memencet bel rumah. Tak lama, seseorang membukakan pintu.

"Woooww! Teman baik gue!" seru David Sentosa yang langsung memeluk rindu teman lamanya. "Akhirnya lo mau datang juga. Dah lama gak ketemu, tau."

"Hahaha! Iya. Oh iya, ini kakak kelas gue. Dia ikut karena mau rame-rame juga sama kita. Boleh kan?" tanya Angelo memperkenalkan Aya.

"Waduh! Kakak kelas?" Setelah tahu akan hal itu, David membungkukkan badan seolah Aya adalah sang ratu. "Nama saya David Sentosa, temannya Angelo sejak SMP."

Angelo menatap aneh David yang mendadak berbicara formal. "Ini anak lebay amat," gumamnya.

"Panggil aja Aya," balas Aya tanpa menolak perkenalan David yang terkesan berlebihan. Tapi menurut Aya, itu malah normal. "Sejak SMP, ya. Berarti lo dah kenal banget sama Angelo?"

David mengangguk. "Betul sekali. Kenapa? Apa Nona tertarik mau tau lebih tentang Angelo?"

Aya tampak salah tingkah. Dia langsung menajamkan matanya. Melihat itu, Angelo segera mencairkan suasana.

"Ah, selanjutnya bakal dilanjutin di dalam rumah. David, lo gak suruh kami masuk dalem rumah lo?" Giliran Angelo yang menatap datar ke arah David.

Cowok tampan itu baru ingat dan terkekeh pelan. "Hehehe, gue lupa. Ayo masuk tamu-tamukuh."

Angelo dan Aya berjalan masuk ke dalam setelah dipersilakan. Aya melihat sekeliling. Rumah yang cukup sederhana, sama seperti rumah milik Fiska. Dia lebih menyukai kesederhanaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang