Egi mengayuh kencang sepedanya menelusuri jalanan yang masih sepi. Di depan ada tiga persimpangan. Ia tersenyum, terus mengayuh sepeda tanpa mengurangi kecepatan, dan semakin dekat dengan persimpangan tersebut.
Satu ... dua ... tiga ....
Muncul Kevin dari jalan di sebelah kanan, dan Gevan dari jalan kiri. Mereka tertawa, lalu bersepeda berdampingan. Seperti itulah mereka setiap pagi ke sekolah. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar dua puluh menit bersepeda dengan kecepatan normal. Tiba-tiba, terdengar suara decitan rem yang ditarik kuat dari sepeda Gevan. Egi dan Kevin pun sontak turut berhenti dan menoleh ke belakang, memandang temannya yang tampak terdiam dengan ekspresi terkejut.
"Kenapa, Gev? Sepeda lu ada masalah?" tanya Kevin heran.
Gevan memandang kedua temannya dengan ekspresi tegang, ia memegang dada dengan sebelah tangan sambil menggeleng.
"Terus kenapa?" tanya Egi. "Otak lu ketinggalan di kamar mandi?" tebaknya.
"Sembarangan lu!" sergahnya. "Gue kaget banget ada bekicot lewat. Untung keburu direm."
Egi dan Kevin mengernyit. Mereka menoleh ke bawah sepeda pria itu. Benar saja, ada dua bekicot berjejer di depan ban sepedanya, nyaris saja. Gevan melipat kedua tangan di atas setang sepeda, memperhatikan bekicot tersebut.
"Lu ngapain? Yok, pergi, ntar tuan putri ngamuk," ajak Egi bersiap.
"Ya nungguin mereka lewat, lah," tutur Gevan sabar.
Egi dan Kevin melemparkan tatapan tidak percaya. Mengapa harus ditunggu? Jalanankan luas. Pria itu bisa lewat dengan mudah, hanya perlu berbelok sedikit saja.
"Apa gue bilang, otaknya ketinggalan di kamar mandi." Egi menggeleng, kemudian berlalu pergi. Sementara itu, Kevin tersenyum sambil menggeleng takjub.
***
Alea bersandar pada tiang dekat parkiran dengan skateboard di tangan. Ia menoleh ke kanan, memerhatikan kedatangan tiga sahabatnya yang sedang memarkirkan sepeda. "Kalian telat tiga menit dari biasanya!" serunya sambil melempar skateboard ke arah tiga pria yang menghampiri. Sontak Kevin refleks menangkap benda tersebut.
Gevan tertawa renyah, ia berujar," Maaf, Tuan Putri. Tadi gue harus melakukan tugas mulia dulu."
"Ngapain? Nolongin bekicot nyeberang jalan?" tanya Alea sambil berbalik, berjalan pergi. Ketiga pria itu pun menyejajarkan langkah dengannya.
Mulut Gevan sedikit menganga karena takjub. "Wah, untung Ale bisanya cuma tahu isi kepala orang. Coba tahu isi yang lain? Bahaya!"
"Baca pikiran lewat mata. Elah, bahasa lu diperbagus dikit, kek!" protes Alea.
Mereka pun berjalan menuju kelas melewati koridor yang luas yang langsung menarik perhatian siswa-siswi lain. Selalu seperti itu, karena kelompok mereka sangat menarik. Ada tiga pria dan seorang gadis yang sudah akrab sedari kecil. Pertama, Babegi. Pria cerdas dan mudah dekat dengan banyak orang karena pribadi yang bersahabat. Ya, karena itulah, ia suka memanfaatkannya untuk menggoda para siswi. Kedua, Kevin Prince Sanjana. Sudah dua periode menjadi ketua OSIS di SMA IST (International School of Talents). Kalau saja murid kelas dua belas masih boleh masuk OSIS, mungkin tahun depan ia akan terpilih lagi sebagai ketua. Ia dikenal bertanggung jawab, berwibawa, dan menjadi panutan anggota-anggotanya. Ketiga, Gevan Azio. Wajahnya yang paling menonjol di antara teman-temannya yang lain, karena seperti bule dengan bola mata biru. Namun, semua musnah karena sikap dan otaknya yang ajaib. Ia memiliki semboyan: rela melakukan apa pun demi uang. Serta yang terakhir, Alea Kusuma. Tomboi, tetapi keibuan. Banyak disukai karena bisa diandalkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
B A B E G I (✅)
Teen Fiction[Sebelum baca, follow Setiga dulu sabi kali, ya.😎] Nama gue BABEGI. BA! Banyak yang suka. BE! Benar-benar memesona. GI! Gila! Ada pria seperti dia! Yap, itulah gue .... BA-BE-GI. Para gebetan biasa manggil gue "Be". Temen-temen manggil gue "Egi". D...