Altan dipaksa ikut ke warung Kang Danil, tetapi tidak ada yang mengajak mengobrol seorang pun. Apa gunanya di sini?
Menandaskan secangkir teh hangat. Altan meluruskan pandangan, mendapati Zey mematung memperhatikan. Pantas saja suasana berubah.
"Pindah, enggak baik nongkrong di bawah pohon gede. Zey ngeliatin mulu," Linggar membuang rokok sembarang lalu menginjaknya. "Gue males kalau nanti ada drama kesurupan."
"Buang sampah yang bener," Altan langsung melemparkan ke tong sampah. "Lo mau cerita?"
Linggar merokok tatkala stres, berjalan memimpin diikuti Altan. "Lo peka banget, sayangnya enggak berlaku buat Dysis."
Altan dibawa tepat mobil Linggar terparkir, "Pasti masalah Hyolin?"
"Gue putus gara-gara taruhan, sialan!" Linggar menendang pembatas jalan hingga terpental jauh. "Kael bajingan!"
Tidak setenang yang terlihat. Linggar tempramen, mudah terobsesi akan sesuatu, dan memiliki emosi bak roller coaster membuatnya rutin mendatangi psikiater beberapa kali sebulan.
"Lo jatuh cinta ternyata," Altan tersenyum maklum. "Kejar, jangan jadi orang tolol dengan pura-pura enggak tau perasaan sendiri."
"Lagi ngomongin siapa lo?" Linggar tertawa mengejek, yang dibicarakan tadi lebih cocok untuk Altan. "Mustahil gue suka cewek udik itu."
Linggar membantah, namun Altan tidak bisa dibohongi. "Harga diri gue jatuh diputusin dia."
"Harga diri lo bahkan udah hancur ketika ikut permainan Kael." Altan menahan kepalan, nyaris mengenai dadanya. Menghempaskan, "Cewek bukan boneka yang bisa dijadiin mainan dan cowok sejati enggak main boneka."
"Tau apa lo? Hah?" Linggar berdecih sinis.
"Lo kayak anak kecil yang suka cewek, tapi pake cara caper. Salah satunya bikin menderita," Altan menyorot tajam. "Sejak awal lo juga salah."
Mencengkram baju Altan, mata Linggar tersirat amarah. "Sepantesnya didapetin cewek murahan yang deketin banyak cowok. Dibalik muka lugunya, ada sifat busuk."
Ego Linggar sulit dikalahkan, tidak mau mengaku kalau sebenarnya menyukai Hyolin. Ketika putus, Linggar gegabah akan keputusannya.
Yang Linggar ingin adalah Hyolin memohon untuk balikan, tetapi gadis itu malah langsung pergi tanpa ada air mata. Linggar merasa harga dirinya dijatuhkan.
"Kamu keterlaluan."
Keduanya menoleh. Hyolin berkata datar disertai raut tidak terbaca dan berlalu begitu saja dengan taksi. Meninggalkan paper bag besar.
Gadis itu datang karena ingin mengembalikan pemberian Linggar, ogah mempunyai utang kepada pria sok berkuasa.
Hyolin tidak pernah mau menerima hadiah itu, tetapi Linggar mengancam akan menciumnya di muka umum. Gila!
"AARRRGGG!!!" Linggar menggeram kesal, sudah berapa lama Hyolin menguping mereka?
"Lho? Pada ngapain? Lagi marahan, ya?" Kael menyeret Altan mundur perlahan, "Mau lanjut? Besok aja, gue siap jadi penonton."

KAMU SEDANG MEMBACA
Contradict Forever
Teen Fiction"Bukankah leyapku adalah bahagiamu?" Ini tentang Dysis Bianta yang tergila-gila pada Altan Kasifa. Mencoba bersikap egois demi mendapatkan cahaya yang dia tunggu-tunggu ketika malam beraksi. Tentang perjuangan yang entah berakhir bagaimana. Penolaka...