Prolog

159 16 24
                                    

Secangkir kopi menemani seorang gadis disebuah cafe. Sedari tadi ia tak menyentuh kopinya hingga menjadi dingin. Terlalu lama menunggu seseorang membuat sang gadis berusaha lebih bersabar lagi.

"Vanya! Tolong panaskan kopi ini," kata sang gadis kepada seorang waitres. Ia menghembuskan nafasnya kasar, sudah terlalu lama ia menunggu seseorang yang tak kunjung menampakan batang hidungnya.

Sesekali ia melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya, sudah sekitar satu jam ia menunggu. Inilah yang tidak ia sukai yaitu Menunggu. Apalagi menunggu sang doi peka.

Lonceng cafe berbunyi menandakan seseorang telah datang. Sang gadis memutar bola matanya malas begitu melihat orang yang ditunggunya sedang mengatur napas diambang pintu sana.

Sang gadis menatap tajam orang yang baru saja duduk dihadapannya. Yang ditatap hanya tersenyum. "I'm sorry mir," ujar sang cowok sambil memelas.

"Sok inggris lu! muka lu nggak cocok kali," kata Mira menoyor kepala sang cowok.

"Sakit kali Mir, lu kira nggak sakit apa toyoran lu," balas sang cowok sambil mengusap kepalanya kemudian tersenyum.

"Kenapa lu telat Vin?" tanya mira dengan mata setajam pisau silet. Kevin terlihat gelagapan untuk menjawab pertanyaan Mira, "Hmm anu."

"Apa? Mau ngeles lagi kek bajaj?" sentak Mira menggunakan muka sangarnya. "Lu tuh selalu lupa sama janji lu, tau gak?" Mira memanyunkan bibirnya sudah bosan dengan kebiasaan Kevin yang selalu terlambat.

"Sumpah Mir, ini terakhir deh gue terlambat" kata Kevin sambil nyengir dengan mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

"Alah palingan bohong kek dulu." Mira memaling wajah. Hatinya sudah dongkol dengan kevin dan itu membuatnya badmood.

"Auah, gue pergi dulu. Bye!"

Mira pun membereskan tasnya, menaruh uang diatas meja dan meninggalkan Kevin sendiri.

"Mir, Mira," teriak Kevin. Mira terus berjalan dan tak peduli dengan suara teriakan Kevin.

Setelah merasa tidak ada teriakan dari Kevin, Mira pun menoleh ke belakang. "Apa?" kata mira dengan senyuman jahilnya.

Kevin berlari ke arah Mira dan untuk menghilangkan rasa bersalah Kevin mengajak Kira makan.

"Makan yuk," ujar Kevin sambil membuka pintu. "Lah disinikan ada," ucap Mira dengan memperbaiki rambutnya.

"Kita makan bakso yang di pinggir jalan aja, mau nggak?" balas Kevin.

"Mau," teriak Mira. Setelah menyadari ia langsung tutup mulut dengan tangannya.

"Vin, aku kira lu nggak suka makanan pinggir jalan," ucap Mira dengan pandangan fokus ke depan.

"Ya sukalah, sebab ini yang mengingatkan sama adik gue tercinta sekaligus tempat favoritku," kata Kevin dengan tangan memegang stir.

"Oo," ucap Mira dengan mengangguk. Gemas melihat Mira seperti itu membuat Kevin mencubit pipi Mira.

"Iiihhh, sakit tau," ucap Mira sambil mengusap pipinya yang sakit. Kevin yang tidak tega melihatnya membantu mengusapkan pipi yang merah.

Setelah sampai di pinggir jalan melihat stand bakso yang sudah mangkal, Mira dan Kevin turun dari mobil.

"Mang, biasa dua," ujar Kevin dengan mengambil tempat duduk dan Mira hanya mengikuti Levin.

"Jadi lu sering makan di sini dong," seru Mira. Tidak lama bakso yang dipesan datang.

Saat melihat bakso itu, tiba tiba tubuh mira terasa lemas, kepalanya mulai pusing dan semuanya terlihat buram, ia mencoba memegang kepala untuk mengurangi rasa sakit.

ClairvoyantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang