Part 6

21 5 3
                                    

Bbyuur...

Suara seseorang nyemplung ke air, Mira menceburkan dirinya dari tebing ke laut. Tunggu, jangan-jangan Mira mau bunuh diri. Gak deh, Mira gak bunuh diri kok cuma ini seperti kebiasaannya kalau lagi emosi dan badmood.

Ibarat kata api yang berkobar dipadamkan dengan air. Begitu juga Mira kalau lagi badmood, ia akan bersatu dengan air seperti sekarang ini yaitu berenang.

Saat berenang, Mira melihat sesuatu bersinar berwarna merah dari dalam air yang tidak jauh dari tempat ia berada dan berenang ke sinar itu. Dilihat dari dekat sinar itu berasal dari sebuah liontin. Mira mengambil liontin itu ke permukaan air dan berenang ke tepi tebing lalu memanjat tebing.

Diatas tebing, Mira merasa kakinya lemas dan terjatuh dengan tangan bertumpu diatas tanah. Mira memegang kepala yang terasa sakit, sebuah peristiwa terlihat dipandangannya.

"Lepas, lepas, lepas," teriak seorang gadis yang berusaha melepaskan genggaman seseorang dari tangan.

"Diam gak," tuding seorang yang menggenggam tangan gadis itu.

"Lepaskan aku, aku mau ke bang al dan bang ian. Aku gak mau disini hiks..hiks.." ucap gadis itu dengan tersedu.

"Diam gak," tegas seirang pria. Pandangannya jatuh ke leher gadis terlihat sebuah kalung melekat karena takut ada sesuatu di kalung itu ia merampas kalung dan membuang ke laut. Gadis merasa kalung diambil terus mengucap tentang kalungnya.

Pandang Mira kembali ke kalung yang ia ambil dari laut. Kalung itu sudah tidak bersinar warna merah melainkan berwarna biru. "Aneh," gumam Mira.

Mira pun bangkit dari tempat walau masih terasa lemas, ia berjalan dengan sempoyong ke sebuah rumah yang tidak jauh dari tebing. Rumah itu memang sengaja Mira buat karena kalau lagi ke tebing lalu malas pulang ia akan pulang ke rumah ini seperti ini contohnya.

Rumah yang minimalis modern ini bangun dekat hutan dengan melihat bentuknya rumah ini memiliki konsep perancangan kubisme, karena secara umum dari luar hampir terlihat seperti susunan kubus kubus. Dari sini jelas terlihat Arsiteknya menginginkan seterbuka mungkin hampir setiap ruang, untuk memberi kesempatan kepada pemilik/penghuninya agar dapat menikmati suasana alam terbuka pada setiap ruangan. Dengan tetap mempertahankan material kayu yang dikombinasikan dengan material kaca pada hampir setiap fasade, membuat rumah ini tetap terkesan alami natural yang berinteraksi dengan hutan pinus yang mengelilinginya.

"Non pasti dari laut ya," kata bi Minah. Ia adalah pembantu rumah ini dengan umur yang sudah lanjut ia tetap tersenyum.

"Ya bi. Aku ke kamar dulu ya," ucap Mira yang mulai menjauh menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Setelah sampai di kamar, Mira menyimpan kalung di laci meja dekat tempat tidur lalu mengunci dan meletakkan kunci di dalam vas bunga.

Mira menghela nafasnya dengan kasar, ia lelah badannya terasa remuk semua ditambah lagi kondisinya lagi tidak fit. Kepalanya terasa pusing mungkin akibat dia berenang terlalu lama di laut tadi.

ClairvoyantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang