Bagian 5

22 4 3
                                    

Mungkin orang lain memandangmu dengan perspektif mereka, tapi jangan biarkan itu membuatmu terpuruk jatuh.

Terkadang berkomentar itu memang jauh lebih mudah dilakukan apalagi hanya mencari kesalahan orang lain, terutama orang-orang yang di rasa memiliki kelebihan yang tidak mereka miliki.

❄❄❄

Mingyu dengan senyum khas miliknya mampu membius para wanita yang memandangnya tapi lain halnya dengan Somi, seakan senyuman khas milik Mingyu tidak menghasilkan efek yang berarti untuknya.

Dengan santainya Somi duduk di kursi yang berada di seberang tempat Mingyu duduk. Dengan rambut sebahu yang dia biarkan tergerai indah menghiasi sekitar bahunya menambahkan kesan  cantik di mata Mingyu.

"Jangan terburu-buru, lebih baik kau pesan makanan atau minuman dulu."
Ucap Mingyu dengan santai dan memenunjukkan senyum khasnya kembali. Somi memutar matanya malas, dia terlalu muak dengan senyuman itu.

"Aku tidak lapar ataupun haus jadi aku tidak akan memesan."

Mingyu dengan cepat menatap Somi dengan tatapan datar dan tanpa senyum di sana. Mingyu merasa niat baiknya tidak diterima dan tidak di respon dengan baik oleh lawan bicaranya kali ini.

"Baiklah kalo begitu langsung saja ke inti yang ingin aku sampaikan padamu. Mama meminta kamu datang di acara ulang tahunnya 3 hari lagi. Aku harap kamu bisa meluangkan waktumu untuk datang."
Mingyu menyodorkan undangan ke arah Somi.
Somi hanya memandang undangan di depannya itu tanpa berniat membukanya karena Mingyu sudah menyampaikan itu untuk acara apa dan kapan waktunya.

"Mengapa aku harus datang? Tidak bisakah kamu katakan pada mamamu jika aku tidak ingin datang karena terlalu muak melihat wajah anaknya sendiri? Untuk datang ke sini pun sebenarnya aku sangat malas apalagi karena harus bertemu dengan orang memuakkan sepertimu."

Mingyu diam tanpa berniat untuk menyela atau menyanggah perkataan Somi padanya. Semakin lama Somi berada di satu tempat yang sama dengan Mingyu, semakin Somi menampakkan ketidaknyamanannya berada di dekat seorang Kim Mingyu yang menjadi pujaan teman-temannya di kampus, kecuali dirinya.

Hening. Mingyu masih belum berniat untuk merespon apa yang dikatakan oleh Somi. Genggaman tangannya mengepal. Rahangnya mengeras dan wajahnya memerah bukan memerah karena sedang blushing tentunya. Dari raut wajah yang ada di depan Somi sekarang seakan menunjukkan bahwa sebentar lagi amarah Mingyu akan meledak tanpa bisa ditahan lagi oleh sang empu.

"Terserah padamu saja. Aku pergi."
Selesai dengan kalimatnya, Mingyu memilih pergi sebelum amarahnya benar-benar menguasai dirinya. Langkah lebar menemani langkah kakinya.

Somi hanya mengikuti arah perginya Mingyu tanpa ingin mencegahnya barang untuk meminta maaf atas ucapannya yang sepertinya sangat menyinggung dirinya. Hembusan berat keluar dari bilah bibir ranum Somi. Dirinya telah menahan diri untuk tidak melebihi batas dari yang sudah ia lakukan barusan pada Mingyu.

"Kerja bagus Somi. Kamu tidak melebihi batasmu. Kamu sudah melakukannya dengan baik. Walau memang terbawa suasana hatimu sendiri tapi kamu sudah melakukannya dengan benar."

Dia menyemangati dirinya sendiri. Dan tidak menyesali apa yang sudah dilakukannya. Setelahnya, bukannya pergi dari cafe, Somi masih dengan tenang duduk ditempat dimana pertama kali dia duduk setelah memasuki cafe ini seperti enggan pergi secepatnya. Tanpa suara yang keluar dari bibirnya, tatapan kosong mendominasi. Melamun.

Flashback on

"Hari itu aku sangat bahagia. Senyumku merekah tanpa membenci apa yang orang lain lakukan sebelumnya padaku. Mentari juga seakan menemani dan ikut tersenyum akan hari bahagiaku."

Somi sudah berada di cafe yang menjadi tempat dia menghabiskan waktu dengan Mingyu-kekasihnya. Hari ini 1st anniversary bagi mereka setelah memulai untuk saling berbagi apapun satu sama lain. Jam menunjukkan pukul 7 p.m dan itu artinya masih ada satu jam lagi untuk sampai diwaktu yang sudah mereka setujui bersama. Kotak kecil yang dia bawa menjadi sasaran tatapan lembutnya. Sambil sesekali mengalihkan pandangannya ke ponsel untuk memastikan jam.

Jujur saja ia sangat berdebar hanya karena memikirkan ekspresi apa yang akan ditunjukkan Mingyu setelah mengetahui isi dari kado kecil untuk Anniversary mereka.

Hingga waktu yang ditunggu pun tiba. Mingyu belum menunjukkan kehadirannya di cafe tempat mereka akan merayakan Anniversary.
Ponsel Somi berdering. Nama Mingyu yang nampak.
"Halo? Kenapa belum datang juga?"
"Lihatlah ke arah Jendela."

Dapat ditangkap oleh indera penglihatannya. Mingyu yang dengan baju santai sedang mengenggam ponsel yang ia tempelkan ke telinga. Dan... Dengan tangannya yang lain sedang menggenggam tangan seorang wanita.

"Mari kita sudahi hubungan kita." Kalimat itu menjadi kalimat terakhir kami sebelum ia pergi menjauh dari halaman depan cafe.

Hening.

Somi tidak tau apa yang sudah terjadi diantara mereka. Karena selama ini hubungan mereka tidak pernah sekali pun menghadapi masalah hingga akan berakibat dengan berakhirnya hubungan kasih mereka.

Setelah hari itu, Mingyu tidak memberikan penjelasan apapun pada Somi.

Flashback Off

Home - Joshua Hong × Jeon SomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang