Diandra bangun dari tidurnya dengan keadaan kacau.
Tidak. Mereka tidak melakukan hal yang aneh-aneh tadi malam. Hanya berciuman dan memegang tubuh satu sama lain.
Dilihatnya di cermin tanda-tanda Kelvin yang membekas banyak di lehernya.
Oh, ayolah masa aku harus mengenakan pakaian turtle neck? batinnya.
Merasa tak ada gunanya dengan bergulat dalam pikirannya sendiri, Diandra beranjak dari tempat tidurnya dan memungut baju mereka berdua yang tergeletak di lantai.
Tak lama Kelvin juga ikut terbangun mendengar suara bising yang berasal dari Diandra yang kini sudah memolesi bekas tandanya dengan concealer. Ia memutuskan memakai benda tersebut daripada harus panas-panasan dengan pakaian yang menutupi sampai lehernya.
"Kenapa harus ditutupi sih?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.
Diandra memutar bola matanya kesal dan berbalik badan untuk menatap laki-laki yang masih duduk di kasur dengan tanpa pakaian itu, "ya lo pikir? Mau gue dicap jalang sama anak fakultas terus beritanya kesebar sampe adek gue dan keluarga gue tau terus berakhir pala gue dipenggal? Ngotak lah njing!"
Kelvin terdiam sesaat, biasanya jika sudah sekesal ini tandanya Diandra kedatangan tamu. Ia mengecek ponselnya untuk melihat kalender. "Ohh pantes aja galak," gumamnya.
Diandra melirik lewat bayangannya di cermin dan mendengus. Ia memoleskan sedikit lip tint untuk membuat bibirnya yang bengkak tidak begitu terlihat dengan warna pink muda sedikit pucat.
"Gue berangkat, kalo mau sarapan bikin sendiri gak sempet soalnya udah ya!" belum sempat dirinya memegang knop pintu, Kelvin dengan cekatan menahan tubuhnya dan membalikkannya menjadi tertempel di pintu.
"K-kel ngapain sih udah gue ada kelas pagi.." lirihnya.
Kelvin mencium bibirnya pelan dan lembut, lalu bertanya, "berangkat sama siapa hm?" Diandra hendak menjawab namun, Kelvin lebih dulu menautkan bibir mereka.
Karna kehabisan nafas Diandra menepuk dada Kelvin pelan tanda ia butuh oksigen. Kelvin yang peka segera melepaskan pagutan keduanya dan menatap Diandra diam.
"U-udah ya, gue berangkat dijemput Chandra," ucapnya lalu mendorong tubuh Kelvin menjauh dan keluar dari kamar.
Sungguh sifat Kelvin yang setiap kali selalu tiba-tiba seperti itu membuat jantungnya tidak sehat. Bahkan degupan yang ia rasakan dua kali lebih cepat dari saat dia nge-gym.
Ia masuk ke lift dengan terburu-buru karna arlojinya sudah menunjukkan pukul setengah 8 apalagi dia ada kelas jam 8 dan ditambah macet yang harus dia hadapi. Oh astaga dia lupa Chandra sudah menunggunya 20 menit lebih di bawah sana!
"CHANDRA AMPUN MAAFIN GUEE!" Chandra yang cukup kaget dengan teriakannya itu langsung menolehkan kepalanya dan melihat sahabatnya berlari terburu-buru.
Chandra menatapnya kesal dan berdecak, "Ck! Naena lo sama dia? Lama banget dih, udah dibelain ya gue dateng ke sini pagi padahal kelas gue masih jam 12 tau gitu kan gue tinggal main sama cewek gue."
Mendengar omelan itu Diandra mendengus pelan, "songong lo! Kemaren aja pas gue seminar pake aku-kamu an sekarang dimintain tolong gini aja ngomel ish!"
Chandra memutar bola mata malas dan memberikan helm kepadanya dengan asal-asalan.
"Cepetan ya, untung kan gue bawa motor biar bisa selap selip," ujarnya.
"Kan emang lu di kost cuma bawa motor Chan, mobilnya kan nangkring di rumah, kok pikun sih?" balas Diandra sambil memakai helmnya.
"Kan kalimat tambahan buat menunjukkan rasa kesal sih duh teliti banget!" Diandra hanya tersenyum tipis dan menaiki motor matic Chandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
benefits | 'CSY
Teen FictionSemua orang punya temen. Beda sama Kelvin. Dia punya temen kok banyak, cuma ada yang plus aja buat dia. Friend with benefits pasti kalian sering banget denger. Dan seorang Kelvin Salendro Anesta punya temen benefit dibalik wajah angelic dan keram...