Masalah

102 10 1
                                    

Apabila diberikan kesempatan untuk menulis sepuluh hal yang paling Attala benci dalam hidup, dia pasti mengisi list pertama dengan kata keluarga, selanjutnya teman, teman, dan teman hingga list terakhir.

Baginya, keluarga adalah bentuk nyata dari neraka dunia. Sedangkan teman tidak lain hanyalah pengemis bermuka dua yang datang berseri bak malaikat penjaga surga, saat ada butuh saja. Kemudian pergi setelah kebutuhannya terpenuhi. Menjijikan sekali.

"Attala, hari ini ayah akan pulang terlambat. Apabila ada yang diperlukan, minta tolonglah pada kakakmu dan jangan membuat masalah!"

Attala berdecih sebal. Sejak kapan pria itu sok acuh padanya? Mengirim pesan basa-basi yang tidak berbobot sekali. Mau terlambat atau tidak, dia sangat tidak peduli. Justru akan lebih baik jika dia tidak pulang selamanya. Dan kata-kata "Jangan membuat masalah!" benar-benar mengganggu. Rasanya jadi ingin membuat masalah besar di sekolah.

Attala mengeluarkan handphone-nya dari aplikasi pesan dan menyalakan musik yang langsung menjalar memenuhi telinga melalui headphone yang telah terpasang rapi.
Semilir angin tidak jarang menggoyangkan rambut kecokelatan bergaya fringe-nya. Damai sekali. Atap sekolah memang spot yang tepat untuk menenangkan diri.

•••

Waktu sudah menunjukkan tepat pukul empat sore saat Attala melajukan motor dengan kecepatan penuh. Menerobos jalanan yang tidak begitu ramai oleh kendaraan, sebagaimana yang acapkali terjadi di Ibukota. Dimana kendaraan tidak bisa bergerak dan harus mengantre berjam-jam dengan suara bising klakson yang dibunyikan orang-orang sambil mengumpat atau menyumpah-serapahi. Saking macetnya.

Bukan ke rumah, dia menepikan kendaraannya tepat di cafe 24 jam. Beberapa saat terjadi obrolan antara dia dan salah seorang pegawai, sebelum akhirnya pergi setelah menyerahkan seberkas amplop cokelat. Tidak hanya satu, dia mengunjungi empat tempat lain yang berjarak cukup jauh satu sama lain.

"Berkasnya akan saya serahkan pada atasan kami. Apabila ada lowongan, nanti pasti akan dihubungi kembali," ucap pelayan perempuan, ramah.

"Baiklah, terima kasih."

Sejenak Attala beristirahat di kursi panjang yang terpasang di tepian trotoar. Nampaknya hari ini pun dia harus bersabar menunggu panggilan interview. Attala memang masih duduk di bangku SMA kelas sebelas, tetapi tidak masalah mencari kerja part time, bukan? Meski pada kenyataannya, pria jangkung itu sering kali mendapatkan penolakan karena masih di bawah umur.

Tiba-tiba handphone-nya berdering, pertanda ada panggilan masuk. Segera dia merogoh saku jaket, memeriksa benda berlayar lima inchi dengan wallpaper sekotak minuman cokelat.
Pesan dari kakaknya, Altar. Ah, tidak! Attala bahkan tidak menganggap Altar sebagai kakaknya. Dia hanya seorang pria yang kebetulan dilahirkan dari rahim yang sama. Tidak lebih.

Dengan menyeret tombol merah ke atas, panggilan pun dimatikan. Lantas dia mengubahnya ke dalam mode pesawat.

"Sudah jam delapan, ya?" gumamnya melirik arloji hitam yang tampak kontras melingkar di pergelangan tangan kanan.
Semilir angin terasa dingin menusuk hingga ke sumsum, namun tetap tidak mampu mendorong Attala untuk kembali pulang. Hidupnya sudah sangat dingin, sehingga jika hanya sekadar angin malam bukanlah sebuah masalah.

Pria setinggi 170 cm itu kembali mengendarai motor. Jalanan tampak lebih indah dengan gemerlap lampu kendaraan serta lampu jalan yang dipasang tinggi menjulang.

Tujuannya kini adalah sebuah jembatan yang terletak tidak begitu jauh dari rumah. Perlu dua puluh menit untuk sampai. Suasana jembatan sedikit lebih sunyi daripada tempat yang dia kunjungi sebelumnya. Dia duduk di trotoar tepi jembatan, membiarkan kakinya menjuntai ke luar pembatas. Memandangi gedung-gedung megah nan jauh di sana yang cahayanya terpantul pada sungai di bawah jembatan.
Attala menusukkan sedotan putih pada sekotak minuman cokelat yang sedari tadi dibawa dan menyesapnya setengah. Sejenak ia memejamkan mata, meletakkan dagu di atas pembatas dengan kedua tangan melipat sebagai alas.

Never GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang