Lagi-lagi, mood-nya hancur. Kenapa setiap berurusan dengan Baek Hyunwoo selalu berhasil membuat darahnya mendidih? Hhh.. Suaminya itu memang menyebalkan luar biasa.
Pagi tadi, adegan di mobil adalah puncaknya. Ia sudah meminta Hyunwoo menurunkannya di halte bus yang tepat di samping gerbang sekolah, hanya beberapa langkah dari pintu masuk. Permintaan sederhana. Tapi apa yang dilakukan Baek Hyunwoo? Pria itu malah bersikeras mengantar sampai ke depan gerbang, mengatakan itu demi 'keselamatan istri tercinta' dengan nada mengejek yang tak terhindarkan. Pertengkaran kecil pun pecah. Haein harus menarik rambut Hyunwoo, tidak keras, hanya cukup untuk menunjukkan betapa kesalnya dia, dan mengancam akan meloncat dari mobil jika tidak diturunkan sekarang juga di halte itu. Baru setelah drama pagi itu, Hyunwoo dengan wajah tanpa dosa menepikan mobilnya di halte, tersenyum kecil saat Haein membanting pintu dengan keras dan berjalan cepat menjauhinya. Sungguh merepotkan. Setiap pagi bersamanya adalah ujian kesabaran.
Dan penderitaan belum berakhir. Pelajaran pertama hari ini adalah Sejarah. Mata pelajaran yang menurutnya kering, penuh tanggal, dan nama-nama yang asing. Biasanya pelajaran ini membuatnya merasa tak bergairah, mengantuk, dan hanya ingin menghilang dari kelas. Hari ini, dengan sisa kekesalan dari rumah, Sejarah terasa seperti beban yang tak tertahankan.
###
Di sisi lain kota, senyuman tak kunjung hilang dari bibir Baek Hyunwoo semenjak ia keluar dari mobilnya di basement apartemen. Langkahnya terasa ringan, bahkan ia melambaikan tangan pada petugas keamanan di lobi yang menyapanya ramah. Udara pagi terasa segar, langit biru cerah. Apa yang bisa membuat seseorang sebahagia ini di pagi hari? Entahlah, yang pasti, setiap kali ia mengingat wajah cemberut Hong Haein, kilat protes di matanya yang tajam, dan bagaimana gadis itu menarik rambutnya karena kesal, seulas senyum akan muncul begitu saja.
Sepertinya, membuat sang istri kesal adalah hobi terbarunya. Ada kepuasan aneh melihat bagaimana Hong Haein, yang tampak dingin dan tak tersentuh itu, bisa begitu mudah menunjukkan emosi di hadapannya. Kesal, marah, merajuk.. semua itu terasa lebih manusiawi dan entah kenapa, memikat. Pria itu menggeleng pelan, masih tersenyum, saat berjalan menuju pintu apartemennya.
###
Suara monoton guru Sejarah menggelegar di ruang kelas. Semua murid mendengarkan, beberapa dengan antusias, sebagian besar hanya pura-pura, saat guru menyebutkan nama-nama anggota kelompok untuk mengerjakan tugas makalah semester ini. Haein menyandarkan kepala di tangan, matanya setengah terpejam, menunggu namanya dipanggil.
"Kelompok tiga, Choi Minho, Hong Haein, Park Jihoon, Kim Sooyoung, dan Kang Yujin."
Mata Haein langsung terbuka lebar. Choi Minho? Dia sekelompok dengan Choi Minho? Jantungnya berdebar kencang. Setelah nama Minho disebut, lalu namanya, itu tandanya ia mendapat kelompok yang sama dengan pemuda itu! Rasanya ia ingin berteriak senang atau setidaknya melompat dari kursinya. Oh, astaga. Choi Minho. Pemuda dengan senyum hangat dan mata yang ramah itu. Kapan lagi ia bisa sekelompok dengannya? Ini adalah kesempatan emas! Ia akan menggunakan kesempatan ini untuk bisa mendekatinya.
Setelah guru selesai mengumumkan semua kelompok, ruang kelas langsung ramai dengan obrolan dan pergerakan. Anggota kelompok tiga segera berkumpul di sudut kelas, merapatkan dua meja untuk membentuk lingkaran kecil. Ada Minho, Jihoon yang agak pendiam, Sooyoung yang ceria, Yujin yang supel, dan Haein yang tiba-tiba merasa gugup namun bersemangat. Lima orang.
"Oke, jadi tugas kita membuat makalah tentang.. apa tadi tema umumnya?" tanya Minho sambil membuka buku catatannya.
"Pengaruh Budaya," jawab Sooyoung cepat. "Kita harus memilih objek yang spesifik."
Jihoon bergumam, "Bagaimana kalau tentang pengaruh budaya pop Korea ke luar negeri?"
Yujin menimpali, "Atau ragam budaya tradisional di satu provinsi tertentu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope!
Romance"Dan apa yang akan kita harapkan dari pernikahan ini?" - Haein "Harapan selalu ada jika kita menginginkan dan mencarinya," - Hyunwoo