Chapter 3

1.1K 89 6
                                    

Lagi-lagi pagi ini mood-nya anjlok, kenapa setiap berurusan dengan pemuda itu selalu membuat dirinya kesal? Hhh... Soohyun memang menyebalkan.

Tadi saja, ia harus menjambak rambut pemuda itu dulu agar dia mau menurunkannya di halte samping sekolah. Sungguh merepotkan.

Dan lagi, pelajaran pertama adalah sejarah, salah satu pelajaran yang menurutnya membosankan. Membuatnya tambah tak bergairah untuk melakukan sesuatu.

###

     Sebuah senyuman tak kunjung hilang dari pemuda itu semenjak ia keluar dari mobilnya, sesekali ia juga membalas sapaan dari petugas apartemen sepanjang ia berjalan menuju kamarnya.

Entahlah kenapa ia bisa sebahagia ini, yang pasti, ia selalu ingin tersenyum jika mengingat wajah kesal 'gadis itu'.

Sepertinya, membuat sang istri kesal adalah hobi terbarunya.

###

     Semua murid mendengarkan dengan seksama saat guru sejarah mereka menyebutkan nama anggota kelompok untuk mengerjakan tugas makalah.

Mendengar namanya disebut setelah Minho dan itu tandanya ia mendapat kelompok yang sama dengan si pemuda, membuat Jiwon terlonjak senang. Oh ayolah, kapan lagi ia bisa sekelompok dengan pemuda yang disukainya itu? Dan maka dari itu, ia akan menggunakan kesempatan ini untuk bisa mendekatinya.

Kini, kelompoknya sudah membuat lingkaran yang mengelilingi dua buah meja yang dirapatkan, kelompok yang beranggotakan 5 orang itu mulai mendiskusikan tentang hal apa yang akan dijadikan objek untuk pembuatan makalah kelompok tersebut.

Setiap individu diminta untuk memberikan sebuah ide, dari mulai tentang kehidupan sosial sampai ragam budaya mereka sebutkan. Tapi, akhirnya pilihan mereka jatuh pada ragam budaya. Dan mereka mengangkat tema 'Seberapa Besar Pengaruh Budaya Bagi Kehidupan?' Sebagai objek penelitian mereka untuk pembuatan makalah.

###

     “Apa semuanya sudah beres?” Jiwon menggeleng untuk menjawab pertanyaan Minho.

Kini, ia dan pemuda itu tengah berada di perpustakaan untuk membuat beberapa pertanyaan yang nanti akan ditujukan kepada narasumber.

“Memang baru berapa hal yang sudah ditanyakan?” Jiwon menghitung jumlah pertanyaan yang sudah ia tulis di buku catatannya. “Baru 5,”

“Sepertinya masih kurang,” Minho mendekati Jiwon untuk melihat apa saja yang sudah ditanyakan di sana.

“Menurutmu hal apa lagi yang harus ditanyakan?” Jiwon melirik Minho, sedangkan pemuda itu diam sejenak untuk memikirkannya.

“Tunggu, aku akan mencari buku untuk referensi kita,”

“Oke!” dan si pemuda pun beranjak dari duduknya, lalu pergi menuju rak buku yang diinginkannya.

###

     Dengan langkah yang ceria Jiwon memasuki kamar apartemen Soohyun, rasa senangnya seakan terus melekat pada dirinya saat ini. Bahkan ia tak ambil pusing saat Soohyun menyapanya dengan 'nama panggilan khusus' dari pemuda itu saat ia berjalan melewati ruang keluarga.

Ia terus tersenyum mengingat semua kejadian yang tadi dialaminya di sekolah, dimulai ia yang satu kelompok dengan Minho, duduk di sebelahnya, tatapan Minho yang baginya begitu menawan dan dia yang mendapatkan satu tugas yang sama dengan pemuda itu.

Ohh... Mengingatnya saja membuat dirinya bertambah melayang.

###

     “Heyy... Bocah manja, makan malamnya sudah siap. Ayo keluar!” sebuah pangggilan menghentikan kegiatannya yang sedang menyusun pertanyaan untuk sesi wawancara—salah satu bagian dalam lembar makalahnya.

Hope!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang