"Lo lupa ya?!." Katya menarik lengan sang adik kehadapan Ibunya. "Lo buat kita semua malu tau gak! Dengan lo mabok kayak gini emang siapa yang bakal repot! Udah tau masih sekolah malah jadi pemabok."
"Kalo aja gue gak dapet foto ini." Katya menunjukan ponselnya yang menyala menampilkan sebuah foto dimana Deluna sedang asik meminum barang jenis haram tersebut. "Lo gak bakal ketahuan lagi enak-enakan sama temen-temen brengsek lo."
Deluna belum sepenuhnya mabuk. Ia berusaha tidak menjambak kakaknya. Mendengar penghinaan yang sangat menyakitkan dari Katya setiap hari tidak ada apa-apanya. Namun, Katya keterlaluan kalau sampai menghina, mencaci maki dihadapan langsung Ibunya. Deluna sungguh kalah kali ini. Lagi lagi Katya menang dalam dramanya. Katya mencebloskan Deluna kedalam palung yang sangat dalam.
Sulit menahan tangis dan sakit yang Deluna rasa, pun Ibunya. Sedari tadi Ibunya tak berhenti menangis, menatap tajam Deluna dan berpikir kemungkinan hal yang terjadi dan tidak terjadi.
Disaat hari-harinya yang sepi setiap pulang sekolah, Deluna merasa tidak adil. Mengapa harus rumah ini yang menjadi tempat ia pulang. Dan mengapa ia masih diam saja ketika sang Ibu ternyata lebih banyak mengurus Katya dibanding dirinya. Ingin protes namun kembali tertelan dengan pemikirannya. Memangnya ia bisa apa selain penghinaan Ibunya setiap hari yang menjelek-jelekan nama Ayah. Sakit hatinya terhadap perselingkuhan Ayahnya tidak sesakit dengan penghinaan Ibunya terhadap Ayahnya sendiri. Sungguh, Deluna juga benci jika Ayah yang selama ini dekat sekali dengannya, penyemangatnya diinjak-injak oleh Ibu kandungnya sendiri.
Tangisan bukan pilihannya dalam melampiaskan kemarahannya. Deluna berpikir mungkin dengan sedikit minum akan membuatnya lupa dengan penghinaan Ibunya maupun Katya. Setiap hari bahkan selesai pulang sekolah ia selalu sempatkan mampir ke kelab malam. Wajar, Ibunya dan Katya jam sembilan malam baru tiba di rumah. Entah apa yang mereka lakukan sampai lupa masih ada seseorang yang perlu mereka perhatikan.
Sekali mencoba meminumnya sangat perih ditenggorokan. Tetapi semakin sering ia teguk, minuman tersebut bersahabat dengan pikirannya. Deluna tidak perlu khawatir dengan tempat kelab tersebut. Ia bisa bebas masuk asal membayar dua penjaga yang berada dipintu depan. Dan juga, seragam pun ia selalu ganti untuk tidak mencolok diruangan yang ingar bingar.
Lama kelamaan ia nyaman dan terbuai dengan teman barunya. Mencoba kesana kemari hingga larut malam. Tak pernah ada yang mencari atau menghubunginya. Bahkan Deluna sendiri tak menyimpan kontak orang rumahnya semenjak itu. Ia butuh ketenangan dan hiburan. Maka kelab adalah tempat terbaiknya.
Namun siapa sangka ia akhirnya ketahuan juga. Dan siapa pula yang memotretnya itu ia tak peduli. Ia ingin kedua orang dihadapannya sadar dengan sikap mereka yang sama sekali tidak memperhatikan bahkan komunikasi pun sebatas lirikan atau gerakan tubuh. Memangnya Deluna itu tunawicara yang selalu pakai bahasa isyarat untuk komunikasi.
"Keputusan Ibu sudah bulat." Linda berdiri setelah lama merenung dan berpikir. "Ibu akan kirim kamu ke rumah paman. Biar kamu tau dididik!" Susah payah Linda berbicara, tangisnya dan emosi berlomba-lomba. Antara tidak tega dan merasa lelah dengan Deluna.
"Ibu ngusir aku?! Selama ini Ibu emang gak pernah bisa ngurus aku kan?! Makanya, Ibu buang aku ke tempat yang bahkan gak pernah mau aku datengin lagi setelah pria brengsek itu malah incar harta Ibu!"
Plak
Tamparan keras mendarat dipipi Deluna hingga pemilik tangan bergetar hebat dengan tindakannya barusan. Sungguh Linda dikuasai oleh amarah yang amat sangat besar, hingga Katya pun syok dengan tindakan Ibunya.
"Kamu gak usah ikut campur masalah itu!" Linda sangat tertekan. Ia merasa Deluna sudah keterlaluan selama ini.
"Kalo bukan aku yang pergokin mereka ngomong soal harta Ibu, gak mungkin mereka jadi menjauh dari keluarga kita, Bu!"
"Biar itu menjadi urusan Ibu, Nak. Kamu sekarang berberes. Bawa baju kamu dan cobalah tinggal disana. Ibu akan kirimkan uang setiap bulannya."
"Ibu beneran mau usir aku?!"
"Ibu serahkan kamu dengan paman kamu yang tau cara mendidik anak dengan baik."
"Selama ini aku baik, Bu! Kapan Ibu anggap aku?! Ibu selalu mementingkan Kakak, Ibu gak pernah urus aku seperti Kak Katya. Ibu sama sekali gak memperhatikan aku seperti Kak Katya." Luapan emosi yang sudah begitu membara membuat Deluna kehilangan kontrol. Ia menjambak tambutnya frustasi dan berteriak seperti orang kesetanan. Berlari menuju meja makan dan melempar beberapa gelas yang ada diatas meja.
"Aaaaaarrgghhh!!!" Setelahnya, Deluna kehilangan kesadaran.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Bangun dengan keadaan suasana yang sangat asing membuat seorang gadis terheran-heran.
Kamar yang bernuansa terlalu kekanak-kanakan ini membuat Deluna muak. Dinding yang dilapisi bermacam bentuk stiker berwarna merah muda. Belum lagi lemari kaca yang berwarna serupa, hingga ranjang dan seprai yang digunakan sungguh mencolok mata dan membuatnya sangat jijik.
"Yang diluar, tolong buka pintunya!" Deluna menggedor pintu kamar dari dalam dengan keras.
"Woy! Gue mau keluar, denger gak sih?!" Ia menggedor lagi hingga menendang keras pintu yang sialnya berwarna merah muda tersebut.
"Kalo sampe gak dibuka gue bakal—" belum tuntas Deluna berteriak, seseorang berperawakan gagah dan wajahnya yang sangat kaku menatapnya lurus nan tajam.
"Bakal apa?" Tanya pria dihadapannya ini. Deluna berwajah masam dan menunjukkan kejengkelannya.
"Lo siapa?!"
TBC
.
.
.YAP. GIMANA TEMAN-TEMAN?
KURANG SERU YA?
GIMANA? MASIH MAU LANJUT?
MAAF YA UPDATE LAMA😭
AKU BUTUH REFRESHING..
Ditunggu vote dan komen kalian ya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
What Is Wrong With Me
Teen Fiction18+ WARNING!! HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MEMBACA CERITA INI. Deluna Fauziah seorang wanita berusia 21 tahun yang sudah menjadi model majalah selama hampir dua tahun. Wanita yang merintis karir saat orang tuanya tak lagi ingin mengurus kehidupannya. D...