3

1 0 0
                                    

Bobby mengusap-usap rambutnya dengan gusar. Yoyo tersenyum melihatnya, "bagaimana kau bisa bertahan Bob?"

"Kalau dia bukan Gia aku tak tahu apa yang akan kulakukan padanya. Aku menahan diri dengan baik kan? Aku takut kalau aku salah, aku takut kalau aku bukan mencintainya, hanya suka saja padanya. Dan aku tak siap dengan reaksinya jika dia tahu. Aku selalu dianggapnya anak kecil, dia suka memanjakanku, berusaha menyenangkanku. Aku takut dianggap berkhianat jika aku mengungkapkannya." Bobby bicara dengan cepat lantas meminum soda di depannya.

Yoyo menengadahkan wajahnya ke atas. Ya, mereka duduk di bagian luar caffe, beratapkan langit cerah lengkap dengan bintangnya. Ia menghela napas panjang dan mengembalikan tatapannya pada laki-laki di depannya, yang sudah bertahun-tahun jadi sahabatnya, tumbuh bersama, dan seperti adiknya.

"Kau tahu, aku pernah berpikir bahwa kejadian seperti ini akan terjadi di antara kita. Apakah aku atau kau yang jatuh cinta pada Gia kita. Atau Gia yang jatuh cinta pada salah satu dari kita. Tidak akan ada persahabatan yang sungguh-sungguh ada di antara laki-laki dan perempuan, kau tahu itu kan. Kini kita ada di pusaran ini. Aku sudah memilih Lila jadi kekasihku, bukan berarti aku memberimu peluang jatuh cinta begitu saja pada Gia. Aku tak mau kau mempermainkannya, atau salah mengartikan perasaanmu padanya. Lalu akan menyakiti kita semua. Aku harus memastikan bahwa kau benar-benar akan menjaganya dengan baik dan layak." Yoyo menghentikan kalimatnya dan menatap Bobby.

"Aku terdengar egois karena pemikiranku, tapi aku yakin kau tahu maksudku." kata Yoyo lagi

Bobby masih terlihat gusar. Dia mulai mencari rokok untuk menghilangkan gusarnya. "Berhentilah merokok Bob, kau tahu Gia bisa marah kalau tahu kau masih merokok diam-diam begini."

"Aku ingin Gia bisa membalas perasaanku dan bisa menerimaku apa adanya, Yo"

"Hei, ubah pikiranmu itu. Menerima apa adanya itu ukuran cinta macam apa? Tidak pernah ada dua isi kepala yang sama Ga. Belajarlah! Kau dan Gia tidak bisa hanya saling menerima apa adanya. Kalian harus sama-sama belajar menyesuaikan diri. Kau tak bisa memaksa Gia untuk menerima apapun tentangmu, kau harus berubah. Berubah karena belajar tapi tetap tidak meninggalkan siapa dirimu."

"Kau dan Lila seperti apa? Bukankah kalian pasangan ideal? Gia selalu bicara seperti itu. Tapi kau tetap bisa memeluk Gia, bisa begitu sayang padanya, dan kau selalu bisa membuatku cemburu atas semua perlakuanmu pada Gia."

Yoyo tersenyum, "aku menyayangi Gia. aku tak ingin dia merasa sedih atau terluka. Bukan kau saja yang punya perasaan itu padanya."

Bobby tersedak mendengar Yoyo, "dan seperti itu apa hubunganmu dengan Lila, kalau kau juga menyayangi Gia?"

"Kita tak pernah bicara hal-hal semacam ini, mungkin inilah saatnya kita bicara sebagai dua lelaki dewasa." Yoyo membenarkan rambut tebalnya yang terkena angin. "Aku dan Lila tentu saja pacaran, kami berkomitmen untuk serius dan melanjutkan hubungan ke jenjang selanjutnya. Lila tahu hubungan kita bertiga, dan dia pun sama denganmu. Kadang cemburu melihatku dan Gia." Yoyo menghentikan kata-katanya.

"Lila tahu aku menyayangi Gia, dan protektif pada Gia. Lila tahu aku dan kau sama-sama menjaga Gia, bahkan ketika Gia bersama June. Tapi Lila cukup dewasa menyikapinya dan punya banyak stok sabar untuk menghadapiku. Karenanya aku tak akan mengkhianati Lila dan Lila tahu itu. Karenanya aku membatasi pertemuan Lila dan Gia demi kebaikan kita semua."

"Jadi...." Yoyo menghembuskan namanya lagi, "jika kau ingin bersama Gia, jangan hanya menyuruhnya untuk menerimamu apa adanya. Kau harus bisa lebih lembut padanya, memeluknya ketika dia sedih, memberinya semangat, buat dia merasa kau memang dilahirkan untuk menjaga dan mencintainya. "

Yoyo memalingkan wajahnya dan melihat ke sekelilingnya, "aku tak menyangka malam ini harus bicara seperti ini padamu. Aku agak sedih mendapati kenyataan akan kemungkinan melepasmu dan Gia. Aku pikir aku masih bisa tetap bersama Lila dan memiliki kalian berdua bersamaku. Tapi sepertinya sudah tiba saatnya aku harus siap berdiri sendiri dan hanya melihat kalian." Yoyo agak terbata ketika mengatakannya dan Bobby menangkap nada kesedihan di situ.

"Rasanya aku masih ingin bersama kalian, melewati hari-hari, sedih bersama, senang bersama, tapi tidak mungkin kita berada di fase yang sama selamanya." Mata Yoyo dan Bobby bertemu, berusaha mencari makna.

"Baiklah, aku akan berusaha memahami pembicaraan kita malam ini Yo. Saat ini aku hanya bisa mengatakan bahwa aku tak akan menyakiti Gia." Yoyo mengangguk mendengarnya.

Lalu sepi, mereka terdiam. Sama-sama menenggelamkan diri dalam pikiran masing-masing, dan dalam malam yang kian terasa dingin.

Love MeWhere stories live. Discover now