4

1 0 0
                                    

Bobby sungguh menghilang selama hampir dua minggu. Lelaki itu tak pernah sekalipun menampakkan batang hidungnya di hadapan Gia dan Yoyo.

Gia yang sudah mulai beraktivitas seperti semula, mulai menyanyi di Caffe Coffee seminggu dua kali, dan mulai menyelesaikan bab akhir skripsinya, mulai merasa ada yang tidak beres dengan anak itu. Berkali-kali Gia menanyakan hal itu pada Yoyo, jawabannya tetap sama, "biarkan saja dia.."

Hah, jawaban macam apa itu, mereka benar-benar sudah sekongkol membuatnya tampak bodoh. Kalau Bobby memang sedang mendekati seseorang, kenapa tidak dikenalkan padanya, kenapa dirahasiakan? Apa Bobby takut kalau gadis yang didekatinya akan cemburu padanya seperti Lila dulu. Yaa.. dulu Yoyo butuh waktu yang panjang untuk meyakinkan Lila tentang hubungannya dengan Gia dan Bobby.

Gia berdiri cukup lama di gerbang kampusnya itu. Sudah lama dia tak ke sana untuk mengerjakan lanjutan skripsinya, kali ini dia merasa sudah waktunya membuat janji dengan dosennya. Tapi yang lebih membuatnya penasaran adalah keinginannya untuk mencari anak bengal itu. Dia tak mungkin menemuinya di rumah karena Bobby akan mempunyai sejuta alasan untuk menghindar, tapi beda ceritanya kalau di kampus. Gia lalu melangkah ke taman di tengah kampus sembari mengedarkan pandangan ke kiri dan kanan. Barangkali ia menangkap basah penampakan anak itu. Dari informasi teman kuliahnya, jadwal ujian berakhir setengah jam lalu, seharusnya anak itu sudah keluar dari kelasnya.

Mata Gia berkilauan ketika akhirnya dia mendapati sosok yang dicarinya di kantin. Anak itu sedang duduk menikmati minumannya bersama Yoyo. Yoyo?? "Sial.." pekik Gia dalam hati, merasa sudah dibohongi mereka berdua. Jadi Yoyo bebas bertemu dengan anak itu sementara dirinya sendiri diminta membiarkan Bobby. Gia dengan gemas mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan melakukan panggilan seluler ke Bobby, tapi apa yang dilihatnya membuatnya makin gemas, karena Bobby hanya melihat ponselnya saja dan tidak mengangkat panggilannya, padahal jelas-jelas Monster milik BIGBANG yang jadi nada deringnya begitu nyaring terdengar.

Akhirnya Gia mengirimkan wa ke Yoyo seperti ini, "Selamat bersenang-senang, maaf karena teleponku sudah mengganggu kalian."

Tak berapa lama, Yoyo celingak celinguk mencari si pengirim pesan, bahkan sampai berlari keluar dari kantin, tapi Gia telanjur kabur dengan sukses.

Sorenya, Yoyo muncul di rumah Gia dengan ceria seperti tidak pernah ada kejadian apa-apa tadi siang. Yoyo lalu bicara panjang lebar mengenai bisnisnya. Tapi Gia bergeming, membalas perlakuan Yoyo dan Bobby tadi siang padanya. Gia menenggelamkan diri dalam tulisannya. Dan rangkulan Yoyo baru membuatnya sadar kembali. Ia sudah berada di dunia nyata lagi.

"Kau marah pada kami berdua?" tembak Yoyo, "berilah ruang pada Bobby. Anak itu harus banyak berpikir dan memastikan sesuatu hal."

"Berpikir? Memastikan? Soal apa? Aku tak boleh tahu kan? Kalau dia memang sedang mendekati seseorang atau bahkan mungkin sudah punya seseorang, aku tak akan ikut campur, kalau pacarnya cemburu padaku, oke aku akan pergi jauh-jauh dari Bobby. Aku tak akan merepotkannya lagi. Aku tak akan meminta tolong padanya lagi, aku akan belajar mandiri. Aku bisa berjalan tanpamu dan Bobby. Kalau kalian lelah padaku, aku bisa mengatakan pada kalian, ayo berhenti. Ayo berhenti seperti ini. Kita tak perlu lagi makan dan minum bersama, kalian tak perlu repot-repot menjagaku, mengantarku ke mana-mana. Menjadi kakak atau adik bagiku, ayo berhenti. Kita jalani hidup kita masing-masing. Kau bisa bebas dengan Lila, tak perlu mengatur jadwal membaginya denganku." Gia menumpahkan kekeselannya, "kau bisa bayangkan ketika kau menelepon orang yang selama ini yang kau pikir bahwa dia orang yang kau sayangi dan kau jaga, tapi kau diabaikan."

"Kau hanya belum tahu Gi.." kata Yoyo.

"Belum tahu apa? Kau tak bisa katakan kan? Kalian tetap akan merahasiakannya padaku. Persahabatan macam apa ini? Dulu kita sepakat akan jujur satu sama lain. Dan kalau sekarang tidak lagi, ayo berhenti. Kita hentikan semua ini, Yo."

Yoyo menatap Gia, ingin mengatakan semua tapi tak bisa. Dia tak membayangkan Gia akan secepat ini merasa kecewa, "maafkan aku dan Bobby, Gi." Yoyo menghembuskan nafas panjangnya, "ayo nanti malam kita bertemu, kita makan bersama." Gia masih merengut mendengar ajakan Yoyo, merasa bahwa Yoyo memaksa mereka bertiga bertemu untuk menghiburnya. Yoyo menatap Gia lagi dan mengambil dua tangannya, menggenggamnya, "ada hal-hal yang belum bisa diungkapkan Gi, demi kebaikan kita semua. Tapi mari nanti malam kita makan bersama. Aku juga rindu kamu."

"Bobby? Bagaimana? Apa dia bisa? Dia mau?" Gia agak luluh mendengar kata-kata Yoyo.

"Biar aku urus.." kata Yoyo.

"Kau yakin dia tak apa-apa? Dia tidak sedang marah padaku kan?"

"Kalau dia sedang kesal padamu, apa yang akan kau lakukan?" Yoyo balik bertanya.

"Kesal padaku? Apa aku berbuat salah padanya? Kalau begitu aku akan minta maaf, Yo. Sepi rasanya tak ada Bobby, biasanya dia selalu ada di sekitarku, tak melihatnya sehari saja jadi terasa aneh. Kalau dia memang sedang mendekati seseorang, aku tak apa-apa, tapi jangan pergi dariku. Bisa kan dia tetap sepertimu, Yo? Aku bisa menjelaskan pada pacarnya tentang hubunganku dengannya."

"Memangnya apa hubunganmu dengannya?"

"Kita bertiga bersahabat, sejak kecil, sampai sekarang, dan tak akan berubah sampai selamanya."

"Kau yakin kita akan bersahabat selamanya?" tanya Yoyo. Gia mengangguk yakin.

"Akan ada saat, kelak, aku akan menikah, dengan Lila atau siapapun. Bobby juga, akan menikah dengan seseorang yang dicintainya. Kau juga akan menikah, lalu apa persahabatan kita bisa tetap bertahan? Apa suamimu tak cemburu dengan kami berdua, yang selalu mengekormu? Apa istri-istri kami tak cemburu padamu, yang jadi kesayangan kami berdua?" Gia menunduk.

"Kau pernah membayangkan akan berpisah dariku dan Bobby?" Yoyo mengelus rambut Gia.

"Bobby sedang ketakutan akan kehilanganmu dan aku. Bobby sedang mencari tahu, pahamilah dia. Tapi mari nanti kita makan bersama. Bukan hanya aku yang rindu, Bobby juga."

Love MeWhere stories live. Discover now