Makna dewasa dalam menjalani kehidupan itu seperti apa?
Jawabnya, memiliki uang lima ratus perak yang seharusnya dipakai untuk membeli lolipop, tapi malah disimpan untuk dipakai membeli makanan saat sedang di sekolah.Apa itu saja?
Jawabnya, tidak, masih ada. Usia yang seharusnya digunakan untuk menghabiskan waktunya bermain bersama teman-teman sebaya, malah digunakan untuk membantu sang bunda untuk berjualan.Masih ada?
Jawabnya, masih. Usia yang seharusnya berkata, "Ayah, bunda, Nisa mau minta uang buat beli permen di warung depan rumah," bukan malah berkata pada diri sendiri "jika tidak membantu bunda bekerja, maka tidak akan ada uang jajan."Itu saja?
Jawabnya, masih adalagi. Berusaha tetap tersenyum saat perut kosong menahan lapar. Berusaha untuk mengerti bahwa tidak ada makan malam. Berusaha untuk menerima, hanya meminum segelas air untuk mengganjel perut saat lapar.Masih adalagi, ungkapnya lagi. Saat menjadi remaja hingga saat ini, berusaha menahan diri untuk keluar jalan-jalan dengan teman, nikmati makanan enak di restoran, nongkrong, mengahmbur-hamburkan uang, menikmati keindahan alam seperti travelling, apalagi berpacaran. Sangat menahan diri akan semua hal itu. Berusaha untuk lebih fokus pada sekolah, fokus membantu bunda jualan. Dan paling penting, fokus menemukan cara membayar peluh keringat bunda dan mencari cara menjadi anak kebanggaan bunda.
Itu saja?
Jawabnya, iya.Bagaimana kisahnya? Bisa cerita?
Jawabnya, bisa.
Perempuan yang kini berusia genap 25 tahun itu duduk dengan begitu tenang. Pikirannya ia fokuskan pada kenangan masa kecilnya. Pikirannya ia fokuskan juga pada bagaimana perjalanan hidupnya.
Perempuan itu tersenyum puas, setidaknya peluh keringat sang bunda dapat ia bayar meski tidak secara keseluruhan. Setidaknya, sang bunda begitu bangga atas segala yang ia capai dalam hidupnya. Setidaknya sang bunda begitu bersyukur memiliki sosok putri tangguh sepertinya.
Mulailah bercerita.
Jawabnya, iya.*****
Salam rindu dari penulis, untuk kamu:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Tangguh
Short StorySekalipun sayap burung itu terluka berkali-kali, tidak ia jadikan alasan untuk jatuh tersungkur lalu mati begitu saja. Sekalipun sayap burung itu penuh dengan darah, tidak ia jadikan alasan untuk kalah dan menyerah. Sekalipun sayap burung itu tidak...