Perempuan Tangguh

63 4 0
                                    

Tak perlu khawatir dengan balasan atas setiap peluhmu.
Jika kau berusaha, kau akan menuai hasilnya.
Namun, jika kau putus asa, perjuanganmu sebelumnya menjadi sia-sia.

******

Menjadi dewasa di usia anak-anak bukanlah hal yang menyenangkan, dituntut semesta untuk merasakan pahitnya kehidupan. Menjadi dewasa di usia anak-anak bukanlah hal yang menyenangkan, yang seharusnya masa kecil diisi dengan bermain dengan teman sebaya, bukan malah seharian membantu sang bunda bekerja. Menjadi dewasa di usia anak-anak bukanlah hal yang menyenangkan, yang seharusnya berlari kejar-kejaran dengan teman, bukan malah menikmati panasnya terik matahari di jalanan.

Menangis kala perut merasa lapar, sudah biasa ia lakukan. Sabar, nak, seringkali sang bunda berkata demikian. Tentu saja tidak ia bantah, tidak juga ia semakin menangis sejadi-jadinya seperti layaknya anak-anak pada umumnya. Ternyata, semesta benar-benar tahu cara membuat anak itu mengerti dan menerima keadaan.

"Sukses, ya," ucap beberapa orang yang tengah berjabat tangan dengannya. Anak itu sekarang sudah menjadi dewasa yang membanggakan.

*****

Diujung sana terlihat sosok perempuan dengan pakaian yang seadanya, tengah berdiri menyaksikan apa yang dicapai oleh anaknya. Perempuan yang usianya sudah sangat tua, yang diyakini adalah ibunda dari perempuan hebat yang tengah berdiri diatas mimbar. Perempuan tua itu tengah tersenyum, tersenyum melihat apa yang diraih oleh anaknya.

Tentu saja, menjadi lulusan terbaik se-Universitas menjadi kebanggaan untuk semua orang. Ditambah, tidak menghabiskan waktu lama untuk menyelesaikan studinya, juga dilengkapi dengan uang tunai dan gelar yang didapatkan. Matanya berkaca-kaca menatap sendu kearah sang bunda.

Ia ingin memulai pidatonya, tapi tubuhnya gemetar. Padahal, ia sudah terbiasa berbicara di khalayak umum. Ia juga terbiasa berbicara di depan pembesar-pembesar kampus. Sang bunda begitu peka dengan perubahan raut wajah anaknya, kembali ia lukiskan lagi senyuman di wajah keriputnya seolah meminta anaknya untuk kembali memasang raut wajah yang tenang.

Perempuan yang tengah berdiri diatas mimbar itu menghampiri pembawa acara,"Boleh saya meminta perempuan yang tengah berdiri disana untuk menemani saya?" tanyanya kepada pembawa acara. Dipertimbangkan terlebih dahulu, disetujui.

Semua tatapan tertuju pada sosok perempuan tua yang kini tengah berjalan untuk menaiki panggung. Ada beberapa bisik, jadi ini sosok dibalik suksesnya sang juara terbaik.

Perempuan tua itu mendekati sang anak lalu memegang tangan anaknya kuat-kuat. Ia seolah memberi sang anak keberanian untuk kembali berbicara, benar saja, sang anak segera memperbaiki raut wajahnya yang resah menjadi tenang.

Ia memulai pidatonya. Seusai memberi hormat dan memberi kalimat pembuka dan juga mukadimmah, ia melanjutkan pidatonya.

"Perempuan tangguh yang kini tengah berdiri dan memegang tangan saya dengan begitu erat," ucapnya menggantung. Lanjutnya, "adalah perempuan yang melahirkan saya ke dunia. Perempuan yang senantiasa mendo'akan saya setiap saat. Perempuan yang menjaga dan merawat saya sedari kecil dengan sabar, sabar menghadapi kerewelan saya, menguatkan saya ketika rapuh, meyakinkan saya ketika ragu, memberi banyak kasih sayang kepada saya, anaknya. Beliau adalah malaikat tak bersayap yang Tuhan hadiahkan untuk saya. Jika ada yang bertanya, kamu makan apa sehingga bisa meraih gelar secepat ini? Kamu makan apa sehingga bisa menyelesaikan prososal dan skripsi dengan jalan semulus ini? Kamu menghabiskan biaya sebanyak apa sehingga sampai di puncak ini?
Pertanyaan yang sudah saya ketahui karena memang sudah sering ditanyakan."

Perempuan TangguhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang