Prolog

17 1 0
                                    

Sukarno pernah berkata, beri aku sepuluh pemuda niscaya kuguncangkan dunia. Kalimat tersebut tak ayal menjadi motivasi pemuda-pemudi untuk bangkit dan menunjukkan seluruh potensi yang mereka miliki agar dunia tahu mereka bisa. Setelah dunia tahu, media-media menduplikasi sorot mata mereka agar para pembaca pun tersetrum semangat mereka sehingga satu per satu pembaca akan mulai menunjukkan usaha yang sama. Itu kalau punya potensi. sekali lagi, KALAU PUNYA.

Lalu bagaimana bagi yang tidak memiliki atau masih mencari-cari potensi? Ya macam kita (kita?) ini. Yang setiap paginya rebahan, siang masih rebahan, sore ganti posisi rebahan, malam rebahan (lagi) sampai ketiduran dan bangun di paginya (menjelang siang) masih dengan posisi rebahan.

Namun pada akhirnya jawaban yang ditunggu-tunggu itu turun juga. "So, I start a revolution from my bed. (Jadi aku mulai sebuah revolusi dari kamar tidurku)" Sebuah potongan lirik lagu berjudul Don't Look Back In Anger. Sebuah jawaban yang sangat filosofis, jika dibedah lebih mendalam. Bahwa perubahan dapat dimulai dari hal-hal kecil, di tempat yang sangat biasa sekalipun: rebahan dalam kamar tidur. Sungguh sangat filosofis.

Noel bisa dikatakan sebagai filusufnya Oasis. Lewat lirik dan aransemennya, yang mengubah dari grup musik antah berantah dan urakan, menjadi band yang berperadaban. Yang dihormati oleh seluruh penghuni tanah Britania Raya. Sungkem ndlosor, Mbah Noel!

Dari sini akhirnya penulis berhasil melakukan perubahan besar berawal dari reabahan menuju perubahan. Dari ruangan berukuran 6x6 meter yang sangat tidak pantas disebut sebagai kamar tidur ini perubahan dimulai. Sebuah manifesto ter(un)faedah ini lahir.

MANIFESTO - BELOK KIRI SEIN KANANWhere stories live. Discover now