Pintu diketuk dari luar, tapi si pengetuk hanya menyampaikan pesan dari depan pintu.
"Dokter Han, operasinya akan dimulai 10 menit lagi"
"Baiklah"
Helaan nafas panjang terdengar dari seorang pria bertubuh jangkung. Dokter Han. Nampak sang Dokter melepas kacamatanya dan menanggalkan sneli yang sebelumnya hanya menggantung di pundak lebarnya.
Dokter Han bangun dari kursi kebesarannya sembari menanggalkan atasannya, nampak tubuhnya yang atletis. Dokter rupawan itu secara berurutan mengenakan scrub, masker, penutup kepala dan diakhiri mengganti sepatunya dengan sepatu khusus ruang operasi.
Mengecek jam yang tertera di komputernya, Dokter Han memutuskan untuk mereview data pasiennya sembari melangkah menuju ruang operasi.
Kedatangan Dokter Han menarik atensi kedua orang tua dari pasien Kim Jieun, pasien yang akan dioperasinya sekarang.
"Dokter Han" sapa sang Ibu dengan raut khawatir yang terpampang jelas, sementara si Ayah berusaha terlihat tegar.
"Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?" tanya Dokter Han dengan senyuman ramah.
"Apa operasi putri saya akan berjalan dengan baik, Dokter?"
"Tentu saja Nyonya. Anda sudah mendengar prosedur apa yang akan saya lakukan melalui asisten saya Dokter Lee Eunsang, bukan? Operasi Kim Jieun-ssi termasuk operasi yang ringan, jadi anda tidak perlu khawatir. Tentu saja saya akan melakukan yang terbaik, yang terpenting tolong anda berdua untuk berdoa"
"Baik Dokter. Terima kasih" ucap sang Ayah.
"Baik. Kalau begitu saya masuk dulu. Anda berdua bisa menunggu di ruang tunggu khusus pasien operasi. Dari layar TV anda berdua bisa mengetahui saat operasinya sudah selesai, kalau tidak nanti saya akan mengirim salah satu staff saya untuk memberi tahu"
"Tidak usah Dokter Han, kami tidak ingin merepotkan. Biar kami sendiri saja"
"Baik. Kalau begitu saya duluan" ucap Dokter Han ramah sebelum benar-benar masuk.
Sebelum masuk ke ruangan operasi, sekali lagi Dokter muda itu mengikuti protokol dengan scrubbing. Membersihkan tangannya dari lengan sampai ujung kuku dengan sabun steril.
Setelahnya menendang tombol yang berada di dekat ruangan operasi. Pintu seketika terbuka. Suster yang berjaga mulai menghampirinya. Satu memberikan handuk bersih dan membantu memasangkan sarung tangan. Satunya memasangkan steril gown untuknya.
"Kita mulai operasinya, scalpel"
🎥
"Demikian yang bisa kami sampaikan hari ini, Choi y/n melaporkan""CUT!"
"Kerja bagus y/n-ssi! Nah sekarang kita pindah ke bukit sebelah sana, kita masih harus meliput beberapa tempat lagi" ucap sang produser.
Kamu hanya membalas dengan anggukan paham. Rasanya lelah sekali, demi meliput sebuah gunung bernama Gunung Seorak di daerah Sokcho. Kamu kembali berjalan mengikuti para kru dan kameramen. Kamu bekerja sebagai wartawan di salah satu stasiun TV besar di Korea.
Perkerjaanmu sebagai wartawan tentu menyita banyak waktu, kamu tidak boleh mengeluh ketika kamu harus ditugaskan ke tempat-tempat terpencil sekali pun, seperti saat ini kamu ditugaskan untuk meliput berita sebuah gunung. Sebagai senior rasanya segan untuk menolak apalagi di depan para juniormu. Kamu harus bersikap sempurna dan profesional.
Dibalik pekerjaanmu yang selalu terlihat sempurna, sebenarnya publik tidak pernah tahu menahu soal hubungan asmaramu. Banyak yang bertanya soal pasangan, tapi kamu selalu menjawabnya dengan senyuman saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
seungwoo scenarios (ft. X1)
Fanfictiondibaca aja, siapa tau suka hehe. [cringe content alerts] [bisa lokal-bisanon-lokal] [campur aduk sudah jadi bubur] read on your own risk :) [ranks 8.2.20] #1 scenarios #2 seungwoovicton #6 ekswan ©parkdaeun 2019