[ 5 ]

2.1K 267 3
                                    

Donghae berjalan menuju kamar Anaknya. Ia membuka pintu tersebut dan mendapati Anaknya tengah bergeming di sudut kasur dengan beberapa luka memar yang samar.

Donghae mendekati Anak pertamanya. Saat ia hendak menyentuh rambut Anaknya, sang Anak menatapnya tajam.

"Jangan lakukan itu." desis Chanyeol yang tak suka di sentuh oleh Papanya, Donghae.

"Kenapa berkelahi Chan? Apakah dia membuatmu marah hingga merusak fasilitas sekolah?"

"Apa pedulimu?"

"Papa tahu. Maafkan Papa, dan Papa berusaha menebus semuanya. Tolong jangan bersikap begini Chanyeol, mungkin Mamamu akan kecewa. Begitu juga dengan Adikmu."

"Oh begitu? Jadi aku tidak boleh menjadi diriku saat ini juga, begitu?!" Chanyeol menaikan nadanya saat berbicara dengan Papanya.

Donghae sejenak terdiam saat melihat Anak pertamanya terlihat marah dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.

"Jangan pedulikan aku. Pedulikan Adikku, dia lebih membutuhkan kasih sayangmu semenjak kau kembali." lanjut Chanyeol menunduk, walau ia terkesan sangat nakal. Namun ia masih memikirkan keadaan Adiknya. "Jadilah Orang tua yang baik dengan memperhatikan Anakmu yang satu lagi. Dia juga butuh kasih sayangmu walau dia bukan Anak kandungmu."

Chanyeol beranjak dari tempatnya. Sementara Donghae memejamkan kedua matanya dengan iringan nafas yang mulai terasa berat.

"Papa harus bagaimana Chanyeol? Adikmu sepertinya sudah membenci Papa. Bahkan berkali-kali Papa membandingkan kalian karena perbedaan kegemaran dan juga di bidang akademik dan non akademik. Papa yakin ia membenci Papa."

Chanyeol berdeham pelan. "Dia tidak membenci Papa. Ia hanya kecewa dengan sikap Papa yang membedakannya denganku. Kami berbeda Pa, kami tidak menyukai hal maupun kegemaran yang sama. Pikiran kami pun berbeda, dan tidak seharusnya Papa membedakan kami seperti Anak kandung dan bukan Anak kandung, tapi Papa bisa mulai menyayanginya selayaknya Anak kandung Papa sendiri. Tidak ada kata terlambat untuk itu, ia pasti memaafkan segala sesuatu yang sudah terjadi. Termasuk kematian Ibunya."

Chanyeol pergi dari kamarnya dengan membawa jaket dan juga kunci motornya. Ia akan pergi lagi menuju tempat entah berantah, dan Donghae tidak bisa melarang. Ia merasa gagal menjadi sosok Papa yang baik bagi kedua Anaknya.

"Yoona, maafkan aku."

⚫⚫⚫⚫

Sepi.

Gelap.

Dan juga menyedihkan.

Kegelapan identik dengan kesepian. Pemuda itu tak melakukan apapun sejak tadi. Kyungsoo memandang satu persatu wajah yang berada di foto itu dengan tatapan sendu. Ia kembali mengingat kenangan masa kecilnya dulu.

Dadanya bergemuruh. Sakit, Kyungsoo bisa merasakan sakit mendera sekujur tubuhnya. Ia tidak bisa meminum pain killer-nya karena habis. Ia lupa membelinya.

Kyungsoo duduk termenung di sambil menyender di kasurnya. Dia mengambil handphonenya kemudian menghubungi seseorang. Tak lama kemudian suara itu terdengar.

"Hallo, Pa." suaranya terdengar parau.

"..."

Kyungsoo menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakan yang akan meluncur begitu saja. Ia mengatur nafasnya, "Gimana kabar Papa, sehat?"

"..."

"Boleh aku ketemu sama Kakak dan Adik?"

"..."

Kyungsoo tak bisa menahan laju airmatanya saat kalimat itu muncul begitu saja. Ia terdiam dengan handphone yang masih berada di dekat indera pendengarannya.

"..."

Sambungan telepon itu terputus dengan keterkrjutan yang luar niasa untuk Kyungsoo.

Ctak!

Handphone Kyungsoo terjatuh begitu saja, Pemuda itu memilih menenggelamkan wajahnya di balik lipatan tangannya.

"Maafkan Kyungsoo Pa, Kyungsoo memang sering kali menyusahkan Orang-Orang disekitarku. Tapi jangan membenci Kyungsoo."

Kyungsoo terisak. Ia berusaha bernafas saat rasa sakitnya membuat tubuhnya terasa remuk. Sangat menyakitkan hingga ia tidak bisa menghentikannya.

"Jangan benci Kyungsoo Pa. Jangan benci Kyungsoo."

"Kyungsoo akan menjadi Anak yang baik untuk Papa. Kyungsoo tidak akan membuat Papa marah lagi, dan jangan benci Kyungsoo. Kyungsoo sayang sama Papa."

"Maafkan Kyungsoo."

Ia menangis sembari memohon maaf dan mengulangi kata-kata yang menyayat hati, meluapkan kesedihannya hingga akhirnya ia merasa lelah dan terlelap. Bahkan di dalam tidurnya ia terlihat menyedihkan.

Tanpa Kyungsoo sadari, sebelum handphone terjatuh. Ia tak sengaja men-dial nomor seseorang. Dan Orang itu setia mendengarkan keluh kesah Kyungsoo hingga sambungan tersebut putus.

Setelah terdengar dengkuran halus dari Kyungsoo. Seseorang di seberang telepon mengumamkan sesuatu.

"Selamat malam Kyungsoo. Aku menyayangimu, selalu menyayangimu."

Tut!

If It Is You | Chansoohun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang