Prolog

36 9 2
                                    

[•Hayflick Limit•]

¤

Namaku Aqesya Mega.

Hidup itu seperti kopi. Sedikit manis, kebanyakan pahit.

Aku hidup seperti di negeri dongeng. Penuh mimpi, penuh tawa, penuh kebahagiaan, dan cinta. Tapi seperti yang sudah kukatakan. Aku hidup seperti di negeri dongeng. Seindah apapun yang kurasakan dan kuangankan, semuanya hanya sebatas semu. Tidak nyata.

Parahnya lagi, seperti menuang dengan sengaja tinta ke dalam air sebening kristal.

Awalnya indah, karena ada warna yang baru. Lalu kutambahi dengan warna-warna lain. Hingga warnanya menjadi keruh, gelap, kotor, lalu hitam.

Tinta yang tertuang begitu kental. Sebanyak apapun aku tambahkan air, nyatanya gelap tak juga menghilang. Nyatanya air sebening kristal tak lagi bisa dikembalikan.

Itulah hidupku, penuh dengan rentetan penyesalan. Drama-drama kehidupan menjungkir balikkan perasaanku. Berulangkali menjatuhkanku dengan kesenangan yang semu. Dan menghabisiku dengan kenyataan-kenyataan yang pahit.

🔸🔹🔸

Aku cantik, kaya, dan pintar.

Banyak orang bilang hidupku sangat beruntung. Yah, aku juga sangat bersyukur lahir di keluarga Abraham. Keluarga terkaya di Kota Surabaya.

Aqesya Mega Abraham. Namaku bagus bukan? Tentu saja.

Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Artinya, aku punya dua kakak. Satunya lelaki dan satunya perempuan. Aku adalah anak dari pasangan paling serasi di seluruh duniaku.

Raymond Abraham dan Alena Rosita.

Ayahku, Raymond Abraham adalah anak tunggal dari kakekku Abraham Sandrea. Pemilik bisnis pabrik gula dan beras, sekaligus pemilik lahan ratusan hektar.

Sedangkan ibuku, Alena Rosita adalah perempuan tercantik di mataku. Kulitnya putih. Seputih orang Cina. Tapi matanya tidak sipit, juga tidak terlalu lebar. Ibuku lebih seperti bule eropa dengan freckless yang menghias pipinya. Rambutnya bergelombang indah berwarna hitam kecoklatan. Ibuku orang biasa sebelum menikah dengan ayahku. Bahkan masuk golongan kurang mampu.

Ah, itulah kenapa kukatakan mereka pasangan paling romantis. Ayahku yang punya kekayaan sebanyak itu justru memilih ibuku yang bisa dibilang tak punya apa-apa. Kuharap, Tuhan menyisakan satu lelaki seperti ayah untukku. Yang mencintaiku seperti ayah mencintai ibu. Yang menerimaku, sperti ayah yang menerima ibu apa adanya...

I hope...

Sebelum,,
Kenyataan pahit yang justru menamparku.

⚪️⚫️⚪️

Berikan vote jika kamu mendukung cerita ini untuk berlanjut ^_^

Thanks❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[•Hayflick Limit•]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang